Wajah Ayah

56 2 0
                                    

Rabu, 23 Oktober 2019. Enam belas menit lewat tengah malam, Nico baru saja tertidur beberapa menit, ketika ia melihat wajah ayahnya tidur dalam ketenangan yang sempurna. Ia bangun lalu menenangkan diri dengan segelas air putih.

Di waktu yang nyaris bersamaan ...

Pukul 00:37 WIB. Ria masih terjaga di rumahnya, dia menyampaikan perasaannya yang bimbang ketika meninggalkan rumah sakit tadi. Setelah sholat Shubuh nanti dia akan segera kembali ke RSPAD Gatot Subroto.

Pukul 10:00 WIB. Rama mendapat penjelasan dari dokter ICU bahwa hari ini ayahnya dijadwalkan untuk hemodialisa, serta akan ada tindakan kecil pemasangan CVC di pundak depan kiri. Ketika dikonfirmasi melalui WA, Nico langsung memberi persetujuan karena memang CVC dibutuhkan agar pemberian Vascon dapat dilakukan secara terpisah dari akses vaskular eksternal Widarto.

Sesuai keterangan dokter ICU yang bertemu Fira pada pukul 10:15 WIB tadi, tingkat kesadaran Widarto hari itu diperkirakan di 8/15. Tapi saat dokter menerangkan hal itu, Widarto justru sempat membuka mata sesaat sebelum akhirnya tertidur kembali.

Pemasangan CVC akhirnya dilakukan pada saat jam besuk.

Ketika pengaruh bius habis, Widarto nampak sadar dan membuka mata sambil berusaha mengubah posisi selang intubasi di rongga mulutnya.

Hemodialisa hari itu baru dimulai sore hari dan selesai pada pukul 22:00 WIB, karena perawat dialisis menggunakan kecepatan yang paling rendah, QB atau Quick of Blood hanya di 150 ml/menit.

Malam itu Nico sempat menanyakan perihal edema di kedua lengan Widarto kepada seorang dokter dialisis. Dokter wanita yang ramah itu menjelaskan bahwa dialisis hanya akan menurunkan edema di bagian kaki, dan tidak akan berpengaruh terhadap edema di bagian lengan.

Seorang perawat dialisis, Suparta, menyiapkan dan memonitor mesin dialisis Widarto malam itu dengan cekatan, sambil menjelaskan bagaimana cara kerja dan teknik mengendalikan Fresenius Medical Care 4008S, mesin dialisis buatan Jerman itu. Penjelasannya pantang diulang, karena ilmu dan kecakapan tersebut sangat mahal harganya. 

"Kursusnya 3 bulan, biayanya 17 juta rupiah!" tegas Suparta.

"Kursusnya 3 bulan, biayanya 17 juta rupiah!" tegas Suparta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PERJUANGAN YANG BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang