Sebuah catatan tentang jejak dan nilai perjuangan tanpa cela, dalam rangkaian kisah kehidupan seorang pejuang mengejar tiga kemerdekaan yang diimpikannya. Saat ini Anda sedang membaca Buku Kelima yang mengisahkan tentang perjuangan lain yang harus d...
Jum'at, 1 November 2019. Selesai sholat Shubuh, Rama menerima panggilan dari perawat ICU perihal perlengkapan mandi ayahnya. Ketika Rama masuk dia melihat Widarto membuka mata, dan memberi respon lewat anggukkan kepala ketika diajak berbicara. Bibirnya juga bergerak seakan ingin bicara, tetapi suaranya tak terdengar sama sekali.
Pagi itu nadi Widarto berdenyut antara 90 hingga 100 kali per menit, dengan saturasi oksigen 96%, respirasi normal antara 16 sampai 20 kali per menit, tensinya 105 per 55 mmHg. Widarto sudah menggunakan nafas spontan tanpa ventilator, tetapi katup tracheostomy masih terhubung dengan oksigen.
Pukul 11:00 WIB. Widarto sedang mendengarkan murottal yang dipasang Fira di sebelah bantalnya, matanya terbuka menyimak ayat demi ayat yang dibacakan dengan tajwid itu. Fira memperhatikan posisi sonde yang sudah dipindahkan ke lubang hidung kiri tadi pagi.
Widarto dijadwalkan untuk hemodialisa dan transfusi darah sore nanti. Hemoglobinnya tercatat di 8,8 g/dL hari itu. Gula darahnya rendah, 73 mg/dL. Tapi trombositnya sudah meningkat dari 50 ribu menjadi 97 ribu mcL. Vascon terlihat masih diberikan untuk stabilisasi tensi.
Tepat pukul 16:00 WIB proses hemodialisa dimulai.
Sore itu Manda datang ke rumah sakit dengan sekotak besar penganan yang dia beli di Okky Cake & Bakery. Manda sendiri bingung mengapa tadi bisa membeli sebanyak itu. Mungkin saja karena dia sedang ngidam kue di masa awal kehamilannya. Tapi lucunya justru Nico yang duluan menikmati perbekalan Manda, di kursi tunggu yang berhadapan dengan ruang Tata Usaha Hemodialisa. Sesaat kemudian Manda dan Deddy bergiliran menikmati menu dari kotak yang sama.
Pukul 15:47 WIB. Surya suami Fira, mengirim salinan tiket elektronik untuk perjalanan Fira kembali ke Tokyo yang dijadwalkan pada hari Senin, tanggal 4 November 2019, pukul 07:15 WIB. Tapi entah mengapa Nico punya firasat Fira harus menunda kepulangannya kali ini.
Sehabis sholat Maghrib di lantai 5, Nico bertemu Fira di antrian lift depan musholla.
"Fir sebaiknya tunda dulu kepulangan ke Tokyo," ujar Nico.
Wajah Fira terlihat ragu, karena dia sudah pernah membatalkan kepulangannya minggu lalu.
"Lihat mata saya," ujar Nico sambil tersenyum mencoba menyembunyikan firasatnya.
Tapi kali ini dia sangat berharap Fira memenuhi permintaannya. Selesai pembicaraan singkat itu Nico segera masuk ke lift, turun ke lantai hemodialisa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.