Sebuah catatan tentang jejak dan nilai perjuangan tanpa cela, dalam rangkaian kisah kehidupan seorang pejuang mengejar tiga kemerdekaan yang diimpikannya. Saat ini Anda sedang membaca Buku Kelima yang mengisahkan tentang perjuangan lain yang harus d...
Rabu pagi, 9 Oktober 2019. Kondisi jari-jari tangan Widarto nampak masih membengkak, padahal biasanya sehari sesudah hemodialisa sudah kembali ke ukuran normal.
Ketika Nico mengunjungi ayahnya malam itu, Widarto nampak tertidur lelap dalam kondisi sudah diinfus. Gula darahnya sudah menurun ke 200 mg/dL. Deddy, sang caregiver juga nampak tidur di sisi kanan ruang rawat 302 itu.
Yani sempat menemui perawat, berusaha untuk memindahkan Widarto ke ruang rawat yang biasa ditempati mertuanya itu ketika harus dirawat inap. Sayangnya, malam itu semua kamar masih terisi penuh.
Yanti datang ketika Nico dan Yani sudah pergi untuk mencari makan malam yang terlambat. Dia membawakan beberapa perangkat tambahan untuk membuat ayahnya lebih nyaman selama di rawat di kamar sementara itu.
Rencana pemeriksaan ke Urolog untuk penggantian kateter dan ke Bedah Vaskular untuk memindahkan akses vaskular eksternal, belum dapat direalisasikan hari itu. Kemungkinan dijadwalkan besok siang.
"Biarkan ayah terlelap dan semoga kesembuhan menyapanya esok pagi," bathin Nico menghalanginya untuk membangunkan Widarto malam itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.