DEAR NAME ✔

52

Kedua tangan itu sama sekali tidak terlepas. Sejak Doyoung terbangun-bahkan saat orang tuanya dan keluarga istrinya datang-dia sama sekali tidak beranjak dan tetap berada di samping istrinya. Pria itu menggenggam erat tangan sang istri sambil mengusap-usapnya pelan. Pandangannya tidak lepas dari sosok yang sedang berbaring itu. Sedangkan Sejeong sejak tadi hanya diam termenung menatap langit-langit ruangan tersebut.

Hanya Doyoung yang kini di samping Sejeong dengan beberapa perawat berulang kali keluar masuk ke ruangan itu, menyiapkan segala hal untuk operasi nanti.

Atau lebih tepatnya setengah jam lagi.

"Doyoung-ssi?" Salah satu perawat menepuk pundak pria itu, membuatnya mengalihkan perhatian sejenak.

"Bolehkah aku bicara sebentar dengan istriku?" Perawat itu mengerjapkan matanya, melirik perawat lainnya yang kebetulan juga ada disana. Sejenak kemudian dia mengangguk dan semua perawat lainnya keluar dari ruangan itu.

Kini disana menyisakan Doyoung dan Sejeong yang masih betah dengan kesunyian dalam ruangan itu. Hanya terdengar napas berat dari keduanya dan genggaman tangan yang mengerat seolah menguatkan satu sama lain.

"Sejeong-ah?" Wanita itu menoleh. Kedua matanya sudah cukup panas hanya dengan membayangkan dia yang akan masuk ke ruang operasi. Sekarang dia harus melihat kedua mata suaminya yang berkaca-kaca.

"Kau harus bangun setelah operasinya selesai, eoh?" Sejeong hanya tersenyum tipis, tidak mengiyakan maupun menyangkal. Hanya itu yang bisa dia berikan sebagai jawaban.

"Minyoung tidak bisa kesini karena harus bersekolah." Doyoung terdiam sejenak dan mendenguskan senyum tipis. "Apa aku terlalu cengeng? Sejak kemarin Minyoung mengingatkan agar aku tidak menangis."

Sejeong tertawa pelan mendengarnya sambil mengulurkan tangan untuk mengusap air mata yang mengalir diwajah suaminya yang mungkin tidak disadari pria itu. "Kau memang cengeng, Doyoung-ah.."

"Hahh.. Aku sangat malu sekarang.." Wanita itu hanya bisa tertawa melihat Doyoung yang berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis. Dia mengusap-usap matanya yang terus mengeluarkan air mata, seolah tidak menuruti keinginan Doyoung yang ingin berhenti menangis.

"Jangan menangis~"

"Aku tidak menangis!"

"Tidak menangis apanya?! Sejak tadi air matamu terus keluar!"

"Ah! Benar.."

"Kim Doyoung berhentilah menangis, eoh?!" Pria itu mengangguk dan tersenyum. Keduanya tertawa pelan sampai kemudian salah seorang perawat masuk lagi ke ruangan itu, menengahi pembicaraan mereka.

"Sejeong-ssi harus ke ruang operasi sekarang." Ujarnya singkat dan dibalas anggukan ringan dari kedua orang itu. Doyoung tersenyum kearah Sejeong dan mengecup keningnya singkat.