10

5.1K 568 38
                                    

🍀DEAR NAME🍀
***

"Kau yakin ingin belanja?"

Chungha menatap khawatir sahabatnya itu. Tiba-tiba dia datang ke apartemen Chungha untuk mengajak perempuan itu berbelanja. Sejeong, dia tahu jika sahabatnya itu mendapat shift pagi hari ini sehingga dia memutuskan untuk datang di jam 5 sore, tepat saat itu Chungha juga baru datang dari rumah sakit.

"Aku sedang bosan. Doyoung dua minggu ini tidak bisa pulang. Aku hampir tidak melakukan apapun di rumah mertuaku."

"Bukannya bagus? Mereka memanjakanmu."

"Persis seperti dirimu, Chungha-ya!" Chungha tertawa pelan dan memakai jaketnya. Walaupun dia mengomeli Sejeong dan seperti tidak yakin untuk menemani wanita itu berbelanja, pada akhirnya dia juga bersiap untuk keluar.

"Lottemart?"

***

Pemandangan langit memang selalu indah. Awan-awan yang bergerak pelan dan juga langit biru yang menyegarkan mata. Bagi Doyoung melihat awan secara dekat sudah menjadi hal biasa baginya.

Sudah setengah jam perjalanannya dari Korea Selatan menuju Jepang. Ini sudah perjalanannya yang kedua kali dalam dua minggu terakhir. Dulu dia berharap bisa sering menaiki pesawat, perjalanan dari negara satu ke negara lainnya.

Sekarang dia bosan.

Doyoung menghela nafasnya berat sambil melirik ponselnya. Terakhir ibunya mengirim pesan jika Sejeong sedang jalan-jalan bersama Chungha, sekitar jam 5 sore. Coba saja dia bisa lebih bebas, dia ingin menemani Sejeong jalan-jalan kemanapun. Selama ini mereka tidak bisa pergi kemanapun dan hanya menghabiskan waktu di rumah. Jika dibilang selama ini, bahkan baru terhitung 4 hari mereka menghabiskan waktu berdua dan setelahnya Doyoung harus kembali bekerja. Bahkan sudah genap 2 minggu dia tidak bisa pulang dan lebih memilih beristirahat di dorm.

Dia membenarkan ucapan ayahnya. Setelah menjadi seorang suami, dia memiliki cukup beban tanggung jawab yang tanpa sadar dirasakannya. Dia khawatir tidak bisa disamping istrinya. Umur kehamilan Sejeong semakin mendekati waktunya dan dia masih harus terus berpergian keluar negeri tanpa sempat menengok istrinya itu.

"Doyoung-ah?" Doyoung menoleh saat Johnny yang kebetulan duduk disampingnya memanggil. Pria itu tersenyum kikuk karena merasa tertangkap basah melamun.

"Memikirkannya?"

"Heum. Dia sedang jalan-jalan dengan Chungha."

"Hebat sekali! Bukankah kehamilannya sudah masuk 7 bulan lebih?"

"Benar. Dia memang tangguh." Kedua pria itu tertawa pelan.

"Hyung? Setelah kupikir-pikir, sedikit menyiksa saat aku tidak bisa menemani istriku kemanapun."

"Kau merasa menyesal?"

"Heum. Jika hanya berkencan, aku tidak ada tanggung jawab untuk selalu mengajaknya keluar berjalan-jalan. Namun karena dia istriku, rasanya aku merasa bersalah hanya bisa menemaninya menggambar dirumah."

"Ah! Benar! Kau beruntung dia hobi menggambar. Dia bisa diam ditempat tanpa menuntut untuk kemanapun."

"Justru itu. Ibu mertuaku bilang, Sejeong tidak suka berdiam diri di tempat sama. Sahabatnya juga bilang, jika satu hari dia menggambar seharian, makan besoknya dia lebih suka berjalan-jalan tanpa tujuan." Johnny menggaruk dagunya sambil berpikir.

"Istrimu benar-benar unik." Ucap Johnny sangat amat pelan namun cukup terdengar di telinga Doyoung. Kedua pria itu kembali tertawa pelan.

"Tapi dia juga tidak menuntut padamu, bukan?"

DEAR NAME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang