12

5.8K 510 20
                                    

🍀DEAR NAME🍀
***

Doyoung merasa sangat gelisah saat ini. Dia masih berada di pesawat menuju Amerika yang perjalanannya membutuhkan waktu 15 jam.

Beberapa kali dia mengecek ponselnya. Dia tadi mengirimkan pesan pada Sejeong dan terhitung 5 jam sejak penerbangan wanita itu belum membalas pesannya.

Tidak seperti biasanya.

Sejeong terhitung tidak melakukan apapun saat ini. Kalaupun dia pergi keluar, ibunya juga akan melapor padanya.

Apa yang terjadi? Bahkan ibunya juga tidak bisa dihubungi.

Doyoung tidak berusaha menghubungi lagi, dia ingin istirahat sejenak di dalam pesawat. Masih ada waktu 10 jam lagi perjalanan. Sampai akhirnya sang manager membangunkannya, belum sampai dua jam dia terlelap, namun wajah khawatir managernya membuat tubuhnya menegang.

"Eommamu menelpon." Manager Yoojin memberikan ponselnya pada Doyoung. Dengan ragu pria itu menempelkan ponsel tersebut pada telinganya.

"Doyoung-ah?" Terdengar suara ibunya yang sedikit berbeda. Penuh dengan kekhawatiran.

"Ada apa, eomma?" Hening sejenak sebelum ibunya melanjutkan.

"Sepertinya kau tidak bisa menemani Sejeong melahirkan." Doyoung menatap kearah managernya dengan bingung. Keringat dingin keluar dari tubuhnya.

"Maksud eomma?"

"Sejeong.. Dia sudah berada di ruang bersalin sejak dua jam lalu. Masih menunggu beberapa waktu lagi untuk melahirkan secara normal."

"S-sejeong di rumah sakit?" Perasaan khawatirnya menyeruak. Rasa menyesal dan sedih seolah menimpa dirinya. Dia berjanji akan menemani wanita itu saat bersalin. Dia berjanji akan menemaninya.

"Dia baik-baik saja, eomma?"

"Heum.. Dia baik-baik saja.." Doyoung tidak bisa merasa lega walaupun ibunya berkata demikian. Pria itu menggigit kukunya khawatir sambil melihat kearah Johnny yang menatapnya penasaran.

"Eomma? Sejeong boleh menerima telepon?"

"Eomma akan berikan ponselnya pada Sejeong."

Doyoung menunggu dengan gelisah. Dia bisa mendengar suara pintu yang terbuka diikuti erangan kesakitan dari beberapa orang yang mungkin juga sedang menunggu waktu melahirkan mereka.

Pria itu harus menunggu cukup lama. Dia juga sempat mendengar perdebatan ringan antara Sejeong dan ibunya. Sepertinya Sejeong tidak ingin berbicara dengan Doyoung. Sampai dia mendengar helaan napas berat dan suara lemah itu.

"Hm??"

"Kau baik-baik saja? Maafkan aku tidak berada disana.." Terdengar tawa lemah di seberang sana membuat rasa khawatirnya semakin memuncak.

"Doyoung-ah.."

"Hm? Ada apa? Kau bisa bicara apapun. Aku tidak akan memutus panggilan-"

"Aku takut.. Doyoung-ah.." Doyoung hanya bisa meremas ponselnya ketika terdengar suara isakan pelan di seberang sana. Dia hanya bisa menunduk dan berusaha menahan air matanya juga.

"Ini menakutkan.. sakit.. Aku takut.."

"Maafkan aku, Sejeong-ah..."

"Aku takut.."

"Aniya.. Kau jangan takut.. Kau pasti bisa.."

"Maafkan aku, Doyoung-ah.."

"Wae?? Kenapa kau meminta maaf? Tidak akan terjadi apapun padamu.."

DEAR NAME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang