29

2.5K 364 122
                                    

🍀DEAR NAME🍀
***

Doyoung terdiam menatap langit-langit kamarnya. Kamar itu sepi, hanya ada dia sendiri disana. Dia melirik kesampingnya. Biasanya ada seseorang yang menemaninya tidur jika saja mereka tidak bertengkar.

Perutnya perih, dia sama sekali tidak nafsu untuk makan walaupun dia lapar. Bahkan dia hanya bisa tidur satu jam dan tetap terjaga sampai sekarang, jam 5 pagi.

Pada akhirnya Doyoung bangun, melihat sekitar dan memilih keluar kamar untuk mencari sesuatu yang bisa dia masak. Atau mungkin dia juga bisa membantu Sejeong menyiapkan makanan karena kebetulan jadwal syutingnya masih siang nanti.

Baru saja dia keluar kamar, dia juga melihat seseorang keluar dari kamar sebelah. Kamar Minyoung, anaknya.

"Sejeong?"

Sejeong, wanita itu menatap Doyoung datar dengan wajah mengantuknya. Dengan tidak peduli wanita itu melewati Doyoung untuk menuju dapur. Doyoung menghela napasnya sejenak dan mengikuti wanita itu, dia sedang memanaskan air dengan teko listrik.

"Kau duduk saja. Biar aku buatkan kopi untukmu." Sejeong hanya melihat Doyoung sekilas kemudian memalingkan wajahnya.

Semalaman pria itu berpikir apa saja yang dia ucapkan pada istrinya itu dan menyadari sendiri jika ucapannya cukup menyinggung. Dia mendekat kearah wanita itu dan berdiri di sampingnya. Tangannya terulur untuk menyisipkan rambut wanita itu yang menutupi wajah cantiknya.

"Kau marah padaku?" Sejeong tidak menjawab. Dia benar-benar sedang tidak ingin bicara atau berurusan dengan Doyoung terlebih dahulu.

Tangan pria itu meraih tangan kanannya, menggenggamnya erat sambil sesekali mengusap bagian punggungnya.

"Kau tidak ingin memberitahuku tentang tanganmu ini?" Sejeong menatap kosong tangannya yang di genggam pria itu.

Dia tidak bisa bohong jika dia merindukan suaminya itu. Dia menghela napas berat.

"Jangan bicara padaku.."

Doyoung menatap Sejeong sedih. Dia menyesal dengan kejadian semalam. Mereka berdua akhir-akhir ini tidak bisa berkomunikasi dengan tenang. Emosi selalu memenangi mereka.

"Maaf.."

"Kau selalu bilang maaf.." Doyoung terdiam. Dia sedikit membungkukkan badannya untuk berusaha melihat wajah wanita itu. Tangannya tidak lepas dari menggenggam tangan Sejeong.

"Kau kenapa hm? Apa yang akhir-akhir ini membuatmu mudah marah..?" Doyoung berbicara lemah lembut berusaha memberi suasana tenang agar tidak ada lagi pertengkaran seperti kemarin malam. Dia menatap Sejeong dengan mata yang berbinar.

"Ayolah, sayang... Kau ingin mengabaikanku...?" Sejeong bisa melihat kedua mata pria itu dari dekat. Kedua matanya seolah terkunci oleh tatapan pria itu yang sangat meneduhkan.

"Aku tidak akan menganggumu lagi.."

"Aniya.. Kau tidak pernah menggangguku.."

"Kau bilang begitu kemarin.."

"Maaf.. Aku serius.. Aku tidak bermaksud mengatakan itu.."

Suara yang ditumbulkan oleh teko itu membuat Sejeong mengalihkan perhatiannya. Dia menarik tangan pria itu pelan dan sedikit mendorongnya agar menjauhinya.

Doyoung tidak banyak membantah dan tetap diam di samping istrinya. Keberuntungan mungkin sedang tidak berpihak pada Sejeong. Disaat sepert ini tangannya kembali terasa kebas, keram dan panas. Doyoung melihat itu dan segera meraih tangan wanita itu dan memijat-mijatnya pelan.

DEAR NAME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang