Weekend

4.2K 528 32
                                    

note: selamat membaca! Wahh makasih banyak yang udah vote! Percaya atau enggak, tapi itu bikin moodku buat nulis jadi naik. :)

Tidurku terusik ketika mendengar suara berisik dari arah dapur. Tanpa perlu bertanya, aku sudah tahu itu pasti Jennie. Meregangkan tubuhku awalnya dilanjut dengan mengambil handuk dan pergi mandi. Tidak butuh waktu lama, aku sudah menghampiri Jennie di dapur.

"Selamat pagi, Jennie," kataku kemudian duduk di pantry sembari melihatnya yang masih sibuk memasak.

"Eoh? Sudah bangun ternyata. Tunggu sebentar lagi," aku hanya mengangguk meski Jennie tidak melihatku karena sedang membelakangiku.

Kutatap dirinya dari sini. Melihat tubuhnya yang sangat mungil, tubuhnya yang lebih pendek dariku, rambut halusnya yang memabukkan. Kalau boleh jujur, siapa yang tidak akan tergoda jika melihatnya seperti ini. Apalagi, aku sering mendapati Jennie keluar dari kamar mandi hanya menggunakan bathrobe saja. Demi Neptunus aku selalu ingin menyentuhnya lebih dalam. BUT, aku tidak sebrengsek itu. Aku menghargai Jennie. Menurutku, kami memang sepasang kekasih, mungkin melakukan hal "itu" biasa saja di mata orang lain tapi aku merasa tidak enak. Bukannya aku tidak mencintai Jennie, justru aku sangat mencintainya. Karena itulah aku menjaga Jennie seutuhnya. Aku tidak akan merusaknya. Lagipula aku menyukainya bukan karena tubuhnya, tapi karena hatiku yang memilih. Aku bersumpah akan menjaganya dan tidak akan menyentuhnya lebih dalam sebelum menikah. Aku saja tidak menyentuhnya, apalagi orang lain! Akan kupatahkan kalau perlu kupotong saja tangan yang berani menyentuh gadisku.

Lamunanku buyar ketika Jennie menyimpan sarapan kami di depanku. Oh! Bisakah kusebut ini sarapan? Ini sudah jam setengah dua belas omong-omong. Lupakan saja, saat ini kami sedang memakan masakan Jennie yang banyak sambil mengobrol ringan. Aku menyukai semua tentangnya. Seperti bagaimana dia menaruh lauk di atas mangkuk nasiku. Menurutku itu adalah hal yang manis.

"Terima kasih untuk makanannya! Ini sangat enak kau tahu!" Ucapku semangat.

Jennie hanya terkekeh kemudian membawa semua piring kotor ini ke wastafel untuk mencucinya. Aku bukan gadis yang malas. Jadi, aku menghampirinya dan memakai sarung tangan untuk mencuci lalu membantunya.

"Baiklah Jen, hari ini kau ingin kita berkencan dimana?"

Jennie tampak terkejut. Aku hanya membalasnya dengan senyumanku. "Sudah lama bukan?"

Dia mengangguk setuju. "Sebenarnya aku ingin pergi ke toko Saint Laurent. Mungkin sebelum itu kita bisa pergi menonton ke bioskop? Tidak perlu makan lagi karena kita baru saja makan. Bagaimana menurutmu?"

Dengan susah payah, aku menelan ludahku kasar. Kalau Jennie ingin pergi ke sana itu artinya aku harus memiliki uang yang banyak untuk mentraktirnya. Ah! Aku bisa memintanya pada Seulgi unnie.

"Call! It's my treat."

"Kau serius?"

"Tentu saja. Bersiaplah, aku akan menunggumu di ruang tengah, okay?"

Jennie mengangguk dengan semangat. Kemudian berlari menuju kamarku untuk bersiap-siap. Bahkan teriakanku untuk menyuruhnya tidak berlari tidak dihiraukannya. Dia begitu senang ya hari ini?

Setelah Jennie hilang dari pandanganku, aku segera menyambar ponselku dan menelfon Seulgi unnie. Oh Tuhan SYUKURLAH.

"Unnie, maaf mengganggumu. Aku akan menjelaskannya nanti tapi apa kau bisa mengirimku dua puluh juta won? Ini sangat urgent!"

"MWO! YAH! Apa in-"

"Kumohon unnie, aku akan mengembalikannya padamu begitu laguku selesai. Kumohon."

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang