note: Aku menantikan komen yang jebol 😆
Setelah tiga hari lamanya aku tidak masuk kerja, aku kembali menginjakkan kakiku di sini. Menangisi Rose tidak akan mengubah apapun. Aku tidak akan meninggalkannya jika saja gadis itu mengatakan cinta kemarin. Aku merasa amat kesal, aku membenci kenyataan hanya aku yang mencintai Rose. Aku tahu dia selalu mendengar kata-kata tidak pantas dari semua orang. Tapi aku juga tidak hanya sekali mengatakan padanya untuk tidak mendengar mereka dan fokuslah kepada hubungan kami.
Dan masalah menyentuh tubuhku, bukannya aku ingin melakukan 'itu', hanya saja setiap orang bahkan Jisoo pernah melakukan itu dengan pasangannya. Merelakan keperawanan karena cinta, itulah yang dikatakan Jisoo. Aku hanya iri sampai pada malam dimana Rose mengatakan alasannya. Aku tersentuh, jelas. Tidak ada yang menjagaku sampai seperti itu, dan bahkan Rose selalu memikirkan anaknya di masa depan. Seketika aku merasa sangat bersalah tapi kembali mengingat bagaimana aku menunggu selama dua tahun untuk mendengar kata cinta yang bahkan hanya sebuah mimpi untukku berhasil membuatku marah dan kecewa.
Lamunanku tentang Rose terbuyarkan karena Kai mengetuk mejaku berkali-kali. Aku terkejut begitu mendapatinya ada di sini, aku mendongak, menatapnya yang sedang tersenyum padaku.
"Sejak kapan kau di sini?" Tanyaku.
Kai masih terus dengan senyumannya lalu tangannya terulur untuk mengelus rambutku.
"Kajja."
Aku mengerutkan keningku. "Kemana?"
"Sudah waktunya makan siang. Aku tahu kau sedang merasa sedih, tapi kau tidak boleh sakit Jennie. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi."
Aku masih tetap terdiam, sejujurnya aku tidak ada keinginan untuk makan. Entahlah, rasanya sangat malas. Setelah malam itu hidupku menjadi tidak bergairah lagi. Aku merasa hidup, tapi aku merasa kekosongan yang amat dalam. Aku merasa hilang arah.
Kulihat Kai memutari meja kerjaku kemudian berjongkok di depanku, mengambil tanganku untuk dia elus sambil tersenyum menatapku.
"Aku tahu kau masih mencintai Rose, tapi jangan buat hal itu membuatmu buta Jennie. Ada orang yang terus berdiri di belakangmu, menamanimu dan mengkhawatirkanmu melebihi dirinya sendiri."
Tatapanku kembali bingung.
"Aku.. Tolong lihat aku Jennie."
Kai menarik tanganku untuk dia kecup, lalu kembali menatapku dengan sangat dalam.
"Biarkan aku membentuk hatimu lagi, Jennie."
~•~
Kai memperlakukanku dengan sangat baik. Dia serius dengan ucapannya dan aku bisa melihat ketulusannya. Saat makan siang tadi, dia terus mengajakku bicara, tak membiarkanku melamun sedikit pun.
Kemudian setelah selesai makan, aku kembali ke kantorku. Merasa bingung karena aku tidak menemukan Jisoo di ruangannya. Ah, mungkin dia belum kembali dari ruangannya. Aku mengangkat kedua bahuku tak acuh, nanti juga dia kembali.
Aku kembali berkutat dengan pekerjaanku, sedikit melirik jam tanganku dan Jisoo belum juga kembali. Ah, aku membutuhkannya saat ini. Aku ingin menceritakan semua isi hatiku, mungkin menangis di depannya. Dia pasti akan mengerti, dia pasti akan mendukungku.
Senyumku mengembang ketika Jisoo baru saja datang. Dia langsung memasuki ruangannya dengan wajah yang datar. Apa dia memiliki masalah dengan Lisa? Kalau begini, aku jadi tidak berani mengganggunya. Kuhela nafasku panjang, ternyata seberat ini meninggalkan Rose. Hatiku masih penuh dengan rasa sakit dan kecewa. Aku terus berpikir sampai aku menatap tanganku, dan menangkap sesuatu di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE
RomanceKehidupan Park Chaeyoung a.k.a Roseanne Park setelah berhasil mendapati gadis bernama Kim Jennie sepenuhnya. Setelah menyimpan rasa selama 3 tahun terakhir, akhirnya Rose bisa memiliki Jennie. Namun ternyata semua tidak seindah bayangannya, ada saj...