X'Mas

3K 363 46
                                    

Note: Ngantuk.




















Entah kenapa, saat menjelang akhir tahun seperti ini akan ada banyak orang yang bicara, 'Waktu berjalan dengan sangat cepat'. Dulu, mungkin aku adalah salah satu dari mereka karena aku begitu menikmati hidupku. Namun, tidak dengan tahun ini. Bagiku, ini adalah tahun yang paling kejam, menguras tenaga, dan memakan hati. Tapi, meninggalkan banyak pelajaran yang bisa kuambil.

Intinya, aku tidak merasakan waktu berjalan dengan cepat saat ini. Aku merasa dipermainkan oleh waktu karena sepanjang tahun ini yang kudapatkan adalah kesakitan. Meski di tengah tahun, aku mendapatkan kebahagiaan ketika Rosie mengikatku dengan sebuah tali pertunangan. Bagiku, itu lebih dari cukup untuk membuktikan betapa dia mencintaiku. Tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, bahkan aku merasa seperti kebahagiaan itu hanya sekilas, begitu singkat.

Dan sekarang, aku kembali dilanda oleh ombak yang entah datang darimana asalnya. Dimulai dari beberapa berita tentang keluarga Rosie yang pasti dapat memukulnya. Kemudian aku harus melanjutkan hantaman ombak ini ketika aku memintanya untuk mengalihkan isu. Aku memintanya melakukan media play, dimana hatiku tidak akan pernah baik-baik saja mengetahui dia bersama wanita lain meski hanya sebuah sandiwara.

Biar kutegaskan kembali,

Aku melakukan ini demi Rosie. Dia tidak sekuat yang terlihat, sejujurnya dia rapuh. Membawa label 'anak haram' seumur hidupnya membuat dia menjadi pribadi yang terlalu berhati-hati, terlalu was-was, dan tidak terbuka. Ingat saat dia menyembunyikan semuanya dariku sebelum terungkap kebenarannya? Jika padaku saja dia setakut dan tidak seterbuka itu, bagaimana dia akan menghadapi orang lain, media, dan dunia? Sangat disayangkan, tidak semua isi di dunia ini menyukainya.

Tanpa kusadari, sejak lama aku termenung dalam pikiranku, tenggelam di dalam sana sampai Jisoo mengetuk pintu kamar kemudian masuk dan duduk di hadapanku, di atas ranjang ini. Matanya terlihat lembut, seperti menyampaikan betapa dia turut merasakan apa yang kurasakan. Ah, terkadang aku merasa iri dengan Lisa dan Jisoo. Bagaimana bisa mereka menjalani hubungan dengan tidak adanya hambatan?

"Sudah selesai berpikir?" Ucapnya.

Aku mengerutkan dahiku, kenapa dia bisa tahu aku sedang memikirkan banyak hal padahal dia tidak di sisiku sepanjang hari ini.

"Aku memanggilmu hampir tiga kali dan semuanya tidak mendapat jawaban," katanya lagi seolah dapat membaca isi pikiranku.

Aku hanya terdiam, menunduk dan memainkan jari-jariku.

"Jadi, apa hasil berpikirmu hari ini?"

Kuhela nafasku sebelum menjawab. "Tidak ada."

"Mwo?!" Sebentar, kutatap matanya yang terlihat terkejut.

Lalu Jisoo tampak menghela nafasnya kasar. "Kalian ini keras kepala sekali! Tidak heran kalian memiliki banyak masalah di dalam hubungan kalian."

Ya, aku setuju. Tapi itu untuk kebaikan.

"Aku mengerti maksudmu, Jennie," ucapnya lagi yang mampu mengundang seluruh atensiku agar terpusat padanya.

"Dimulai dari kau membiarkan Chaeng melakukan media play sampai menutupi hubungan kalian di depan publik," katanya. "Aku tahu kau tidak ingin membuat para penggemarnya kecewa karena ternyata Chaeyoung, seorang idola yang mereka cintai sudah memiliki tunangan. Mereka pasti merasa patah hati," ucapnya lagi diakhiri dengan tertawa ringan.

Aku tersenyum tipis, sedikit membenarkan. "Tapi itu bukan tujuan utamamu."

Kulihat, Jisoo sedikit memberikan senyum tipisnya padaku. "Kau tidak ingin mereka meninggalkan Chaeyoung, benar?"

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang