The Truth (II)

3.9K 499 41
                                    

note: guys, aku khawatir kalian akan keliru ini POV nya siapa. Biar lebih mudah, aku akan buat POV sesuai dengan foto media di atas. ^^




Diantara berjuta-juta pertanyaan di bumi ini atau bahkan yang sifatnya infinity, kenapa pertanyaan yang menjadi bagianku adalah; "Kenapa aku dilahirkan di keluarga ini?". Di antara miliaran keluarga di bumi, kenapa harus keluarga mafia? Mereka tidak hanya sekedar mafia, tapi juga merangkap sebagai iblis.

Bayang-bayang masa kecilku mendadak menghampiriku, berputar dan menari di otakku bagai kaset film. Miris.

Aku sangat ingat dimana aku merasa sangat kebingungan. Tidak mengerti kenapa semua orang begitu tak acuh padaku? Mereka mengabaikanku dan memilih sibuk dengan urusannya masing-masing. Sampai pada akhirnya Alice menamparku untuk pertama kali tanpa alasan. Dia menatapku dengan keji kemudian meninggalkanku. Kupikir aku melakukan kesalahan hingga Alice begitu membenciku. Aku terus merenung dan memikirkan tindakanku, sejak saat itu aku selalu berhati-hati. Tapi tidak ada yang berubah sama sekali. Ketika Alice melihatku, saat itulah aku akan menjadi sasarannya. Karena tidak tahan dengan sikap kasar Alice, aku menemui eomma.

Kupikir eomma akan sangat terkejut karena melihat wajahku yang memar. Tapi dia hanya melirikku sekilas, tidak bertanya apapun.

Ekspetasiku saat itu adalah ketika aku memberitahu eomma, maka Alice akan berhenti. Aku kembali berpikir kenapa eomma tidak bereaksi sampai aku bertemu dengan appa di taman neraka kami. Kupikir, appa akan berbeda. Tapi dia hanya bertanya siapa yang melakukan ini padaku, ketika aku menjawab Alice, appa memberiku sejumlah uang dan menyuruhku menghubungi dokter Im. Aku benar-benar tidak mengerti. Rasanya sangat mengenaskan untukku, tidak ada yang peduli sama sekali!

Aku selalu bertanya-tanya apa semua anak di bumi ini memiliki nasib yang sama? Dan aku mendapatkan jawabannya ketika sekolahku menjalankan program tour ke museum, pantai, dan taman bermain. Saat itu aku melihat ke sekelilingku. Terlalu banyak orang dewasa hari ini, begitu pikirku. Kukira mereka adalah seorang penjaga, sampai ketika aku mendengar teman sekelasku memanggil mereka "eomma.". Di sanalah aku tersadar, hanya aku yang tidak didampingi oleh orang tua. Lalu ada kejadian dimana temanku terjatuh dan memiliki luka goresan di kedua lututnya, kalian tahu apa yang membuatku mengerti semuanya? Wanita berumur menghampiri temanku yang terjatuh dan memeluknya sambil menangis, terus bertanya padanya apa goresan kecil itu sangat sakit? Entah kenapa, melihat itu membuatku sangat marah.

Eomma, bahkan ketika bibirku sobek pun kau tidak pernah peduli, iya kan?

Dan saat itulah aku benar-benar mengerti, kalau aku adalah anak yang berbeda. Itu karena aku anak haram, Alice selalu mengatakan itu ketika dia memukulku.

"Anak haram lebih baik mati! Dasar lintah!!"

~•~

Diam-diam aku memijat keningku, kepalaku terasa sakit saat ini. Jennie masih tetap diam di sampingku, sejak pergi dari neraka itu dia tidak menatapku. Menghela nafasku adalah hal yang terus kulalukan sejak tadi. Bertahanlah Rose, ketika kau sudah di rumah Jisoo unnie, kau bisa melepas topengmu.

Aku berhenti tepat di depan rumah Jisoo unnie, menengok ke arah Jennie yang tidak bergerak sedikit pun. Sikap Jennie membuatku semakin takut, apa dia akan meninggalkanku? Ya Rose, siapa yang ingin berhubungan dengan keluarga mafia? Tidak-tidak! Keluarga iblis tepatnya. Aku sangat mengerti keadaan Jennie, dia terlalu shock untuk saat ini karena itulah aku membawanya ke rumah Jisoo unnie. Setidaknya aku bisa sedikit lebih tenang karena ada Jisoo yang menjaganya.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang