I'm Sorry

3.6K 446 163
                                    

note: ramaikan lagi kuyy





Hubunganku dengan Rose semakin merenggang. Sejak dia menghampiriku di kantor, aku tidak mengatakan apapun. Dia bahkan meninggalkanku tanpa mengucapkan apapun, tidak peduli ketika aku sudah mulai menangis. Kini, aku sedang menatap ponselku, berharap Rose menghubungiku malam ini dan memperbaiki semuanya. Aku sangat ingin menghubunginya duluan tapi entah kenapa aku merasa takut. Takut jika Rose tidak akan memaafkanku.

Sudah dua hari sejak kejadian itu aku sama sekali belum bertemu dengannya. Aku menjadi khawatir karena terakhir kali bertemu dengannya, dia dalam keadaan terluka.

Persetan dengan rasa takutku! Aku hanya akan menemuinya dan meminta maaf!

Aku berlari mengambil mantelku kemudian berniat pergi ke apartement Rose, aku menyambar kunci mobilku kemudian hendak menghampiri mobilku ketika ponselku berdering. Aku meraihnya dan langsung mengangkatnya.

"Hai, Jen."

"Halo Kai, ada apa?"

"Aku di depan rumahmu. Banyak yang ingin kukatakan."

Kuhela nafasku secara kasar. Ugh! Aku harus menyelesaikannya dengan sangat cepat. Aku berlari ke arah gerbang rumahku dan menemukan Kai dengan keadaan yang mengenaskan. Benar kata Rose, dia memukul Kai dengan membabi buta.

"Rose yang melakukannya," katanya tiba-tiba.

Kai menarikku ke dalam pelukannya, membenamkan wajahku di dada bidangnya. Aku tidak bisa memberontak, tubuhku menjadi sangat kaku dan aku tidak dapat melakukan apapun.

"Aku juga minta maaf," katanya lirih.

"U- Untuk apa?"

"Memukul Rose. Aku tidak berniat membalasnya tapi dia begitu tidak terkendalikan. Dan aku tidak bisa diam saja saat dia melakukan itu."

Aku mendorong Kai dengan sangat pelan, tidak berniat menyinggungnya. Kai tersenyum kepadaku dengan sedikit meringis, itu pasti sangat sakit. Tanpa sadar, aku mengangkat tanganku, meraih wajah Kai dan menyentuh lukanya.

"A- Apa sakit?"

"Tidak. Aku ini seorang lelaki meski tenaga Rose sangat besar."

Kai tertawa kecil, lalu kembali meringis. Aku tidak tega melihatnya seperti ini, karena itulah aku menariknya masuk ke dalam rumahku. Mengubur dalam-dalam niatku untuk menemui Rose di apartementnya. Mungkin lain kali.

Aku mengambil es dan kotak P3K untuk mengobatinya. Lukanya jauh lebih parah daripada Rose. Jika Kai baik-baik saja, maka seharusnya Rose juga baik-baik saja. Kai selalu meringis ketika aku menempelkan es batu padanya, well, Rose sangat menyeramkan.

"Sepertinya kekasihmu sangat membenciku?" Ucap Kai setelah aku selesai dengan mengompresnya.

Ah, itu mungkin memang benar tapi aku merasa tidak enak padanya. Bagaimana pun Kai sudah sangat baik padaku dan dia juga adalah modelku.

"Maafkan Rose," hanya itu yang bisa kuucapkan saat ini.

"Apa kau percaya padaku, Jennie?"

Aku membalas tatapan Kai yang terlihat sendu. Mata itu membuatku dengan mudah mempercayainya. Tanpa ragu, aku menganggukkan kepalaku. Kai tersenyum tipis kemudian mengelus rambutku.

"Rose bukanlah orang yang baik, Jennie."

DEG

Aku menatap Kai dengan kening mengerut, tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang