Note: Cerita ini, menurut kalian gimana?
Puluhan kali aku menghubungi Jennie tapi gadis itu tidak mengangkatnya. Aku semakin cemas, terlebih saat ini salju sedang turun sangat lebat. Rumahnya terlihat gelap, aku yakin di dalam sana tidak ada orang. Aku sangat tahu Jennie, dia takkan membiarkan rumahnya gelap seperti ini karena dia takut dengan gelap. Kuusap wajahku dengan kasar, tidak dapat berpikir jernih dimana Jennie sekarang.
Getaran di ponselku mengambil seluruh perhatianku, kuharap itu Jenie yang setidaknya mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Tapi memang tidak semudah itu kan? Jennie marah padaku, dan ini pertama kali bagi kami bertengkar sehebat ini. Bukan Jennie yang mengirim pesan, tapi Jisoo unnie.
Jisoo:
Pulanglah, Jennie aman bersamaku.Tak mempedulikan pesannya, aku segera mengendarai mobilku menuju rumah Jisoo. Tidak, aku tidak akan pulang sebelum bertemu Jennie. Kenapa aku bersikeras? Itu karena aku sangat takut jika Jennie akan meninggalkanku. Sangat takut. Aku pura-pura buta untuk melihat salju yang secara perlahan menutupi jalanan, memang tidak boleh mengebut karena sangat berbahaya tapi sekali lagi aku tidak peduli!
Mobilku berhenti tepat di depan rumah Jisoo. Aku langsung keluar dan memencet bel rumahnya secara tidak sabar. Tidak lama kemudian keluarlah Jisoo dengan wajah dinginnya. Aku tahu mungkin Jennie menceritakan semuanya. Ini memang salahku.
"Aku ingin bertemu Jennie," kataku tanpa basa-basi.
"Pulanglah, Chaeng. Kau tidak lihat salju sedang turun? Aku memberitahumu karena aku tahu kau pasti sedang mencarinya."
"Ya dan biarkan aku masuk!"
Aku mencoba untuk menerobos masuk ke dalam rumah Jisoo tapi Jisoo menghalangiku dengan kuat. Bukannya aku lemah, tapi aku sudah berjam-jam menahan dingin di luar sana mencari Jennie, tenagaku semakin lama semakin berkurang karena lelah.
"Unnie aku ingin bicara dengan Jennie!" Akhirnya, aku berteriak kepada orang yang lebih tua dari padaku untuk pertama kalinya.
"Tidak! Dia sedang istirahat, tolong jangan ganggu dia dulu! Biarkan dia waktu, Chaeng. Apa kau tahu saat dia datang ke sini dia hampir pingsan?!"
Tenggorokanku tercekat. Mengetahui Jennie hampir pingsan sudah membuatku khawatir, apalagi penyebab ini semua adalah aku. Kalau sampai Jennie kenapa-kenapa, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri. Belum menyerah, aku kembali berusaha menerobos masuk tapi kali ini seorang pria yang muncul di balik tubuh Jisoo membuatku membeku dan menghentikan usahaku.
Mungkin karena tiba-tiba aku tidak mengeluarkan tenaga, Jisoo unnie yang sedang berusaha mendorongku keluar membuatku terjatuh ke belakang seperti yang Jennie lakukan beberapa jam yang lalu. Aku tidak peduli dengan bajuku yang kotor atau tanganku yang tergores, tatapanku hanya terkunci pada pria itu.
"Kau-- Kenapa kau di sini!?"
Emosiku pecah. Melihat pria itu ada di dalam rumah Jisoo unnie bersama Jennie membuat pikiran negatifku menguasai diriku. Kenapa harus dia?! Dan sejak kapan dia di sini?
"Hm? Kupikir kau sudah pulang, Rose," ucapnya dengan menunjukkan senyum miring.
Sebelum menjawabnya, aku bangkit berdiri. Menatap dingin kedua orang yang menghalangiku. "Jennie kekasihku. Aku berhak bertemu dengannya, jadi jangan halangi aku."
"Bagaimana jika Jennie sendiri tidak mau bertemu denganmu?"
DEG
"Je- Jennie mengatakan itu?" Lirihku.
"Sayangnya begitu. Aku tidak tahu ada apa dengan kalian tapi Jennie bilang padaku dia tidak mau bertemu denganmu lagi," ucap pria itu.
"Kai! Apa yang ka-"
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE
RomansKehidupan Park Chaeyoung a.k.a Roseanne Park setelah berhasil mendapati gadis bernama Kim Jennie sepenuhnya. Setelah menyimpan rasa selama 3 tahun terakhir, akhirnya Rose bisa memiliki Jennie. Namun ternyata semua tidak seindah bayangannya, ada saj...