Who r u ?

3.4K 401 108
                                    

Note: heheheheh









Setelah Jennie tidak mengenaliku, aku belum berani untuk kembali masuk ke dalam. Tatapan yang dia berikan padaku, terlihat sangat menyakitkan untukku. Jadi, aku hanya duduk di sebuah kursi panjang tepat di depan ruangannya, menyenderkan tubuhku di kursi dan kepalaku di tembok, lalu memejamkan mata.

Sampai tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan Jennie, mendekatiku, bahkan menduduk-kan dirinya dengan jarak satu kursi dariku.

"Kenapa kau tidak memberitahuku, unnie?" Kataku masih memejamkan mata.

Dari aromanya yang melewatiku, aku bisa tahu dia adalah Jisoo unnie.

Aku tidak mendengar jawabannya, tapi sesaat kemudian yang kudengar adalah helaan nafasnya yang panjang. Sampai beberapa saat, kami tidak mengeluarkan suara apapun.

"Mianhae.."

Aku mendengus, bukan itu yang ingin kudengar saat ini. Tapi alasannya.

Kuhela nafasku panjang, kemudian bergumam. "Wae unnie, wae?"

Aku ingat saat Jisoo unnie pergi bersama dokter itu ke ruangannya. Seharusnya aku menaruh curiga pada mereka, tapi yang kulakukan hanyalah mendengar Jennie baik-baik saja dan akan segera bangun, tanpa memikirkan resiko selanjutnya.

Terkadang aku berpikir, sebegitu bencinya kah semesta melihatku bersama Jennie?

"Aku tidak tega," katanya kemudian.

Aku tertawa sinis, membuka mataku secara perlahan dan menatap ke langit-langit koridor rumah sakit.

"Tidak tega ya? Hm, terima kasih tapi berkatmu aku tidak bisa mempersiapkan diriku untuk hal semacam tadi," sarkasku.

Di ujung mataku, aku bisa melihat pergerakan Jisoo unnie. Dia menangkupkan wajahnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada lututnya, kemudian mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Maaf, aku minta maaf, Chaeng."

Lagi, kuhela nafasku panjang, kemudian beranjak dari dudukku. Lalu aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku celana, berbalik menatap Jisoo unnie yang juga sudah menatapku.

Well, meski keadaan menjadi sangat rumit, aku tidak bisa melakukan apapun untuk merubahnya, apalagi memaksa Jennie untuk mengingat karena itu akan berakhir buruk untuknya.

"Sudahlah, tidak ada artinya lagi," kataku, lalu aku melihat penyesalan dari mata Jisoo unnie.

Ini adalah semacam reset, yang mengembalikkan semuanya pada titik awal. Memang hanya ingatan Jennie yang menghilang, tapi aku akan berusaha membuat ingatan itu kembali. Dan aku, hanya perlu kembali pada masa lima tahun yang lalu, dimana aku baru bertemu Jennie dan menyukainya.

"Aku akan memulai semuanya dari awal."



~•~



Saat ini, aku sedang berdiri tepat di depan ruangan Jennie setelah berjalan-jalan sebentar di taman rumah sakit. Ya, aku butuh udara segar dan sedikit kekuatan sebelum menemui Jennie lagi. Aku masih takut, tepatnya aku hanya tidak kuat begitu melihat Jennie yang tidak mengenaliku.

Sesaat sebelum aku ingin membuka pintu, aku tersentak ketika tiba-tiba saja Seulgi unnie membuka pintu dari dalam. Reflek, aku memegang dadaku sebelah kiri, menarik nafas untuk mencoba lebih tenang lagi.

"Mian, aku tidak tahu," ucap Seulgi unnie sambil terkikik kecil.

Aku hanya mendeliknya tajam, tidak berniat untuk menjawabnya sama sekali. Lalu kemudian Seulgi unnie menutup pintunya, berdiri di hadapanku dan menepuk-nepuk bahuku.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang