Meet

3.8K 487 54
                                    

Note: Happy Reading! 😊




Rose terus menghubungiku sejak tiga hari yang lalu. Selama itu juga dia terus ke sini dan membelikanku banyak makanan. Aku sudah tidak marah kepada Rose, hanya saja aku tidak ingin bertemu dulu. Bayang-bayangku yang sangat menyeramkan tidak mau pergi, aku takut jika Rose benar-benar bermain di belakangku.

Ponselku kembali bergetar untuk kesekian kalinya hari ini. Awalnya kupikir itu Rose, tapi melihat nama Kai yang mengirimku pesan membuatku berniat meraih ponselku dan membalasnya.

Kai:
Jennie, apa kabarmu?

Me:
Aku baik-baik saja.

Kai:
Sudah tiga hari aku tidak melihatmu di kantor.
Kau benar-benar baik-baik saja?

Me:
Ya.

Kai:
Kalau begitu, mau pergi ke taman dekat rumah Jisoo?

Kupikir, ini bukan ide yang buruk. Lagipula, sudah tiga hari aku hanya mendekam di kamar ini. Mungkin sudah saatnya juga aku pulang ke rumahku. Jadi, aku menyanggupi ajakan Kai untuk pergi ke taman.

Mataku terlalu banyak menangis. Lihat mata panda dan bengkak itu! Ugh bahkan concealer tidak akan mampu menutupinya.

Aku menuruni tangga dan ingin berpamitan dengan Jisoo ketika kakiku berhenti melangkah begitu melihat Rose berada di depan pintu rumah kami sedang bicara dengan Jisoo. Memang, aku sedang tidak ingin bertemu dengannya, setidaknya tidak dalam waktu dekat tapi tidak bisa kusangkal aku juga merindukan gadis itu.

Dia masih tidak menyadari keberadaanku. Aku beralih bersembunyi dekat dengan pintu, memberitahu Jisoo untuk tetap diam dan tidak memberitahu jika aku ada di sini. Lalu, aku juga memberikan kode agar mereka tetap bicara.

"Terima kasih makanannya, Chaeng," kata Jisoo.

Aku melirik ke sebuah plastik yang dibawa oleh Jisoo. Aku langsung tahu itu adalah es krim dan beberapa cemilan lainnya, lalu di tangan lainnya ada makanan berat dari Jepang.

"Ya.. Tolong jaga Jennie," aku mendengar dengan jelas bagaimana nadanya yang terdengar lemas. Apa dia sakit?

"Ya, tentu."

"Apa dia– uhm.."

"Kurasa dia masih membutuhkan waktu sendiri, Rose."

"Aku tahu.. Maksudku—" Rose tiba-tiba saja berhenti bicara. Aku tahu dia sedang ragu untuk mengatakannya. "Unnie, apa– dia akan tetap bersamaku? Dia bilang, aku tidak boleh bertemu  dengannya kalau aku tidak menjelaskan apapun."

Jisoo sempat melirikku, aku memberikan anggukan kecil agar dia menjawabnya.

"Kau percaya padanya, kan? Jennie juga sangat mencintaimu, Chaeng."

Exactly.

"Aku percaya padanya, tapi aku tidak yakin pada diriku sendiri. Karena semua orang pergi ketika aku  mengatakan yang sebenarnya, sejauh ini kecuali Lisa."

Keheningan terjadi. Aku semakin takut dengan sesuatu yang disembunyikan Rose. Jisoo juga terlihat terkejut, sama sepertiku. Tak lama kemudian kudengar helaan nafas panjang yang terasa begitu berat dari Rose. Dia seperti sedang memanggul beban yang begitu berat.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang