Jennie, Wake Up

3.7K 407 130
                                    

Note: Readers-nimkuu galakkk-galakkk, atuuttt 😣😝











Mata yang sudah bengkak ini, sepertinya belum puas untuk mengeluarkan air mata. Sesaat aku menemukan ruangan ICU, yang kudapati adalah Jennie dengan tubuh lemahnya, terbaring dengan berbagai alat yang menempel di tubuh mungilnya.

Aku menatapnya dari luar, kaca besar di sisi ruangan ini membantuku untuk melihat Jennie dengan jelas. Tatapanku terpaku pada Jennie, tidak ingin mengalihkan perhatianku padanya barang sedetik pun.

Lalu tidak lama kemudian seorang dokter memasuki ruang ICU dengan memakai pakaian khusus, mendekati Jennie dan memeriksa Jennie. Aku sangat berharap Jennie mengalami peningkatan. Sangat berharap.

Tidak lama kemudian dokter dengan perawat itu muncul dari balik pintu, aku hanya menatapnya, tidak berniat untuk menghampiri. Melihatku yang hanya diam saja, Seulgi unnie dan Jisoo unnie mendekati dokter itu untuk menanyakan perkembangan Jennie.

"Bagaimana, Dok?" Tanya Jisoo unnie.

"Belum ada perkembangan yang signifikan. Saya belum bisa menentukan kapan dia akan sadar, kalian berdoa saja yang terbaik untuknya dan ajaklah dia bicara sesekali. Mungkin dengan begitu dia akan merespon."

Aku mendengarkan. Tatapanku kembali beralih pada Jennie, masih berdiri dekat dengan kaca jendela besar. Aku ingin masuk, tapi aku tidak tahu apakah aku akan kuat berada di sana. Setelah Seulgi unnie dan Jisoo unnie mengucapkan terima kasih dan membungkuk, dokter itu pergi dari hadapan kami.

Aku tidak memalingkan wajahku yang terus-menerus menatap Jennie ketika seseorang menepuk pundakku.

"Kau mau masuk?" Suara Jisoo unnie mulai terdengar dengan sangat lembut.

Aku terdiam. Sebenarnya aku ingin sekali masuk ke dalam sana, menggenggam tangan Jennie, menyalurkan energiku agar dia bisa dengan cepat bangun tapi aku merasa rapuh bahkan ketika hanya melihatnya saja. Setelah lama berdiam diri aku menggeleng pelan, mungkin nanti saja. Aku akan menguatkan hatiku dulu.

Jisoo unnie menepuk-nepuk punggungku, kemudian dia kembali berkata. "Kalau begitu aku dan Seulgi akan masuk duluan."

Aku mengangguk sebagai jawaban. Memang hanya dua orang saja yang diperbolehkan masuk, dan pastinya aku akan masuk sendiri. Selain tidak ingin diganggu oleh orang lain, aku ingin berdua saja dengan Jennie, mengeluarkan semua kalimat yang mungkin akan kujadikan mantra penyembuh untuknya.

Sesaat kemudian aku melihat Jisoo unnie dan Seulgi unnie mendekati ranjang Jennie dengan pakaian khusus. Mereka mengelus kepala Jennie dengan pelan kemudian berkata-kata yang tentu saja tidak dapat kudengar. Sampai Jisoo unnie dan Seulgi unnie keluar pun, aku tidak berhenti menatap Jennie. Entahlah, aku hanya memikirkan Jennie dan ini adalah hal yang ingin kulakukan.

Jisoo unnie kembali menghampiriku dan mengelus lembut bahuku. "Aku akan pulang sebentar dan membawa pakaian untukmu. Kau ingin menitipkan sesuatu?"

Kali ini, aku tidak melakukan apapun. Aku tidak mengangguk ataupun menggeleng. Aku terus terdiam, menatap Jennie dengan pandangan kosong. Tidak ingin melewati detik-detik Jennie akan bangun. Dan aku sangat yakin, Jennie akan segera bangun, apapun keadaannya. Melihatku yang tidak menjawabnya, Jisoo unnie menghela nafasnya. Kemudian dia pergi bersama Jisoo unnie. Perlahan, aku merasakan seseorang mendekatiku, dan benar saja. Dia menepuk bahuku, mengelusnya kemudian berdiri di sebelahku sampai aku bisa melihatnya dengan ujung mataku.

"Chaeng, aku minta maaf. Sungguh," aku mendengar suara Lisa yang terdengar pelan dan penuh penyesalan.

Maaf Lisa, aku sedang tidak ingin bicara untuk saat ini. Jujur saja, aku masih merasa kesal dengan tindakannya yang sangat keterlaluan. Tidak, aku tidak ingin mengingat kejadian itu lagi.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang