Remember You

3.7K 421 116
                                    

Note: KZL











Saat ini, hal yang paling kurasakan adalah perasaan bersalah. Begitu melihat Rosie, aku yakin sesuatu terjadi di antara kita karena dia terlihat paling tersakiti di sini. Aku menunduk, duduk di atas ranjang setelah beberapa saat aku terbangun, menatap Rosie yang tertidur di sebelahku dalam posisi duduk, dengan kepalanya yang berada di sisi ranjangku dan tangannya yang selalu menggenggamku kuat. Aku tidak berniat membangunkannya ketika dengan perlahan air mataku turun membasahi pipiku. Rosie, maaf karena belum bisa mengingat.

Mendengar isak tangisku yang tak bisa kutahan, Rosie terbangun sambil menyipitkan matanya, perlahan menatapku dan langsung terkejut. Lalu menegakkan tubuhnya, menghapus air mataku dan menangkup wajahku dengan kedua tangannya.

"Kenapa kau menangis?" Tanyanya dengan sangat lembut.

Aku menggeleng. Kemudian aku cemberut, membuat Rosie seketika tertawa kecil. Tidak lama kemudian dia beranjak untuk duduk di sebelahku, menarikku ke dalam pelukannya yang paling kusukai.

"Jangan cemberut begitu. Katakan, ada apa hm?" Katanya sambil mengelus-elus punggungku dengan pelan.

Aku kembali menggeleng, enggan memberitahu apa yang kupikirkan, takut nanti dia merasa tersakiti untuk kesekian kalinya. Dan seterusnya, aku hanya diam sampai dia meregangkan pelukan kami, kembali menatapku sambil mengelus lembut rambutku.

"Katakan," ucapnya.

"Tidak."

"Katakann."

"Tidak mau!"

"Katakan Jennie~"

"Andwae.."

Rosie tiba-tiba saja menggelitik tubuhku, membuatku terus tertawa dan mencoba untuk menghentikannya ketika dia tidak mau melepaskanku dan terus menggelitik. Memaksaku untuk mengatakan alasan aku menangis. Tidak terasa, air mataku kembali mengeluarkan air mata karena banyak tertawa, membuatku lelah hanya karena tertawa.

"Katakan Jennie," katanya yang sudah merubah posisi kami, menindihku. Tapi tangannya terus saja menggelitik-ku tanpa ampun.

"Baiklah-baiklah!!" Kataku akhirnya menyerah.

Rosie tersenyum menang kemudian dia berhenti menggelitik-ku, menumpu kedua tangannya di sisi tubuhku dan menatapku dalam. Tunggu, jantungku kembali beraksi, apa dia tidak merasakan hal yang sama? Maksudku- Posisi kami- Ah!!

Rosie masih tersenyum sampai ia berkata, "Kenapa diam saja? Mau ku—"

"TIDAK! Tu- Tunggu," kataku memotongnya. Aku hanya tidak ingin dia menggelitik-ku lagi!

Rosie terkekeh, namun dia tetap tidak mengubah posisi kami. Ah sial, mungkin wajahku sudah memerah sekarang. Aku berusaha terlihat tenang, kemudian berdeham untuk memecah kecanggungan yang hanya diriku saja yang merasakannya.

"A- Aku hanya sedih," kataku akhirnya.

Dia masih tersenyum lembut. Menungguku kembali bicara.

"Aku sedih karena aku tidak mengingat," kataku lagi. "Dan kau terlihat sangat tersakiti."

Rosie terdiam. Senyumannya menghilang, tergantikan dengan wajahnya yang terlihat sangat serius. Kami saling berpandangan beberapa saat, memperhatikan wajah satu sama lain dengan jarak yang sangat dekat.

"Tidak apa-apa. Tidak usah pedulikan aku, pikirkan kesehatanmu karena aku tidak ingin melihatmu terluka. Ani! Aku benci melihatmu terluka."

Dan mendadak, air mataku kembali terjatuh. Rosie terlihat begitu tulus dan aku bisa merasakannya.

Melihatku menangis, Rosie beranjak dari tubuhku, duduk dengan kaki bersila dan menarik-ku untuk menyusulnya dan duduk berhadapan dengannya ketika aku lebih memilih duduk di atas pangkuannya. Tubuhnya seperti tersentak dan menegang di saat yang bersamaan, tapi dia tidak protes sama sekali, bahkan kini dia mengelus punggungku dan aku memeluk lehernya dengan erat, menangis.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang