note: ANJIR WOY KOMEN CHAPTER SEBELUMNYA RAME BANGET HIHIHI. Iheummm sayang banget lah sama kalian lope lope seabrek lahh 💙💙 ! Komen lagi donggg hehehe
Takdir sepertinya sedang mempermainkanku, menempatkan diriku di posisi yang sama dengan orang yang berbeda. Bukannya memulihkan, namun membuatku terus semakin dalam membuka luka. Ingatan bersama Jennie di setiap langkahku terus hadir, seolah aku dilarang melupakannya. Kuhela nafasku kasar sembari meminum air putih. Sebenarnya aku ingin minum segelas kopi atau soju mungkin lebih baik. Tapi sialnya dua sejoli yang sekarang merangkap menjadi babysitter dadakanku terus mengawasiku seperti dua puluh empat jam.
Di depan sana, Jisoo sedang memasak. Aku menatap punggungnya dari meja pantry, hal yang sering kulakukan dulu pada wanitaku, Jennie. Ah maaf, Jennie sudah bukan wanitaku lagi.
Lisa datang entah dari mana kemudian memukul lenganku dengan sangat keras, membuyarkan bayanganku tentang Jennie.
Aku menatapnya dengan tajam tapi Lisa lebih seram saat ini.
"Jangan menatap Jisoo unnie seperti itu!" Katanya dengan kesal.
"Tidak. Maaf, aku hanya teringat pada Jennie."
Jisoo unnie yang tadinya tertawa karena melihat Lisa dalam mode cemburu kembali bungkam ketika aku kembali mengucapkan nama itu. Keheningan datang sampai Jisoo unnie menata masakannya di atas meja. Kuhela nafasku kasar, kemudian aku merasakan mereka menatapku hingga tubuhku merasa berlubang.
"Ayo makan," ucap Jisoo unnie setelah duduk di sebelah Lisa.
"Unnie, Lisa.. Aku-"
"Makan, Chaeng. Aku tahu kau sedang patah hati, tidak berselera sampai-sampai kau terlihat seperti mayat hidup. Terlepas dari itu bisakah kau menghargai masakanku?"
Ugh, jika sudah begini aku tidak bisa menolak lagi. Selera makanku sudah tidak ada, meski saat bersama Jennie aku adalah orang yang mementingkan makanan sampai mengabaikannya, maka berbeda dengan sekarang. Bahkan mungkin aku lebih menginginkan Jennie ketimbang makanan. Aku mulai mengambil sumpitku dan memakan lobak buatan Jisoo unnie, makan sedikit tidak masalah kan?
Diam-diam, aku selalu menatap Jisoo unnie. Sebenarnya, aku ingin bertanya tentang Jennie tapi sepertinya hubungan mereka berdua sedang tidak baik. Terbukti ketika aku menyebut nama Jennie beberapa waktu yang lalu mampu membuatnya diam. Ekspresi kesalnya tidak luput dari mataku.
Aku hanya bisa menghela nafasku, sangat penasaran sampai aku bertekat untuk mengunjunginya tapi tenang saja, itu hanya imajinasiku. Lagipula, aku tidak mau membuat mood mereka menjadi hancur. Tapi kenapa mereka kesal dengan Jennie? Kasihan Jennie, jadi merasa dimusuhi karena aku.
"Kenapa, Chaeng?" Lisa memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya setelah bicara padaku.
Aku hanya menggeleng dan kembali menghela nafasku. Jennie benar-benar membuatku gila.
"Jennie..." Aku menatap ke arah Jisoo unnie dengan cepat, sangat menanti kelanjutan kalimatnya. Bahkan, mataku sampai membulat tidak sabar, sekaligus merasa khawatir. "Dia baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir. Kau harus mengkhawatirkan dirimu sendiri, chaeng."
Aku tersenyum tipis. Ya, setidaknya dia baik-baik saja. "Apa dia makan dengan teratur? Kau tahu Jennie tidak bisa telat makan, lalu apa dia selalu menggunakan pakaian yang hangat? Ah udara di Korea sedang menggila akhir-akhir ini, bahkan memakai pakaian tiga rangkap saja dinginnya masih bisa menusuk tu-"
"Chaeng," Lisa memotong kalimatku dengan penuh penekanan kemudian menatapku tajam.
Kupikir, aku berlebihan. Aku tersenyum kecut kemudian menatap makananku yang masih sangat banyak, sepertinya aku baru makan dua suap saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE
RomansaKehidupan Park Chaeyoung a.k.a Roseanne Park setelah berhasil mendapati gadis bernama Kim Jennie sepenuhnya. Setelah menyimpan rasa selama 3 tahun terakhir, akhirnya Rose bisa memiliki Jennie. Namun ternyata semua tidak seindah bayangannya, ada saj...