Note: Maaf lama ya :)
Setelah melewati hari yang mampu menggemparkan dunia entertainment, aku dan Rosie bersantai di ruang tengah kami, melihat berita-berita tentang kami yang sudah beredar. Kuakui, langkah Rosie memang sangat berani mengingat dia adalah public figure yang masih tergolong baru.
Saat sedang asik melihat berita tentang diri sendiri, aku mendongak sedikit untuk menatapnya karena aku sedang bersandar di bahunya. Merasakan ada pergerakan, Rosie melirik sebentar ke arahku sebelum kembali menatap layar televisi itu. Ugh. Dia memang sulit sekali untuk bisa membaca keadaan.
"Apa yang akan kau lakukan setelah ini, Rosie?" Ucapku.
Kini, seluruh perhatian Rosie ada padaku. Dia tersenyum dengan lembut sambil mengelus rambutku.
"Kalau aku berhenti dari dunia entertainment, apa boleh?"
Tanpa sadar, aku mengerucutkan bibirku. Tak bisa kubayangkan Rosie meninggalkan impiannya yang sudah berhasil dia capai baru-baru ini. Perjuangannya sangat panjang, dan tidak banyak orang yang bisa seperti Rosie, atau.. tidak ada? Karena aku hanya menemukan satu yang seperti Rosie. Dan hal lain yang membuatku sedih adalah ketika aku melihat betapa bahagianya Rosie saat ia debut, betapa bersinarnya Rosie di atas panggung, dan betapa bersyukurnya Rosie ketika dia memiliki banyak penggemar.
Tak bisa kupungkiri, di saat itulah aku melihat Rosie benar-benar menjalani kehidupannya dengan baik dan dia sangat menikmatinya.
"Hei."
Aku kembali pada kesadaranku ketika Rosie mengguncang tubuhku pelan. Kemudian, aku beralih menatap matanya yang sedang menungguku bicara.
"Apa berhenti adalah satu-satunya jalan?" Kataku dengan pelan dan menunduk, enggan untuk menatapnya.
Kemudian, aku mengikuti pergerakan Rosie yang menarikku untuk duduk di pangkuannya dengan posisi menyamping. Dia memeluk pinggangku, kemudian menyuruhku untuk menatapnya. Aku lagi-lagi hanya menurut, menatapnya dengan bibirku yang masih cemberut.
Chup
"Berhenti cemberut," katanya.
Wajahku terasa sangat panas, tadi itu sangat tiba-tiba! Dan aku tidak siap!
Sedetik kemudian, aku mendengar Rosie menghela nafasnya samar, tapi karena aku benar-benar tidak berjarak dengannya, membuatku mendengarnya dengan jelas.
"Apapun keputusannya, kau tidak akan meninggalkanku kan?" Ucapnya dengan sangat pelan.
Sontak, aku mengangguk dengan cepat. "Tentu saja. Kau meragukanku?"
Rosie menggeleng sambil tersenyum. Kemudian dia mencuri satu kecupan di bibirku.
"Tenang saja. Aku benar-benar sudah memikirkan hal ini lebih dari seratus kali."
"Aku mempercayaimu, Rosie."
Setelah mengatakannya, kami saling melempar pandangan dalam diam. Mata kami seakan mengirim pesan yang berisi seberapa besar cinta yang kami miliki. Dan seiring berjalannya waktu yang entah kapan mulainya, wajah kami semakin mendekat satu sama lain, membuat kami merasakan nafas yang menerpa wajah kami. Hingga hampir saja bibir kami bertemu, suara deringan ponselku menginterupsi kami, membuat suasana menjadi sangat canggung entah kenapa.
Aku beranjak dari pangkuannya, mengambil ponselku yang berada di meja dan menjawabnya setelah mengatur nafasku dengan benar.
"Ha- Halo?"
"Apa yang membuatmu lama, nak?"
Aku menatap Rosie, membuatnya memberikanku tatapan bertanya. Tapi kemudian aku duduk di sebelahnya dan menyalakan speaker agar Rosie bisa mendengar juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE
RomanceKehidupan Park Chaeyoung a.k.a Roseanne Park setelah berhasil mendapati gadis bernama Kim Jennie sepenuhnya. Setelah menyimpan rasa selama 3 tahun terakhir, akhirnya Rose bisa memiliki Jennie. Namun ternyata semua tidak seindah bayangannya, ada saj...