A Little Date

3.8K 424 128
                                    

Note: HALO! EH AKU MAU SOK"AN CARE DULU DONG, KALIAN LAGI APAAAA!!??


















Benar-benar hingga beberapa menit kemudian, tidak ada satu pun dari kami yang berbicara. Rosie masih tetap diam dan aku masih memeluknya dengan sangat erat. Dan aku sudah berhenti menangis, omong-omong. Hingga beberapa menit lagi, aku mulai merasa Rosie membalas pelukan-ku, tidak kalah erat.

"Gwenchana? Ke- Kepalamu tidak sakit?" Ucapnya dengan nada yang sangat khawatir, selain itu, terdengar bergetar.

Aku mengangguk dalam pelukannya. "Seperti yang kau lihat."

"Kau benar-benar mengingat semuanya?" Tanyanya ragu.

Aku mengangguk lagi, kali ini dengan sangat yakin. "Tentu saja!"

Rosie melepaskan pelukannya, sehingga kami duduk berhadapan saat ini. Aku terus melempar senyumku pada Rosie ketika dia hanya memasang wajah penasaran, seperti masih tidak percaya jika aku benar-benar sudah mengingat. Kemudian dia kembali bicara, tapi sebelum itu, dia mencondongkan tubuhnya, mendekat ke arahku dan menumpu kedua tangannya di kedua sisi tubuhku.

"Kau benar-benar mengingatnya?" Katanya penuh selidik.

"Iya, Rosie. Sudah kukatakan bukan?"

"Maksudku, benar-benar semuanya? Tanpa kecuali?"

Aku memutar bola mataku. "Kalau begitu, silahkan berikan aku beberapa pertanyaan."

Kudengar Rosie menghela nafasnya, mengalihkan pandangannya sebentar dengan wajah berpikir, kemudian kembali menatapku.

"A- Aku tidak tahu harus bertanya apa," katanya.

Kini, giliranku yang menghela nafas panjang. Rosie-ku masih tetap sama, dia adalah orang yang bodoh yang pernah kutemui, tapi aku tetap mencintainya.

"Akan kuberitahu satu hal paling penting," kataku menarik perhatiannya dan berhasil, dia menatapku dengan tatapan penasaran.

Kami saling terdiam beberapa saat, dengan aku yang terus memberikan senyumku pada Rosie. Sedangkan gadis itu, dia terlalu serius untuk sekedar tersenyum.

Setelah cukup lama diam, aku mendekatkan wajahku pada Rosie, ikut mencondongkan tubuhku, membuat tubuhnya kembali tegak tapi aku terus mendekatkan wajahku padanya. Kuelus pipinya dengan sangat lembut, kemudian menatap matanya dalam.

"Aku tahu kau mencintaiku..," kataku. "...Dan aku juga mencintaimu."

Dalam sekejap, Rosie langsung bangkit berdiri, mengatur nafasnya dan mengusap sekilas wajahnya yang sudah mulai memerah. Melihatnya seperti itu, membuatku semakin ingin menggodanya. Maka dari itu, aku ikut bangkit berdiri, berjalan mendekatinya yang malah berjalan mundur, menghindariku. Aku tersenyum jahil ketika Rosie sudah menubruk dinding di belakangnya, dengan cepat aku mengunci pergerakannya ketika dia akan pergi. Aku menguncinya menggunakan tanganku, dengan menumpu pada tembok di kedua sisi tubuhnya.

Aku mendekatkan tubuhku padanya, hingga kami hampir tidak berjarak, lalu aku sedikit berjinjit dan mendekati wajah Rosie. Aku tahu dia sedang menahan nafasnya karena terlalu gugup.

Lalu tiba-tiba Rosie memalingkan wajahnya, tidak mau menatapku. Aku ingin sekali tertawa karena tingkah malu-malunya tapi aku ingin melihat hal ini lebih lama lagi. Jadi, aku mengulurkan tanganku, mengelus pipi Rosie kemudian membawa wajahnya untuk menatapku.

Demi Neptunus, wajahnya benar-benar sangat merah!

Lagi, aku mendekatkan wajahku padanya, menahan pergerakannya yang ingin memalingkan wajahnya lagi, membuatnya tidak dapat berbuat apa-apa. Lalu dia memejamkan matanya kuat-kuat, membuatku berhenti bergerak dan menatapnya sambil menahan tawaku.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang