Angry Jennie

4.4K 506 30
                                    

Note: kalian bisa loh request apapun, kalau memang aku lagi pintar dan bisa masukkan ke alur cerita, aku dengan senang hati nulis. Thanks for your support guys <3





Selama satu tahun, aku sering mendapati ponsel Rose dihubungi oleh nomor tidak dikenal. Ketika aku bertanya itu siapa, dia selalu mengatakan jika itu tidak penting, mungkin hanya telfon iseng. Tapi lama-lama aku sulit mempercayainya. Aku saja yang lebih terkenal dari dia —aku tidak bermaksud sombong di sini teman-teman— sangat jarang mendapat telfon iseng seperti itu. Berbeda dengan Rose, mungkin dalam sebulan sepuluh kali dia dihubungi oleh nomor yang tidak dikenal.

Seperti saat ini, Rose sedang mandi dan ponselnya dia tinggal. Nomor itu menghubungi Rose lagi. Aku membiarkannya dan menunggu ponsel itu mati sendiri. Setelah mati, kubuka ponsel Rose dan melihat riwayat telfon di ponselnya. Kecurigaanku semakin bertambah ketika nomor yang Rose anggap hanya telfon iseng itu selalu sama! Jadi, selama ini yang menghubungi Rose adalah orang yang sama! Mana mungkin ini telfon iseng?!

Aku melempar kembali ponsel Rose, tenang saja itu tidak rusak. Aku melemparnya ke sebelahku alias di atas ranjang. Kalau rusak pun aku tidak peduli, lebih bagus begitu agar Rose tidak bisa macam-macam. Tapi tentu saja aku tidak bisa seegois itu kan?

Aku melirik dengan tajam ketika Rose baru saja keluar dari kamar mandi. Dia sudah memakai pakaian yang sopan untuk pergi ke studio. Meski dia pemilik di sana, bukan berarti dia bisa sebebas itu kan? Sebenarnya aku pernah bertanya padanya kenapa dia tidak pernah bertindak bebas layaknya seorang bos. Dia bilang, disiplin tetap nomor satu. Jika pemimpinnya  saja tidak disiplin, bagaimana dengan karyawannya? Jujur, aku dibuat terpesona.

Kembalik ke situasi detik ini juga, Rose tampak kebingungan melihatku. Lalu dia mendekati ponselnya dan membukanya. Aku masih menunggunya bicara sambil menyilangkan tanganku. Kupikir, adegan selanjutnya adalah Rose yang meminta maaf dan menjelaskan semuanya padaku. Tapi HEY! Itu hanya ekspetasiku saja, nyatanya gadis itu malah beralih ke meja rias dan mengeringkan rambutnya. Jika saja membunuh diperbolehkan, maka aku akan— tentu saja tidak boleh! Dia kekasihku! Maksudku, aku akan mengamuk seperti singa!

"Hey Chaeyoung."

Rose tidak menghentikan aktifitasnya, dia masih mengeringkan rambutnya dengan hydryer dan berdeham sebagai bentuk balasan.

"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" Tanyaku.

Akhirnya dia mematikan alat itu dan berbalik. Menatapku dengan tatapan bingung.

"Katakan.. apa?"

Aku menghela nafasku kasar. Di saat seperti ini, kepekaan Rose sangat jauh di bawah rata-rata!

"Kau tidak macam-macam di belakangku kan?"

Rose membulatkan matanya dan menghampiriku. "Apa maksudmu? Kau meragukanku?"

Aku terdiam beberapa saat. Meragukan ya? Bolehkah aku? Tatapan Rose berubah menjadi teduh. Dia tersenyum sangat manis padaku. Mengelus rambutku dan tangannya yang lain menggenggam tanganku.

"Apa kau tahu apa yang kubayangkan saat melihatmu dulu?"

Aku menggeleng, benar-benar tidak tahu apa yang dia bicarakan. Apa dia ingin membuatku luluh dan mengalihkan pembicaraan? Takkan kubiarkan!

"Aku melihatmu sebagai impianku."

Aku tertegun. Tidak percaya Rose bisa bicara semanis ini. Apa Lisa yang mengajarinya? Wah seharusnya Lisa mengajarkan lebih banyak lagi!

"Ketika aku mengatakan aku menyukaimu..," dia memberikan jeda sebelum kembali berkata. "..Aku bersungguh-sungguh, Jennie-ah."

Hatiku menghangat. Segala kekesalan yang kurasa tadi menghilang begitu saja. Mendengar manisan yang keluar dari mulut Rose, membuatku menghambur ke dalam pelukannya. Menghirup aromanya yang terus membuatku tenang.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang