Is that really happen?

3.6K 470 35
                                    

note: aku perhatiin, dari chapter ke chapter komennya semakin bertambah banyak. senengg dehhh 😍








"Lisa, kau tidak pulang?"

Aku bertanya pada Lisa ketika aku membereskan tasku berniat pulang. Sudah jam tujuh malam, Jennie pasti sudah menungguku. Lisa menoleh sebentar ke arahku kemudian membenarkan letak kacamata miliknya.

"Sebentar lagi. Duluan saja, macan itu pasti sudah menunggumu."

"Mwo? Siapa yang kau maksud macan?"

Lisa tertawa kecil dan mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Siapa lagi."

Aku paham dengan jelas yang dimaksud oleh Lisa adalah Jennie. Yah, tidak bisa dibantah sih. Jennie memang sangat menyeramkan, apalagi kepada Lisa. Entah kenapa gadisku galak sekali kepadanya.

"Jangan pulang terlalu malam," kataku sebelum meninggalkan Lisa seorang diri di ruang rekaman.

Lisa memang sedang mengerjakan bagian rap untuk lagu baruku, jelas dia ingin lembur. Karena bagianku sudah selesai dan aku sangat lelah ditambah tidak sabar untuk bertemu dengan Jennie, maka aku akan pulang lebih dulu. Biasanya, aku dan Lisa akan pulang bersamaan tapi sepertinya hari ini adalah pengecualian.

Kukendarai black hingga tiba di depan rumah Jennie. Sudah lama juga ya aku tidak ke rumah kekasihku sendiri. Ini karena banyak kejadian yang terjadi beberapa hari ke belakang. Seperti biasa sebelum masuk ke dalam rumah Jennie aku akan membunyikan belnya. Tidak lama kemudian gadisku membukakan pintu dan bergelayut manja di tanganku. Sejak malam ulang tahunnya, Jennie semakin menempel padaku, dia juga semakin banyak tersenyum dan sering mengucapkan kata cinta padaku. Wajar sih, dia pasti sangat senang karena aku berubah menjadi romantis pada malam itu, padahal aku menahan jiwaku agar tidak pergi karena merasa sangat malu!

"Kau pergi mandi saja dulu, aku akan memasak."

Aku hanya menganggukan kepalaku, pergi ke kamar Jennie di lantai dua dan membuka pintunya. FYI, aku menyimpan beberapa bajuku di rumah Jennie agar tidak perlu repot-repot berkemas jika ingin menginap. Kuambil handuk bersih yang disediakan oleh Jennie dan mulai pergi mandi.

Mungkin sekitar satu jam lebih aku baru keluar dari kamar mandinya, itu karena aku berendam! Tubuhku terasa sangat pegal dan aku butuh berendam, apalagi mencari produser tidak semudah yang dibayangkan. Lisa dan aku harus banyak bekerja keras untuk menaikkan reputasi kami lagi. Dan itu sama sekali tidak mudah.

Aku masih sibuk mengeringkan rambutku dengan handuk ketika mataku menangkap sesuatu yang menarik. Aku mendekati meja rias Jennie dan melihat sebuah kotak mewah di tengah-tengah. Apa ini? Terlihat sangat spesial dan mahal. Chopard ya? Huft, kuharap suatu saat nanti aku bisa membelikan satu untuk Jennie.

Aku meraih kotak itu kemudian menatapnya. Entah kenapa aku merasa asing dengan ini. Biasanya, Jennie akan bertanya padaku apakah barang ini cocok untuknya atau tidak. Tapi kali ini Jennie sepertinya tidak bertanya padaku.

Lamunanku buyar ketika Jennie membuka pintu kamar dan memanggilku. Entah hanya perasaanku saja atau benar, Jennie terlihat sangat terkejut. Kenapa dia terlihat begitu?

"Rosie," panggilnya kemudian mendekatiku dan merebut kotak itu dari tanganku. Hm? Apa yang sedang dia lakukan?

"Wae?"

"A- Aniyo!" Ucapnya yang terdengar panik, aku semakin curiga apalagi Jennie segera menyimpan kotak itu di dalam laci.

"Kenapa kau terlihat panik?" Tanyaku langsung. "Apa itu Jen?" Aku hanya pura-pura tidak tahu.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang