note: aku ngakak baca komen" kalian 😂😂
Aku menatap wajah tertidur Rose yang sedang menghadap ke arahku, wajah kami sangat dekat sekarang. Bahkan aku bisa merasakan nafasnya.
Mengingat kejadian kemarin membuatku kembali merasa bersalah. Karena terlalu shock dan takut, aku sampai mengabaikanmu. Beruntung Lisa datang tadi pagi. Selain untuk bertemu dengan Jisoo, dia ingin bicara denganku. Aku mendengarkannya, meski dirasa tidak pantas aku mendengarnya dari orang lain. Lisa menceritakan semuanya, bagaimana keluargamu, bagaimana keinginanmu untuk keluar dari rumah yang kau sendiri menyebutnya sebagai neraka, bagaimana takutnya kau kehilanganku ketika aku mengetahuinya. Dan Lisa juga memperjelas semuanya, termasuk nomor yang tidak dikenal yang ternyata adalah iblis bernama Alice. Maaf, Rosie, aku bahkan tidak tahu jika hal ini lebih buruk daripada pikiranku.
Membayangkan betapa kerasnya hidupmu sejak kecil membuat hati kecilku menjerit. Kau selalu tampak baik-baik saja di depanku, kau bahkan tidak pernah mengeluh tentangku. Maaf, selama satu tahun ini kurasa aku terlalu banyak memberimu beban. Maaf karena aku tidak menyadarinya.
Perhatianku teralihkan sepenuhnya ketika kekasihku kembali meringis. Perlahan tanpa sadar, air mataku membasahi pipiku. Apa dia semenderita ini? Melihatnya disiksa tepat di depan mataku dan aku tidak dapat melakukan apapun, membuatku merasa aku bukanlah kekasih yang pantas.
Kupeluk erat Rose sembari memgusap pelan punggungnya, berharap rasa sakit itu menjauh dari Rose. Namun karena mendengarku menangis, Rose membuka matanya dan menatapku dengan sendu.
"Jangan menangis," ucapnya sembari menghapus air mataku.
Rose mengecup kedua mataku, memberikanku sebuah senyuman yang malah terlihat sangat bodoh. Ini bukan waktu yang tepat untuk tersenyum! Perasaanku sedang tercampur aduk, bayang-bayang Alice memukuli Rose mampu membuat tubuhku bergetar.
Rose mengubah posisinya menjadi duduk, menarikku untuk ikut duduk juga. Aku hanya menurut, mengikuti semua pergerakkan dengan Rose yang menuntunku. Tapi kemudian aku tersentak karena Rose menarik tengkuk leherku dan menciumku dengan lembut. Entah bagaimana ceritanya tapi kami saling berpagut, menyalurkan perasaan kami tidak dengan kata-kata. Tidak ada nafsu dalam ciuman kami, tapi aku merasakan betapa besar Rose menyayangiku.
Rose melepaskannya duluan, menyatukan kening kami dan kembali menghapus air mataku.
"Aku tidak menyukainya."
Kedua alisku secara otomatis mengerut. Tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Rose. Apa yang tidak disukainya? Aku? Atau apa?
"Rosie tidak menyukai Jennie lagi?" Kataku dengan suara pelan dan menunduk.
Rose menyentuh leherku kemudian kembali menciumku. Tapi ini jauh lebih sebentar dibanding yang sebelumnya.
"Rosie sangat menyukai Jennie," ucap Rose sambil merapihkan rambutku.
"Tapi Rosie tidak menyukai Jennie yang terus menyalahkan dirinya sendiri."
Aku hanya diam menatap matanya yang masih menatapku dengan sebuah senyuman. Memandangi wajah kekasihku yang sangat mencintaiku. Meski Rose bukan orang yang tidak pernah mengatakan cinta, tapi aku merasakan cintanya. Selain masih malu untuk mengungkapkannya, mungkin dia berpikir "Apalah arti lisan jika tanpa perbuatan?". Tapi tetap saja, aku akan menunggu Rose untuk mengatakan cinta, memang lisan tanpa perbuatan adalah hal yang hambar, tapi bukankah akan terasa lebih lengkap jika lisan pun terdengar?
"Jennie, aku lapar!"
Aish kau mengacaukan imajinasiku!
~•~
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE
RomanceKehidupan Park Chaeyoung a.k.a Roseanne Park setelah berhasil mendapati gadis bernama Kim Jennie sepenuhnya. Setelah menyimpan rasa selama 3 tahun terakhir, akhirnya Rose bisa memiliki Jennie. Namun ternyata semua tidak seindah bayangannya, ada saj...