Note: Annyeong! Gak bales kita jadian.
"Aku ikut!"
Jennie merajuk lagi. Dan seperti biasanya, ketika dia sedang merajuk, dia akan cemberut dan menyilangkan kedua tangannya di dada, enggan berpaling menatapku. Mengingat sifatnya yang keras kepala, membuatku menghela nafas panjang dan beralih duduk di dekatnya, tepatnya di sisi ranjang.
"Aku tidak akan lama," kataku mencoba membujuknya.
Tapi Jennie tetap Jennie. Dia akan bertahan dengan sifat keras kepalanya dan semua yang dia inginkan harus terjadi. Bad habbit.
"Aku ingin ikut!"
Kuraih tangannya dengan lembut dan mengelusnya pelan. "Kau bahkan tahu Lisa mengirimkan bodyguard untukku. Kau tahu artinya kan?"
Jennie membalas tatapanku, dan aku menemukan kekhawatiran di sana. Tak lama kemudian, Jennie beralih memeluk tubuhku dengan erat, menyembunyikan wajahnya tepat di curuk leherku.
"Aku tidak ingin kau terluka," ucapnya dengan nada pelan.
Kemudian tanganku balas memeluk Jennie, mengelus kepalanya.
"Aku lebih tidak ingin kau terluka. Tunggu aku di sini saja ya?"
Belum sempat Jennie menjawab, suara Ibu Jennie terdengar. Tapi sebelum itu, ia mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Chaeyoung-ssi? Seseorang datang untuk menjemputmu," ucapnya dari luar.
Segera aku beranjak dari tempatku, melepaskan pelukanku dengan Jennie dan menggapai tangan mungilnya untuk kugenggam. Lalu, aku membuka pintu, menampilkan wajah cantik Ibu Jennie, persis seperti anaknya.
"Terima kasih, Eommoni."
Ibu Jennie mengangguk, tapi aku bisa melihat kekhawatiran dari matanya, seperti yang dilakukan Jennie tadi.
"Aku pergi dulu, Eommoni. Ah, dan aku minta maaf karena tidak berpamitan dengan Abonim."
"Gwenchana. Dia pasti mengerti karena kau pergi pagi-pagi sekali," katanya dan aku hanya mengangguk sembari tersenyum. "Chaeyoung?"
Kembali, aku menatap Ibu Jennie ketika aku sedang menatap Jennie yang masih cemberut. Memberikan seluruh perhatianku padanya dan menunggunya untuk bicara.
"Berjanjilah untuk tidak terluka, eoh? Pulanglah dengan selamat, kami akan menunggumu."
Sontak, aku memberikan senyum tulusku. Aku bahkan tidak bisa mengingat kapan terakhir kali perasaan ini muncul. Kalian tahu? Merasa disayangi oleh seorang Ibu. Aku hampir menitikkan air mataku jika tidak ingat aku hampir terlambat.
Sebelum menjawab, aku menganggukan kepalaku. "Aku akan baik-baik saja apapun keputusannya. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku, Eommoni."
Setelah itu, Jennie mengantarku sampai di depan sebuah mobil agensi. Sebelum pergi, aku berbalik menatap Jennie dan mencium puncak kepalanya sekilas.
Jennie masih tetap cemberut, tapi kemudian dia melihat ke arah belakangku, dimana mobil itu berada dan sedikit mendekat ke sana. Ternyata, tepat di sebelah kursiku nanti sudah ada Bambam. Mungkin ada beberapa hal yang harus kuketahui terlebih dahulu.
"Oh, hai Jennie!" Sapa Bambam sambil melambai sebentar.
"Hey! Rosie-ku berangkat dengan keadaan sehat dan baik-baik saja," katanya.
Bambam terlihat bingung, jelas dia tidak mengerti apa maksud Jennie karena Jennie tidak melengkapi kalimatnya.
"Ne? Bukankah itu hal baik?" Jawab Bambam dengan sedikit kikuk karena dia benar-benar tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE
RomanceKehidupan Park Chaeyoung a.k.a Roseanne Park setelah berhasil mendapati gadis bernama Kim Jennie sepenuhnya. Setelah menyimpan rasa selama 3 tahun terakhir, akhirnya Rose bisa memiliki Jennie. Namun ternyata semua tidak seindah bayangannya, ada saj...