Note: Kalo kangen tinggal bilang biar nggak berat.
Aku baru saja berhenti di depan kamar hotelku ketika Lisa keluar dari kamarnya tiba-tiba dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya. Aku tersenyum padanya kemudian menunjuk pintu kamarku dengan daguku. Mengerti dengan kode yang kuberikan, Lisa berjalan ke arahku dan mengambil kartu aksesku kemudian membukakan pintunya. Ya, aku tidak bisa membukanya sendiri karena kedua tanganku sibuk menopang tubuh Jennie yang berada di punggungku saat ini.
Setelah beberapa saat aku mulai menggendongnya tadi, dia langsung terlelap. Tidak heran, dia pasti sangat kelelahan. Maafkan aku ya.
Kubaringkan Jennie dengan sangat perlahan dibantu oleh Lisa. Kemudian setelah melepas sepatu dan menyelimutinya, aku mencium bibirnya sekilas, membuat Lisa menghela nafasnya di belakang tubuhku.
"Kurasa aku sudah tahu hasilnya," ucapnya dan aku hanya mengangguk.
Kemudian keheningan memenuhi kamar ini. Lisa hanya diam saja dan aku masih sibuk menatap Jennie sambil mengelus rambutnya dengan lembut, berharap tidurnya menjadi lebih nyaman dan pulas.
"Aku sedang menunggu ungkapan 'terima kasih'-mu, loh," kata Lisa.
Aku hampir tertawa keras jika saja tidak ingat kalau Jennie sedang tertidur. Astaga, Lisa mematung di sana hanya untuk mendengar ungkapan terima kasihku? Yang benar saja..
Kemudian aku membalikkan tubuhku, menatap Lisa sambil tersenyum. "Ungkapan terima kasihku akan kau dapatkan besok," jawabku.
"Ck, berterima kasih saja susah sekali! Kenapa harus menunggu besok?!" Ketusnya dengan suara yang sengaja dikecilkan karena takut mengganggu Jennie.
"Sekarang sudah larut malam Lisa, mungkin hanya ada bar yang masih buka. Kau ingin diamuk Jisoo unnie?" Kataku.
"Apa maksudmu?" Tanyanya tidak mengerti. Tentu saja, dia kan bodoh.
Aku mengangkat kedua bahuku tidak acuh, kemudian mulai melepaskan mantelku. "Aku akan mentraktir kalian, sebagai tanda terima kasihku," ucapku tanpa menatap ke arahnya.
Aku beralih ke pojok ruanganku, namun tidak menemukan satu tas-ku di sana. Dengan cepat aku berbalik dan menatap Lisa dengan panik, kenapa semua barangku tidak ada di sini?
"Dimana barang-barangku?" Tanyaku sambil mendekati Lisa.
"Di kamarku."
Kuhela nafasku kasar kemudian menarik tangan Lisa sampai berada di depan kamarku. Tapi kemudian Lisa melepaskan genggaman tanganku dan kembali memasukkannya ke dalam saku celananya.
"Yaah~ Kau juga harus membayar untuk yang satu ini, aku sudah mengamankan barang-barangmu," katanya membuatku tidak percaya. "Sekarang sudah larut malam, Chaeng. Pintu kamarku sudah tertutup, sampai jumpa besok!"
Setelah mengatakan itu Lisa berlari dengan cepat memasuki kamarnya, meninggalkanku sendirian. Astaga, apa aku harus tidur dengan pakaian begini? Dasar menyebalkan!
~•~
Tidurku sedikit terusik ketika tiba-tiba saja aku merasakan seseorang menindih tubuhku. Meski masih sangat mengantuk, aku tetap membuka mataku meski hanya menyipit saja. Demi Neptunus, mataku rasanya berat sekali.
Hal yang kudapati adalah Jennie sedang memeluk tubuhku dengan menindihku, membenamkan wajahnya tepat di curuk leherku, membuatku merasa geli karena nafasnya. Mengetahui Jennie adalah pelakunya, aku balas memeluknya tak kalah erat, namun aku kembali memejamkan mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE
Roman d'amourKehidupan Park Chaeyoung a.k.a Roseanne Park setelah berhasil mendapati gadis bernama Kim Jennie sepenuhnya. Setelah menyimpan rasa selama 3 tahun terakhir, akhirnya Rose bisa memiliki Jennie. Namun ternyata semua tidak seindah bayangannya, ada saj...