What Are We Now?

3.7K 396 105
                                    

Note: Double Update for my (lovely) LAKNAT readers-nim 🥰
















Jennie tampak langsung menggenggam erat tanganku, ketika dirinya kembali melihat dua iblis di dekatnya. Kuelus tangannya dengan lembut, mengambil alih perhatiannya yang terus menatap ke arah dua orang itu sambil sedikit bersembunyi di balik tubuhku. Aku tersenyum padanya, mencoba menenangkannya. Aku tahu, mungkin dia masih trauma.

"Gwenchana," kataku dengan lembut.

Kemudian dengan perlahan aku menariknya untuk duduk di kursi yang disediakan; kursi korban. Setelah kami duduk, hakim dan jaksa pun mulai menempati tempatnya masing-masing. Tidak lupa, kami juga ditemani oleh seorang pengacara.

"Mari kita mulai," ucap salah seorang hakim.

Dengan begitu, persidangan untuk mengadili perbuatan kedua iblis pun dimulai. Jennie sejak tadi terus menggenggam tanganku, kadang, dia meremasnya ketika dirinya berbicara untuk mengatakan kronologi dan sebagainya. Sempat kulirik Alice dan Kai yang berada di sana terus memberikan tatapan tajam pada kami, aku tahu mereka pasti menyimpan dendam.

Setelah hampir sekitar satu jam setengah, persidangan ditutup dengan hukuman tiga puluh tiga tahun penjara. Aku saja meringis mendengarnya, membayangkan hampir setengah hidupmu berada di penjara, memang semenyeramkan itu. Tapi tidak apa-apa, toh, mereka pantas mendapatkannya.

Aku melirik Jennie, menyuruhnya untuk menunggu di lobby bersama Jisoo dan Lisa dengan beralasan aku ingin ke toilet. Padahal, aku ingin menemui Kai dan Alice. Meminta para petugas untuk memberikan waktu untuk-ku dengan mereka bertemu.

Beruntung, mereka bersedia meski awalnya menolak. Dan di sinilah aku, berada di sebuah ruangan dan menatap langsung Kai dan Alice dengan dibatasi oleh kaca. Aku menyilangkan tanganku di dada, menatap mereka dengan tatapan datarku ketika tiba-tiba saja Kai memukul kaca yang menghalangi kami. Bodoh, kaca ini tidak akan pecah.

Aku sekilas meliriknya, kemudian kembali menatap Alice.

"Welcome home, unnie," kataku, kemudian mendapatkan tatapan lebih tajam dari Alice.

Tidak ada jawaban, maka aku kembali berkata. "Yah, meski tidak mirip neraka sesungguhnya," kataku. "Tapi tetap terasa seperti rumah sendiri kan?" Aku kembali melanjutkan, diakhiri dengan senyum tipis.

Alice tampak menggeram, kemudian dia menggebrak meja yang berada di depannya dengan tangan yang masih ter-borgol.

Aku tidak menggubrisnya, kemudian tatapanku beralih pada Kai yang sejak tadi terus berdiri. Aku bangkit berdiri, beralih ke hadapannya kali ini dengan kedua tanganku berada di saku celanaku.

"Sedang apa kau di sini Kai?" Kataku sambil tertawa pelan.

"Ah! Ternyata kau mengambil tawaran Joohyun unnie untuk menjadi model kriminal ya??" Ucapku sembarangan, masih sambil tertawa puas. "Tidak kusangka kau terlihat cocok di sini. Nikmati waktumu, model Kim."

Setelah mengatakan itu, aku pergi keluar, meninggalkan mereka yang berteriak tidak jelas sambil terus memukul-mukul kaca. Tapi aku tidak menggubrisnya, sampai aku tidak dapat lagi mendengar mereka.

Dan kali ini,

Aku bisa merasa lebih lega.

~•~

Setelah persidangan itu, Jisoo unnie dan Lisa mengajakku dan Jennie untuk ikut makan malam bersama mereka. Dan karena kami tidak memiliki kegiatan apapun, jadi kami sanggupi saja permintaan mereka.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang