🍂🍂🍂
"Oh God, Dara, your finger's bleeding."
Seruan dari Adrian membuat Kayara tersadar, ia melirik kearah jarinya dan mulai merasakan perih.
"Tunggu disini, aku ambil obat." Adrian melepas wajan yang sempat ia pegang lalu berjalan kearah salah satu lemari yang masih dilingkungan dapur.
Kayara juga bertindak cepat, ia berjalan menuju westafel dan mencuci jarinya yang terus mengeluarkan darah. Adrian mendekat lalu dengan cepat menarik tangan Kayara.
Kayara reflek, ia terkejut dengan tindakan Adrian yang terlihat panik saat melihat jarinya terluka, ia juga tidak sadar sudah menahan napas saat pria itu berdiri sangat dekat dengannya.
"Kenapa bisa keiris sih, pisaunya kan tajam, hati-hati." Adrian mulai meneteskan cairan merah antiseptik pada tangan Kayara, membuat gadis itu kembali terperanjat karena perih. "Coba sini," Adrian menarik Kayara agar duduk dikursi berhadapan dengannya.
Kayara tidak bisa banyak bergerak, tangannya dipegang erat oleh Adrian, setiap kali ia ingin menarik, Adrian selalu mendongak dan menatap wajahnya dengan ekspresi memperingatkan, "jangan ditarik, aku belum selesai kasih obat," katanya lembut.
"Aku bisa sendiri." Kayara berusaha untuk sadar keadaan, ia berhasil menarik tangannya yang belum dibalut dengan perban.
Adrian menghela napasnya pelan, ia menatap lekat Kayara, "aku belum selesai, Dara, sini tangan kamu, tinggal kita kasih perban."
Mendengar namanya disebut begitu lembut oleh Adrian, sisi sensitif Kayara bergejolak, ia yang rapuh mulai muncul kepermukaan, rasa sakit dijarinya juga menjadi pemicu rasa sakit yang lain. Matanya kini mulai berair kemudian menetes dihadapan Adrian. "Ada yang lebih sakit, tapi bukan yang berdarah."
Adrian merasakan jantungnya seakan diremas ketika melihat air mata Kayara jatuh tepat di depannya. Tangannya nyaris terangkat dan ingin menjatuhkan dipuncak kepala gadis itu, namun Kayara lebih dulu berdiri.
"Mau kemana?" lagi, serangan suara Adrian benar-benar mampu membuat Kayara nyaris luluh lantak.
"Aku mau bawa anak-anak pulang."
Adrian dengan cepat mencegah Kayara dengan berdiri didepannya menghalangi jalan. "Tapi, mereka masih main."
"Mereka bisa main bedua kalo udah di rumah."
"Zuya?" Adrian reflek menyebut nama anaknya, "Zuya bakal sendirian kalo mereka pulang, Dara."
Kayara masih memasang ekspresi datar, ia menolak menatap Adrian walau pria itu saat ini menatapnya lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monachopsis ✔
Romance(FOLLOW SEBELUM BACA) 🍁 Adrian-Kayara's Story 🍁 Monachopsis... Pernahkah kalian merasa ada sesuatu yang memberi kalian tanda saat berada ditempat yang tidak tepat? Yes, that is the meaning of Monachopsis...