45. Hidden Story

6K 647 48
                                    

🍂🍂🍂

-A few years ago-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-A few years ago-

"Ndre, lo ke sana, gue kesini!" Adrian berlari dan berusaha memisahkan diri dari Andre, pasalnya saat ini mereka sedang dikejar oleh sekelompok preman kampus yang memang sering memukuli dan memalak para mahasiswa.

Adrian berlari tanpa motor yang ditinggalnya di kampus, dengan napas terengah dan sudut bibir serta tangan yang lecet, dia pun berhenti di Halte tidak jauh dari sekolah Sma Garuda.

Halte sedang sepi, Adrian memilih duduk sambil terus waspada dan menatap sekeliling dengan hati-hati. Tidak lama setelah dia duduk, hujan turun dan datanglah seorang gadis dengan rambut panjang digerai. Gadis itu terlihat mengepak-kepakkan pakaiannya yang basah, beberapa saat berdiri, dia pun menoleh kearah Adrian.

"Hidungnya berdarah, Kak." Gadis itu menunjuk kearah wajah Adrian.

Adrian mengusap pelan hidungnya, dan benar saja, lubang hidungnya terasa perih karena berdarah.

"Eh, jangan diusap, sini, biar aku yang kasih obat." Gadis itu mendekat dan duduk disamping Adrian.

Adrian menatap gadis itu dengan heran, di dalam tas gadis itu terdapat sebuah kotak kecil dengan peralatan kesehatan yang lengkap.

"Sini mukanya, dimajuin, lukanya mau aku bersihin."

Adrian reflek memundurkan wajahnya. "Nggak usah, gue bisa sendiri." Tangannya mulai menggapai kapas yang ada ditangan gadis tersebut.

"Issshh, udah diem dulu, tangan Kakak kan juga sakit, tuh lihat, lecet dimana-mana, udah deh, diem dulu, biar aku aja yang obatin."

Gadis itu dengan telaten membersihkan luka Adrian, selain membersihkan, dia juga membalut dan memberi plester luka diwajah serta ditangan Adrian.

Setelah selesai, gadis itu tersenyum, "nah, kalo gini kan udah nggak sakit lagi."

Adrian menatap kearah tangannya yang sudah dibalut dengan perban tipis dan rapi, dia menaikkan pandangan kearah gadis yang kini tengah sibuk membereskan kotak peralatan kesehatannya. "Makasih."

Gadis itu mendongak. "Sama-sama," sahutnya singkat.

Mereka sempat saling diam dalam derasnya hujan, sehingga mau tidak mau harus berbincang untuk memusnahkan rasa bosan. "Kakak abis tawuran ya?"

Adrian mengenyitkan dahinya, "nggak, siapa yang tawuran!" Dia menyahut dengan nada tidak suka.

"Aku nggak nuduh, tapi tanya, gitu aja sewot."

"Siapa juga yang sewot, gue tuh benci tawuran, asal lo tau."

"Terus, kenapa bisa bonyok gini? Atau abis dikeroyok?"

Merasa jengah ditanya, Adrian hanya menyahutnya dengan singkat dan sinis. "Lo anak kecil nggak usah sok tau deh, mending diem."

Gadis itu kini menatap Adrian tidak kalah sinis, "bukannya makasih diobatin, malah marah-marah, Kakaknya pasti jomblo akut ya?"

Monachopsis ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang