47. Memori

6.2K 777 54
                                    

🍂🍂🍂

Adrian menarik pelan lengan Kayara agar bisa ikut dengannya menjauh dari kerumunan keluarga yang tengah berkumpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adrian menarik pelan lengan Kayara agar bisa ikut dengannya menjauh dari kerumunan keluarga yang tengah berkumpul. Pria itu membawa Kayara berjalan menuju arah yang tidak dia ketahui, jelas saja, karena ini bukan kediamannya.

Melihat Adrian bingung akan membawanya ke mana, Kayara pun berhenti berjalan dan menghela napasnya perlahan sambil menatap Adrian datar. "kamu mau bawa aku ke mana?"

Adrian berbalik dan membalas tatapan Kayara, "ke mana aja, aku pengen ngomong sama kamu."

"Ngomong apa sih?"

Adrian kembali terdiam, otaknya mencoba berpikir mencerna semua teka-teki yang masih belum tersusun dalam benaknya. "Banyak hal, Kayara. Ada banyak hal yang mau aku tanyakan sama kamu."

Melihat Adrian berbicara serius, Kayara pun berinisiatif untuk membawanya ke halaman belakang rumah kediaman keluarga Hakim.

Setibanya mereka di sana, Kayara dan Adrian duduk disebuah gazebo kayu yang bawahnya terdapat kolam koi peliharaan Arkan.

"Mau ngomong apa?" tanya Kayara, memulai pembicaraan.

"Sweater yang dipakai Zuya, maksud Tante Rose tadi, apa?" Adrian langsung pada poinnya.

Tahu jika Adrian pasti membahasnya, Kayara pun mulai menyusun kalimat jawaban. "Sweater itu memang punya aku, bukan punya Kayouna."

Mendadak jantung Adrian berdetak lebih kencang dari sebelumnya, "maksud kamu?"

Kayara memberanikan diri untuk menoleh kearah Adrian, "aku lupa kenapa swater itu bisa ada di Kayouna, tapi yang jelas, seluruh keluarga aku tahu, kalau itu adalah sweater kesayangan aku, bahkan sewaktu aku kuliah, aku sempat marah-marah mencari sweater itu karena aku kira hilang."

Keduanya terdiam sesaat, keheningan itu hanya diisi dengan hembusan angin malam.

"Pertama kali aku bertemu Kayouna, saat itu dia bantu aku buat obatin luka sehabis berkelahi dengan preman kampus."

Mendengar Adrian memulai ceritanya, Kayara kembali menoleh, namun kali ini dengan ekspresi terkejutnya. "Di Halte, dekat Sma Garuda?"

Adrian terkekeh samar, "iya," dia kemudian mendongak membalas tatapan Kayara. "Dia pasti cerita kan sama kamu?"

Kayara mematung, perasaan sensitifnya mulai mencuat sehingga matanya mulai terasa panas.

"Waktu itu, hari tengah hujan, aku berteduh di halte dekat Sma Garuda, kebetulan juga saat itu aku lagi beristirahat karena habis dikejar oleh preman kampus yang coba buat memalak aku sama Andre."

Kayara masih belum bisa memberi reaksi selain terdiam dan berusaha mencerna semua cerita Adrian.

"Muka lecet, bibir pecah, belum lagi tangan yang berdarah, tapi untung saja waktu itu ada Kayouna yang kasih aku obat."

Monachopsis ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang