/02/

971 75 17
                                    


Dress berwarna hitam menjadi pilihan Serena untuk malam ini. Bahkan sampai detik ini dirinya masih tidak percaya dengan apa yang sudah Nadine pinta untuknya. Ide gila itu, sama sekali membuat jantung Serena berdebar kencang.

"Kamu mau kemana, nak?" tanya Kirana, mama Serena.

"Sera, ijin makan malam sama teman ya, ma."

Satria yang sedang membaca buku itu langsung menatap curiga pada putrinya, "Kamu pacaran? Maksud, papa. Kamu punya pacar?"

Serena melongo dengan pertanyaan papanya, "Bukan, pa... Ini hanya makan malam biasa kok."

"Apapun itu, semoga malam ini kamu ketemu sama jodoh ya... Ini doa mama sama papa setiap hari!"

Duh, gimana kalau aku jujur aja? Ayo, Sera.. katakan kalau kamu mau makan malam sama mas Sabiru.

"Sera pergi dulu ya, ma, pa." pamitnya. Serena langsung berlalu menuju mobilnya. Sebelum itu dia menelpon Nadine terlebih dahulu untuk menanyakan dimana Sabiru menunggunya.

Demi apapun! Serena berat menyalakan mesin mobilnya. Ini ide yang aneh! Batinnya.

Resort and hotel Bougenville.

Serena telah tiba di depan parkiran, dia memarkirkan mobilnya sampai benar-benar rapi. Jika, Nadine ketakutan akan dilamar oleh Sabiru. Dirinya juga berdebar jika nanti, diatas sana. Sabiru akan mengusirnya dan mengatainya perempuan murahan yang tidak tahu diri karena sudah merubah posisi Nadine malam ini.

"YaAllah... Bagaimana ini? Apa aku harus masuk? Atau, pulang?" dia bergumam sendiri. Menarik nafas, lalu hembuskan, tarik lagi sampai ketiga kali baru dirinya memutuskan untuk keluar dari mobil dan masuk kedalam.

Dia meyakinkan dirinya jika ini hanyalah sebatas bantuan untuk sahabatnya. Tidak lebih, dan tidak ada maksud lain!

Okeee... "Tekan tombol 11 dan kamu akan bertemu dengan Sabiru." Serena membaca ulang pesan dari Nadine. Sabiru sudah menunggunya di lantai 11.

Ting. Pintu berbahan besi itu terbuka. Pertama yang dia lihat adalah laki-laki dengan kemeja hitam yang lengannya tergulung ke atas sedang berdiri membelakanginya.

Dia memajukan langkahnya, berdehem membuat Sabiru menoleh untuk melihatnya. Serena bisa melihat jelas jika laki-laki yang berdiri beberapa langkah darinya itu terkejut.

"Maaf. Mas..."

"Tidak apa-apa. Nadine sudah memberitahuku."

Serena menggigit bibir bawahnya, dia gugup. "Aku tidak bermaksud untuk mewakili, Nadine. Dia sendiri yang memintanya. Ini cukup aneh, apa kita batalin saja makan malam ini?"

Sabiru menarik sisi bibirnya, dia melangkah maju dan memundurkan kursi, "Duduklah."

Serena mengangguk lalu segera duduk, itu juga yang di lakukan Sabiru. Mereka duduk berhadapan.

"Sebenarnya... Ada hal serius yang ingin aku katakan pada Nadine. Tapi, yasudahlah. Mungkin lain kali." ujar Sabiru.

Serena menelan ludahnya, sambil memegang sisi dress-nya untuk menghilangkan rasa gugup. "Maafin aku, mas. Seharusnya aku tidak menyetujui ide Nadine."

Sabiru tersenyum, "Tidak masalah. Kamu mau makan apa?"

Senyum itu... Serena menggeleng, pikirannya hari ini bercampur aduk. Dia tidak bisa berpikir bagus hari ini.

"Boleh lihat menunya dulu?" pinta Serena.

Sabiru memberikan menu kepada Serena, dia membuka lembar per lembar. Namun, tidak ada yang membuatnya berselera. Dia menutup kembali menu itu dan meletakkannya di atas meja.

"Mas, belum pesan apa-apa kan?"

"Belum, ada apa?"

"Kalau aku ajak mas makan di tempat lain. Mas mau?" tanyanya hati-hati agar Sabiru tidak marah.

Sabiru diam, dia mengerutkan dahinya. "Kamu tidak suka makanan disini?"

Serena menggeleng cepat, "Bukan! Tapi, menunya tidak ada yang menarik, maaf."

"Hobi kamu minta maaf ya?"

"Eh." Serena melongo, "Bukan..."

"Yasudah, ayo. Aku ikut sama kamu, mau makan dimana?" ujarnya bersemangat, berdiri lalu memakai jasnya kembali. Dilihat begini saja orang-orang pasti akan terpesona. Bagaimana dengan Nadine? Apa dia meleleh melihat ketampanan kekasihnya ini?

"Mas bawa aja mobilnya, nanti aku yang arahin kita makan dimana." ujarnya mendahului Sabiru untuk masuk ke dalam lift.

Serena berusaha menghilangkan rasa gugupnya. Dari awal Nadine berpacaran dengan Sabiru. Dia hanya sekali saja berkenalan dengannya, itu pun di acara pernikahan teman mereka. Setelah itu Serena tidak pernah lagi bertemu. Jadi, tidak heran jika dirinya merasa gugup saat berdua bersama Sabiru di dalam lift saat ini.

Nadine...

*******

Sampai berjumpa di next part ... Semoga kalian tetap enjoy. Sampai disini ada yang mau berkomentar? Silahkan ya... Berikan komen kalian. Jangan lupa juga untuk memberi vote. Terima kasiih 🌷

Had No Choice (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang