/29/

482 34 2
                                    


Sudah dua jam yang lalu Serena berada di butik. Dari dalam ruangannya dia mendengar samar-samar suara pelanggan. Nampaknya butik sedang ramai. Dia masih sibuk dengan agenda-agenda yang di kirim oleh rekan kerjanya di kota lain.

Minggu lalu Serena mendapat tawaran kerja sama dari luar kota dan setelah Serena mencari tahu tentang seluk beluk perusahaan mereka akhirnya Serena menyetujui tawaran itu. Kerja samanya hanya sebatas pinjaman gaun. Untuk sebuah photoshoot. Jadi gaun-gaun buatannya bisa di jual bukan hanya di butik. Melainkan di jejaring sosial juga.

Itulah kenapa butiknya kian ramai pengunjung. Berkat kerja samanya. Dan tadi malam. Kabar gembira sudah dia terima. Masih belum percaya kalau perancang ternama di luar negeri mau menerima tawarannya juga untuk kerja sama. Suatu pencapaian yang besar menurut Serena.

Serena menyudahi kerjaannya. Dia merenggangkan sedikit tangannya lalu berdiri dan keluar ruangan.

Kaget? Sangat! Ada banyak pelanggan di butiknya. Dan salah satu yang tidak bisa membuat Serena berkedip adalah. "Tante Siren?" serunya saat menyadari mama Sabiru tersenyum padanya.

"Hai, Serena..." sapanya. "Sudah lama kita nggak ketemu. Kamu sibuk?" tanyanya.

Serena berdehem. "Sera kira Tante mau belanja." dia menyengir. Lalu melihat Alvina. "Vin, apa jadwalku hari ini?" tanyanya.

Alvina membuka tab untuk melihat jadwal Serena yang sudah dia susun. "Hanya... Abis makan siang kamu harus ketemu mbak Dewi dan pak Nio... Setelah itu lo bisa pulang buat siap-siap ke bandara." katanya.

Serena mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Lalu beralih melihat Siren. "Tante tunggu sini ya. Serena ambil tas dulu di dalam." katanya.

Setelah selesai mengambil tas. Serena dan Siren langsung beranjak keluar dari butik. Mereka masuk ke mobil Serena karena Siren tidak membawa mobil.

"Tadi Tante dengar kamu mau berangkat. Kamu mau kemana?" tanya Siren.

"Oh. Itu Tante. Maaf, Serena dapat tawaran di New York."

"Tawaran pekerjaan?"

Serena menggeleng. "Tawaran kerja sama dengan Mrs. Rebecca, Tante." katanya membuat Siren terkesiap langsung menoleh pada Serena.

"Mrs. Rebecca Olympic?" Siren menyebut nama salah satu perancang luar negeri yang cukup terkenal.

Serena mengangguk. Dan itu semakin membuat Siren terkesiap. Serena tertawa melihat reaksi Siren yang sama sepeti reaksi mamanya.

"Selamat!" Siren menggeleng. "Kamu benar-benar hebat bisa kerja sama dengan dia! Tante bangga..."

Serena tersenyum kikuk di puji barusan. Dirinya saja masih seperti bermimpi bisa mendapat email langsung dari Rebecca. Padahal Serena tidak terlalu berharap. Hanya saja dia mendoakannya setiap hari. Dan akhirnya terkabul.

Memang tidak pernah kecewa kalau kita hanya berharap penuh sama sang pencipta. Kan?

Mereka sampai di rumah makan pilihan Siren. Rumah makan yang tergolong mewah. Serena belum pernah makan disini. Hanya pernah lewat dan tau namanya.

Siren memesan makanan untuk dia dan Serena. Sambil menunggu. Siren kembali melihat Serena. "Maaf, membuat kamu nggak nyaman makan disini." katanya.

Serena menggeleng. "Tidak sama sekali, Tante. Oh iya. Apa kabar om Sean?"

"Baik. Baik. Semuanya sehat. Kemarin juga Tante menyuruh Sabiru menyampaikan ke kamu untuk datang ke rumah."

"Iya. Sudah sampai. Apa pesan Sera juga sudah sampai?"

"Sudah. Tante nggak marah. Padahal Tante masak banyak loh. Tante juga buat tongseng daging loh..." katanya. Membuat Serena merasa tidak enak.

"Maaf ya Tante... Kemarin itu mama sendirian di rumah. Papa belum pulang. Dan malamnya kami keluar familly dinner di luar jadi Serena tidak bisa keluar."

Siren tersenyum. "Nggak... Tante nggak masalah. Kamu suka kan sama tongseng daging? Soalnya pas acara Tante kamu pilih makan itu."

Serena nyengir, dia malu kedapatan hanya makan tongseng saja tidak makan lauk yang lain. "Sera suka tongseng. Mama sering membuatnya."

Siren mengangguk. "Pantas... Nanti kapan-kapan kalo kamu main ke rumah lagi. Tante buatin. Mau kan?"

"Iya Tante. Boleh..." katanya. Mendongak tersenyum pada pelayan yang membawakan mereka makanan. Setelah itu Serena berucap terima kasih kepada pelayan yang beranjak pergi.

"Jadi, jam berapa kamu berangkat?" tanya Siren.

Serena mengunyah sisa makanan yang di dalam mulutnya sebelum menjawab. "Jam 6 Sera sudah harus di bandara, Tante." katanya. Sebenarnya penerbangan akan di lakukan besok pagi. Tapi, karena pesawat besok adanya sore hari. Jadi Satria memesankan pesawat sore ini. Biar tidak terkejar juga jika dia sampai disana nantinya.

Siren mengangguk. Mereka menghabiskan makanan mereka sambil berbincang apa yang memang pantas di perbincangkan. Tidak ada perbincangan serius. Tidak juga membahas Sabiru maupun Nadine. Mereka hanya berbincang soal gaun dan sejenisnya. Siren mengatakan Minggu depan akan ada acara temannya. Dia ingin memesan gaun di butik Serena. Serena setuju dan menyarankan untuk memesan pada Alvina. Dia yang akan mengurusnya dan membuatkannya untuk Siren.

Siren setuju juga. Mengingat Serena akan pulang bulan depan. Jadi, dia mengerti kesibukan Serena.

Setelah selesai makan. Serena mengantar Siren kembali pulang ke rumah. Tadinya Siren meminta untuk memesan taksi. Tapi, Serena menolak dan ingin mengantar. Jadinya Serena mengantar Siren dan mereka saling berpamitan masing-masing.

<===== To Be Continue =====>

Aku hampir kepeleset dalam penyebutan nama Serena dan Siren 😂 maafkan yaaa...

Tetap enjoy aja bacanya. Aku belum mau tamat kok 😘

Had No Choice (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang