Ketika kamu mencintai pacar dari sahabatmu sendiri. Ingatlah bahwa hanya ada dua pilihan yang harus kamu pilih. Bertahan atau melepaskan.Serena masih terngiang-ngiang ucapan mamanya pada sore tadi. Dia sempat berpikir, bagaimana jika suatu saat apa yang di katakan mamanya terjadi pada dirinya? Tapi, itu tidak mungkin. Tidak mungkin dia seperti itu.
Serena menggelengkan kepalanya. Hari sudah sangat malam dan matanya belum juga terpejam. Tidak biasanya dia kesulitan tidur, biasanya jam sepuluh dia sudah bermimpi. Tapi, malam ini sudah jam satu malam dia belum juga tidur.
Dia mengembungkan pipinya, membuang nafas sampai pipinya kempes kembali. Dia tidak punya cara untuk bisa tertidur, entah kenapa perkataan mamanya sangat membuatnya kepikiran.
Serena menoleh ke arah meja di sebelah kasurnya, benda berbentuk kotak panjang itu menyala, pertanda ada yang mengiriminya pesan. Penasaran, Serena mengambilnya lalu membuka pesan dari Nadine.
From : Nadine Syahrizal.
Ser, besok sibuk nggak? Aku mau minta tolong sama kamu, boleh?
Dahi Serena mengkerut, dia bingung apa maksud dan tujuan Nadine mengiriminya pesan di jam seperti ini. Dia juga bingung antara membalasnya sekarang atau besok? Tapi, dia penasaran apa permintaan Nadine.
Dia menimbang-nimbang. Kalau dia tidak membalasnya, Nadine akan marah karena dirinya sudah terlanjur membaca pesan dari Nadine. Dan Nadine juga sudah tahu jika dirinya online. Karena sekarang, Nadine menelponnya.
"Halo, Nad?"
"Kamu udah bangun?"
Sudah bangun? Bahkan dirinya saja belum tidur. Dia menggaruk hidungnya.
"I-iya aku terbangun gara-gara kebelet pipis tadi. hehe," kilahnya menggigit bibir.
"Kamu sudah baca pesan aku kan?"
"He'em."
"Terus, kamu bisa bantu aku?"
"Kalau aku bisa aku pasti bantu, Nad. Kayak sama siapa aja sih kamu ini. Aneh."
Nadine tertawa di seberang sana, "Soalnya ini bukan bantuan biasa. Em... Beneran gapapa ni kan? Kamu nggak sibuk kan besok?"
"Kamu kenapa sih? Tidak kayak biasanya,"
"Oke, kalo begitu aku langsung aja..." Nadine diam sebentar, "Besok ulang tahun mamanya Sabiru. Mereka ngadain acara kecil-kecilan sih di rumah mereka. Sabiru ngajak aku. Ser, kamu dengerin aku kan?"
"Iya, Nad. Aku dengar kok."
"Nah, aku mau minta tolong kamu besok temani Sabiru ke mall buat nyari hadiah, sama gantiin aku ke rumahnya Sabiru."
Serena terkesiap. Apa Nadine sedang mengajaknya bergurau? "Tolong jangan bercanda!" ujarnya penuh penekanan.
"Aku serius, Ser. Ini aku yang minta langsung sama kamu---"
"No! Aku tidak mau Nadine. Itu konyol. Jelas-jelas kamu pacarnya. Kenapa jadi aku yang harus ke rumahnya? Temanin cari kado lagi.
Aku tidak abis pikir sama kamu, Nad. Tolong yang serius kalo ngomong." kesalnya, ini permintaan paling aneh dari Nadine selama mereka pacaran. Dan Serena tidak mungkin semudah itu mengiyakannya."Ser, please... Aku besok nggak bisa, aku harus ke luar kota sama pak Broto. Sabiru udah tau itu. Dia juga udah tau tentang ide aku ini. Besok sore dia jemput kamu di butik. Ingat! Jam 3 dia jemput kamu."
"Nad..." Serena kehabisan kata-kata. Rasanya ingin marah tapi dia tidak bisa. Bahkan Sabiru juga sudah mengetahuinya. Bagaimana bisa Sabiru mengiyakan ide aneh ini? Benar-benar tidak habis pikir.
"Ser, please..."
"Kamu kenapa sih? Astaga... Sumpah, Nad. Aku tidak tau apa maksud kamu, apa yang ada di pikiran kamu sebelum mengatakan ini. Kamu aneh, tau tidak?"
"Iya aku aneh... Aku juga nggak bisa nolak ajakan pak Broto. Ini kesempatan bagus biar aku naik jabatan, katanya. Dan aku memang udah nunggu ini dari lama."
What?! Bagaimana bisa Nadine memikirkan itu? Naik jabatan dia bilang? Serena benar-benar di buat gelagapan setengah mati oleh Nadine. Sahabatnya itu benar-benar harus di sadarkan. Secepatnya!
"Hanya cari kado, kan? Kalo untuk makan malam, maaf, Nad. Aku tidak bisa."
"Tapi kamu harus! Buat mamanya suka sama aku, Ser."
Astaga, Nadineeeee!!! "Hei! Are you crazy? Aku? Buat mamanya suka sama kamu? Nad! Itu seharusnya kamu yang ngelakuin, bukan aku!"
"Please... Jangan tolak. Mau ya? Aku janji deh ini terakhir kali aku minta yang aneh-aneh."
"Janji terus tapi tidak di tepati." Kapan kamu berubah sih?
"Janji! Pokoknya besok sore jam 3 Sabiru jemput."
Serena menarik nafasnya. Ini pilihan yang sulit. Dia tidak bisa begini, tidak bisa terus-terusan mengikut campuri urusan mereka. Ini terlalu di luar nalarnya, dan Nadine sama sekali tidak memikirkan konsekuensi dari idenya barusan. Gimana kedepannya, apakah baik atau tidak. Nadine tidak berpikir dulu sebelum mengambil keputusan.
Bismillah. Serena meyakinkan dirinya jika ini hanya membantu, bukan apa-apa. "Baiklah. Ini yang terakhir. Tidak ada lagi bantuan berikutnya."
"Thank you so much, Serena... Kamu memang sahabat yang baik! Bobok lanjut gih. Dandan yang cantik ya.. bye cantik!" pamit Nadine dengan nada yang sangat gembira.
Tapi, Serena tidak sebahagia Nadine. Nadine lebih mementingkan jabatannya dari pada hubungannya. Kalau ada pintu kemana saja punya Doraemon, mungkin saat ini dia memilih menghilang dan tak akan pernah kembali lagi.
Tapi, itu hanya dongeng.
Had to choice ➡️➡️➡️
******
Untung sahabatku nggak kayak Nadine 😌
Yang sabar ya Serena...Kalian mau marah-marah nggak? Ayooo... Yang hareudeng waktu dan tempat di persilahkan ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Had No Choice (Completed)
RomancePercaya tidak? Jika cinta datang karena terbiasa bertemu? ***Tokoh, tempat, nama, latar belakang. Semuanya hanya fiksi. Tidak nyata. Jika mendapati ada kesamaan. Itu hanya ketidak sengajaan yang dibuat oleh penulis***