Percaya tidak? Jika cinta datang karena terbiasa bertemu?
***Tokoh, tempat, nama, latar belakang. Semuanya hanya fiksi. Tidak nyata. Jika mendapati ada kesamaan. Itu hanya ketidak sengajaan yang dibuat oleh penulis***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lex," panggil Tristan.
"Ya, Tuan." ujar Alex.
"Apa aku kurang tampan dan seksi?" katanya lalu menatap Alex.
Alex memperhatikan tuannya dari atas sampai bawah. Menurutnya, tidak ada yang salah dengan wajah maupun tubuh Tristan. Sangat sempurna untuk kalangan lelaki.
"Sudah bagus, Tuan. Memangnya ada apa sampai Tuan tiba-tiba bicara seperti itu?" tanya Alex.
"Apa kau tau tentang Serena? Apa dia benar datang untuk mami?" tanya Tristan. Bahwasanya dia belum benar-benar yakin Serena datang karena undangan ibunya.
Alex mengangguk. "Ny. Rebecca yang menyuruhnya kemari dengan alasan kerja sama karena Serena juga salah satu perancang di Indonesia." kata Alex.
Tristan spontan menoleh pada Alex. Dia baru tahu tentang ini. Tentang Serena juga termasuk perancang seperti ibunya. "Apa kau yakin?" tanyanya masih belum percaya.
"Benar, Tuan. Ini berita fakta."
"Cari sosial medianya."
"Serena tidak mempunyai akun apapun, Tuan."
"Seriously?" Tristan terkejut. Mana mungkin di jaman sekarang seorang seperti Serena tidak memiliki akun apapun.
"Dia wanita yang langkah. Aku kira dia bukan orang Indonesia. Melainkan wajahnya mirip wanita Asia. Hidungnya, matanya, bibirnya, semuanya." kata Tristan seraya tersenyum. "Dia juga memiliki senyum yang manis. Sangat manis!" katanya sambil membayangkan wajah Serena jika sedang tersenyum.
"Tapi..." Tristan mengubah raut wajahnya. "Dia tidak pernah tersenyum padaku. Dia selalu menolakku. Memasang wajah datar tanpa seulas senyum sedikitpun dia berikan untukku." katanya. Membuat Alex menahan tawanya ketika melihat raut wajah Tristan yang terlihat sedih.
"Aku harus mendapatkannya." katanya.
"Bagaimana caranya, Tuan?" tanya Alex.
"Menikahinya? Bila perlu aku akan datang langsung menemui keluarganya."
Alex langsung menatap tidak percaya pada Tristan, dia tahu betul Tristan bukan tipe yang mengejar wanita, tapi kenapa sekarang justru dialah yang mengejar. "Apa tidak terlalu cepat, Tuan?" tanyanya dengan nada hati-hati.
Tristan menggeleng. "Aku akan bicara sama mami dan papi... Kau tau, Lex? Aku tidak suka di tolak. Jadi, pertama-tama... Aku harus mengambil hati Serena. Atau tidak mengambil hati orang tuanya. Aku rasa itu tidaklah sulit." katanya.
"Tuan perlu bantuan?" ujar Alex menawarkan diri membantu Tristan.
"No! Tidak perlu. Kali ini aku sendiri yang akan melakukannya." ujarnya dengan penuh keyakinan jika dia bisa mendapatkan hatis Serena dan menjadikan wanita itu istrinya.
*****
Ini sudah satu Minggu lebih Serena berada di New York. Banyak yang dia pelajari, termasuk tentang butik Rebecca yang sampai saat ini masih membuatnya takjub.