"Will you marry me, Serena?" kata Tristan. Membuat Serena mengerjapkan matanya, dan membuat Rebecca geram untuk memukul lengan putranya."Perkenalan macam apa itu, Tian?!" kesal Rebecca.
Tristan menghela nafas, tangannya masih menggenggam tangan Serena, dia menunduk lalu menatap Serena. "Ayo, ikut bersamaku." kata Tristan.
Rebecca langsung menahan putranya dan menarik Serena. "Enak aja ikut kamu! Serena ini kesini untuk mami. Bukan kamu!" ralat Rebecca tidak terima jika Serena di bawa pergi oleh putranya.
Tristan mendelik. "Loh. Bukannya untuk aku?"
"Bukan! Jangan mimpi kamu!"
"Terus punyaku mana? Bukannya mama suka jodohin aku? Nah kali ini aku mau sama dia." Tristan mengangkat dagunya menunjuk Serena.
"Sudah sana ke kantor! Lihat nih Serena jadi keringat dingin gara-gara kamu!" kata Rebecca.
Serena menelan ludah. Dia bingung apa yang sedang di bicarakan kedua orang ini. Serena menoleh ke arah Robert. Laki-laki itu sedang fokus dengan korannya tanpa merasa terganggu sedikitpun oleh Rebecca dan Tristan.
"Mami kok tumben ngundang orang jauh? Indonesia lagi." kata Tristan.
"Ya suka-suka mamilah. Pokoknya Serena ini punya mami. Bukan kamu!" kata Rebecca menekan kata kepemilikan terhadap Serena.
Tristan mengedikkan bahunya. Lalu menunduk melihat Serena. "Aku kerja dulu, ya. Doakan aku biar bisa ambil alih perusahaan papi terus nikahin kamu. Oke, Sweety? Love you." kata Tristan.
Serena tak bergeming. Dia menatap bingung pada Tristan. Laki-laki itu terlalu kepedean bicara padanya. Ya Tuhan... Aku mimpi apa sih tadi malam? Batinnya.
Setelah Tristan keluar dari rumah. Rebecca menoleh, tersenyum pada Serena. "Maafin, Tian ya Serena. Dia memang begitu orangnya..." kata Rebecca.
"Mrs... Kok Tristan bisa bahasa Indonesia?" tanya Serena.
Rebecca tertawa. "Astaga. Kamu polos sekali," Rebecca masih tertawa. "Dia itu dulunya sekolah di indonesia. Hanya tiga tahun setelah lulus langsung kesini." katanya.
Lagi-lagi Serena takjub. Pantas saja Tristan tadi sangat lancar berbicara.
"Kita makan dulu ya. Setelah itu baru kita bahas kerja sama kita." kata Rebecca lembut pada Serena.
****
"Jadi, kamu memiliki butik di Indonesia?" tanya Rebecca. Saat ini mereka sedang di ruang kerja Rebecca. Membahas tentang kerja sama mereka.
Serena mengangguk. "Benar, Tante. Sudah hampir berjalan setahun." kata Serena.
"Wow. Kamu benar-benar hebat. Sudah pernah kerja sama dengan perancang lain?"
"Hanya satu perusahaan di bidang modeling. Mereka hanya menggunakan gaun di butik untuk di potret lalu di bantu jual lewat akun sosial mereka."
"Apakah lancar?"
"Sangat lancar. Dari situ butik jadi ramai." kata Serena.
Rebecca mengangguk. "Tante sangat menyesal karena baru baca email kamu. Bulan lalu itu email Tante lagi di blokir sama Omega. Jadi tidak bisa di buka. Dan baru di betulkan dua hari lalu."
Omega? Serena merapal nama itu. Terdengar unik. Kemudian memberi senyum pada Rebecca. "It's okay, Tante. Yang terpenting aku sudah disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Had No Choice (Completed)
RomancePercaya tidak? Jika cinta datang karena terbiasa bertemu? ***Tokoh, tempat, nama, latar belakang. Semuanya hanya fiksi. Tidak nyata. Jika mendapati ada kesamaan. Itu hanya ketidak sengajaan yang dibuat oleh penulis***