/08/

646 48 13
                                    


Nadine Syahrizal, kerap di sapa Nadine. Merupakan sahabat Serena dari jaman SMP. Dulu, dirinya tidak pernah terpikirkan untuk berteman dengannya lantaran Nadine memiliki sifat yang aktif dan cerewet.

Nyatanya, Nadine lah yang mendekatinya duluan karena dulu masih awal-awal sekolah dirinya sering menjadi korban bullying oleh kakak kelas. Entah ada masalah apa sampai-sampai kakak kelasnya selalu merasa kesal dengannya. Padahal, dirinya tidak pernah melakukan apapun.

Sejak saat itu mereka jadi akrab dan sering bersama, apalagi di tambah rumah mereka yang berdekatan hanya berbeda blok saja. Semakin membuat mereka selalu bersama kemanapun.

Namun, Nadine yang dulu tidak sefeminim sekarang. Dulu, bisa di katakan Nadine itu pemberani, bisa menjaganya yang terkesan lemah di hadapan orang, selalu memberikannya semangat setiap pagi.

Sekarang justru terbalik. Banyak yang diubah Nadine semenjak mereka kuliah. Nadine sering berganti-ganti pasangan, jika putus dengan si A besoknya dia akan bersama si B, begitu selanjutnya. Sampai dirinya di terima di perusahaan besar dan menjadi konsultan pajak. Saat itulah dia bertemu dengan Sabiru.

Awalnya, Nadine hanya ingin main-main bersama Sabiru. Melihat ketampanannya siapa yang tidak langsung jatuh? Nadine tergila-gila dengan laki-laki itu.

Satu tahun hubungan mereka berjalan baik, sampai di tahun kedua mereka semakin baik. Serena turut senang akan itu. Karena, yang dia tahu sahabatnya itu tidak pernah sesetia ini terhadap satu laki-laki. Baru bersama Sabiru lah dirinya berhenti main-main.

Tapi, entah apa yang sedang merasuki tubuhnya. Hubungannya bersama Sabiru sudah berjalan hampir tiga tahun, justru membuatnya ragu. Padahal, Sabiru sangat ingin serius dengannya.

Hanya karena dirinya masih harus memikirkan karirnya. Di tambah dirinya yang belum bisa apa-apa di dapur dan mengurusi Sabiru. Semakin membuatnya belum siap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama Sabiru.

Serena tidak tahu masalah lain yang dimiliki Nadine, dia berpikir jika sahabatnya itu sedang menutupi sesuatu darinya. Apapun itu, Serena berharap hati Nadine akan luluh suatu saat nanti.

"Jadi... Kamu akan tetap disini?" tanya Serena. Sampai detik ini Nadine belum juga beranjak pergi dari butiknya.

Nadine menghela nafasnya, "Sebenarnya, aku ijin hari ini."

"Dalam rangka apa?"

"Istirahat."

"Tumben?" Serena menatap curiga.

"Ya... Sekali-kali aku ijin gapapa kan?"

Serena berdehem, dia berdiri ke arah kulkas, mengambil dua minuman kaleng untuknya dan Nadine. "Lalu, kamu mau ngapain sekarang?"

Tiba-tiba Serena teringat Sabiru. Bukankah laki-laki itu sedang sakit? Dia memiliki ide untuk Nadine.

"Kenapa kamu tidak ke rumah mas Sabiru aja?"

Nadine melihat Serena, "Aku? Ke rumahnya? Dia kan kerja."

"Oh, kerja ya." dia sakit, Nad. "Coba kamu telepon. Lagian, buat apa sih kamu matiin ponsel?"

"Gitu ya. Jadi aku harus aktifin nih?"

"Loh," Serena bingung. "Kenapa tanya ke aku? Aktifin dong, Nadine. Telepon. Tanyain dimana dia."

"Oke, bentar." Nadine mulai menyalakan ponselnya dan langsung menghubungi kekasihnya.

"Kamu dimana? Hah?! Kamu nggak lagi bercandain aku kan? Aku kesana ya? Gimana doong? Yaudah, iya... Iya. Tunggu!"

Serena mendengarnya. Sangat jelas. Sabiru mengatakan jika dirinya demam dan tidak bekerja hari ini.

"Ada apa?" tanya Serena mendapati raut wajah Nadine terlihat gelisah.

"Sabiru sakit." lirihnya

Iya, aku tau... "Yaudah. Sana! Temui dia, dia lagi butuh kamu."

"Aku bawain apa ya? Kamu tau makanan untuk orang sakit?"

"Bubur? Sup? Kamu bisa memilih salah satu."

Nadine nampak berpikir, "Tapi... Aku nggak tau apa dia suka atau nggak sama kedua itu."

"Beli aja sih. Pasti dimakan kok kalau kamu yang beliin." Serena tersenyum.

"Yaudah, aku pergi dulu kalau begitu. Aku tinggal ya."

Serena mengangguk, "Take your time, Nad. Kalau bisa rawat dia sampai sembuh."

"Bye!"

"Bye!" balasnya setelah mengantar Nadine ke depan. Senyumnya terbit. Dalam hatinya berdoa, semoga Nadine bisa mengurus Sabiru dengan baik. Semoga Sabiru juga bisa melancarkan rencananya.

I pray for you guys...

*****

Ayo kita sama-sama mendoakan.

Komentar di bawah yaa... Sekalian vote juga.

Had No Choice (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang