Saat Serena tiba di rumah. Ada satu mobil berwarna hitam bersih seperti habis di cuci bertengger di depan pagarnya, dengan lampu mobil yang masih menyala seperti orang itu baru saja tiba.Serena menyipitkan matanya untuk melihat plat nomor mobil. Dia mengenalinya. Dan kayaknya orang yang di dalam mobil itu juga menyadari kedatangannya.
Serena turun. Di ikuti sosok yang di dalam mobil hitam itu. Mata Serena membulat melihat Sabiru yang ternyata baru saja tiba di depan rumahnya.
"Mas?" katanya cukup terkejut.
Sabiru tersenyum berjalan mendekati Serena. "Kamu mau pergi?" tanyanya.
"Dari mana, mas tau?"
"Mama... Katanya kalian sempat makan bersama. Pas mama pulang dia bilang kamu mau pergi. Jadi aku langsung kesini. Dan benar, pas kamu baru juga sampai."
Serena menggaruk tengkuknya. "Mau masuk dulu?" Serena memeriksa jam di tangannya. "Masih ada satu setengah jam lagi aku ke bandara. Ayo masuk dulu." tawarnya.
"Aku..." Sabiru menunduk melihat Serena. "Boleh antar?" tanyanya.
Serena tertawa lalu mengangguk. "Masuk dulu, ya... Minum dulu sambil nunggu aku siap-siap. It's okay?"
Sabiru memperagakan gaya hormat di depan Serena. Lalu ikut mengekor Serena dari belakang.
Di dalam rumah. Serena melihat Kirana sibuk mondar-mandir di dalam dapur. Dia tersenyum melihat mamanya sedang sibuk memasak. Serena mempersilahkan Sabiru duduk lalu dirinya beranjak menuju mamanya berada.
"Ma... Sera udah bilang tidak perlu repot-repot nyiapin ini..." protesnya melihat betapa sibuknya Kirana mempersiapkan lauk jadi untuk Serena disana.
"Tidak apa-apa. Disana belum tentu makanannya halal, Sera. Dan juga paling kamu pasti makannya junkfood sama makanan cepat saji yang tidak sehat. Mending ini. Kamu bisa panasin kalo kamu mau tinggal masak nasi aja. Di hotel kan ada rice cooker jadi aman. Sisanya kalo tidak abis kamu bisa simpan di kulkas..."
Serena menarik nafas. Beginilah seorang ibu. Serena seumur hidup belum pernah berkelana atau pergi ke suatu tempat tanpa membawa mamanya. Jadi, Kirana begitu khawatir dan dia tidak mau anaknya sakit di sana karena makanan yang tidak sehat.
"Mi instan mau dibawa?" tanyanya. Serena mengangguk saja sebagai jawaban.
"Baju kamu sudah mama packing di bantu sana mbak Yuni. Kamu bawa berapa sepatu? Mama masukin 4 dengan model yang beda. Mama juga tadi belikan kamu pakaian hangat. Dipakai! Kata papa cuaca disana lagi dingin-dinginnya. Mama takut sinus kamu kambuh. Apalagi yang mau kamu bawa? Parfum sudah ya 3 di dalam tas..." Kirana diam sebentar. "Pokoknya sudah semua. Kamu tinggal mandi saja." ujarnya.
Serena geleng kepala. Hanya sebulan dan mamanya seperti orang yang akan di tinggal lama. Bahkan, Serena tidak perlu lagi capek-capek membereskan barangnya.
"Harus bagaimana agar Sera tebus rasa capek mama?"
"Bawakan mama gaun buatan Rebecca. Harus warna beige terus ada brukat-brukatnya ya..." pinta Kirana. Dia juga salah satu fans Rebecca. Fyi.
"Sini cium!" Serena memajukan dirinya untuk mencium sang mama. "Sera, akan membawakannya. Terima kasih, ma... Oh iya! Ada teman Sera di luar. Minta tolong mbak Yuni aja bawakan minum. Dan..." Serena mencari papanya. "Mana papa?"
"Papa lagi panasin mobil. Barang-barang kamu juga sudah di bawa ke mobil. Kamu pakai baju yang mama siapkan ya."
Serena mengangguk. "Oke. Sera siap-siap dulu." pamitnya. Saat dirinya menaiki tangga. Dia sempat melihat Sabiru membantu papanya di depan. Entah sedang membahas apa kelihatannya papanya tertawa. Serena segera menuju kamarnya untuk bersiap diri.
Benar kata mamanya. Baju, sweater, jaket hangat, tas, topi, dan sepatu boots berwarna beige sudah rapi di siapkan oleh mamanya. Serena benar-benar hanya perlu mandi dan pergi setelahnya. Mamanya memang hebat dalam mempersiapkan sesuatu.
Hanya butuh lima belas menit Serena mandi sisanya dia pakai untuk mempersiapkan dirinya. Dia memakai baju serta sweater dulu. Jaket hangatnya belum dia pakai karena ini di persiapkan memang untuk di pesawat nanti. Dia memakai celana jeans lebih nyaman ketimbang rok yang biasa dia pakai. Kirana benar-benar mama yang luar biasa bisa sedetail ini mempersiapkan barang-barangnya.
Setelah selesai barulah Serena turun ke bawah. Mbak Yuni, mbak Ina dan mbak Sari sudah menunggunya di bawah tangga. Mengangguk formal padanya. Itu membuat Serena risih. Dia tidak suka jika mereka terlalu hormat padanya.
"Mbak, tolong fotokan Sera." pintanya meminta tolong pada Sari.
"Makasih, mbak Sari." katanya lalu segera mengirim foto itu pada Nadine. Dia sedikit membahas dan menggoda Nadine agar tidak terlalu sibuk bekerja dan sekali-kali menyempatkan dirinya untuk berlibur. Dia tersenyum setelah selesai mengirim pesan.
Di depan mamanya sudah menunggu, sudah berdandan cantik untuk mengantarnya. Serena geleng kepala. Saat ini dia melihat drama lagi, mamanya terisak. Dia tertawa. Benar-benar luar biasa mamanya.
Serena tidak bisa menolak permintaan orang tuanya untuk mengantarnya. Ada Sabiru juga yang ikut mengantar. Laki-laki itu seperti sudah akrab dengan papanya. Serena memperhatikan dari gerak-gerik papanya. Dia tahu kalau papanya susah sekali dekat dengan teman cowoknya. Tapi, ini... Serena melihat papanya menerima Sabiru.
Wow! Batin Serena. Lalu masuk ke dalam mobil Sabiru. Dia terpisah mobil dengan orang tuanya dikarenakan barang Serena banyak di mobil papanya. Jadi, dia ikut mobil Sabiru. Benar-benar datang di waktu yang pas sekali Sabiru.
Setelah mobil mereka pergi meninggalkan halaman rumah Serena. Nadine dari mobil sudah dari tadi menyaksikan mereka. Dari Sabiru yang datang ke rumah Serena, lalu ikut masuk ke dalam, terus bercengkrama ria dengan Satria dan... Sabiru juga ikut mengantar Serena.
What's wrong? Nadine marah dan kesal. Dia tidak marah dengan Serena. Tapi dia mempertanyakan sedang apa Sabiru di rumah Serena? Seakrab apa Sabiru dengan Serena sampai-sampai Sabiru berani berkunjung ke rumah sahabatnya itu?
Nadine marah. Dia tidak mau melihat hal tadi. Dia tidak bisa melihat Sabiru mulai dekat secara pribadi dengan Serena.
Aku harus cari tau... Sesering apa mereka bertemu di belakang aku?
*******
Nadine muncul gesss... Ssssttt... Ayo kita baca terus yaaa... =====>>>>

KAMU SEDANG MEMBACA
Had No Choice (Completed)
RomancePercaya tidak? Jika cinta datang karena terbiasa bertemu? ***Tokoh, tempat, nama, latar belakang. Semuanya hanya fiksi. Tidak nyata. Jika mendapati ada kesamaan. Itu hanya ketidak sengajaan yang dibuat oleh penulis***