/46/

478 22 8
                                    

Tristan tak dapat menahan keinginannya untuk mengikuti Serena pergi, tadi dia sudah pergi, benar-benar pergi meninggalkan butik Serena, dia bingung mau kemana, dia menelpon orangnya di New York untuk mencari tahu siapa itu Sabiru dan juga Nadine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tristan tak dapat menahan keinginannya untuk mengikuti Serena pergi, tadi dia sudah pergi, benar-benar pergi meninggalkan butik Serena, dia bingung mau kemana, dia menelpon orangnya di New York untuk mencari tahu siapa itu Sabiru dan juga Nadine. Tapi, dia tidak memiliki foto atau barang yang bisa menjadi perantara untuk orang suruhannya. Alhasil, dia menunggu Serena di dalam mobil, berharap wanita itu keluar.

Dan benar, setengah jam dia menunggu Serena keluar dari butik dan memasuki taksi yang berhenti di depan butik.

Tristan mengikutinya perlahan, tanpa sepengetahuan Serena, wanita itu pergi ke mall, untuk apa dan tidak dirinya juga tidak mau peduli, dia ikut masuk ke dalam mall mengekori Serena dari belakang. Dia seperti penguntit.

Dia berpikir untuk apa dia melakukan ini? Kalau di negaranya jelas dia bisa membayar orang suruhannya. Tapi disini beda, dia sama sekali tidak memiliki koneksi di Indonesia. Dan berakhir menyamar sebagai seorang penguntit Serena.

Serena baru saja keluar dari toko jam, Tristan melihat wajah sumringah yang di terbitkan oleh Serena. Ya, bukankah wanita selalu senang berbelanja? Tapi, untuk apa dan siapa dia membeli jam? Itu yang harus dia cari tahu.

Tristan masih terus mengikuti Serena sampai Serena masuk ke dalam kedai food court, memesan makanan untuk porsi Serena. Tristan juga melihat Serena memesan kue cake berukuran kecil untuknya dan berukuran besar untuk di bawa pulang.

Mau ngapain dia? Batin Tristan. Dia juga memesan beberapa makanan untuknya, perutnya lapar karena tenaganya habis gara-gara membututi Serena.

Tristan menajamkan pandangannya ketika seorang laki-laki datang mendekati Serena, mereka saling tersenyum. Serena juga mengijinkan laki-laki itu duduk di depannya. Dahi Tristan berkerut, mereka nampak akrab. Terbukti dari bahasa tubuh Serena dan juga laki-laki itu.

Tristan merasa semakin tertantang, jiwanya memberontak melihat keakraban kedua orang itu, apalagi saat melihat Serena tertawa yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Tristan mengepalkan tangannya tanpa dia sadari.

****

Di satu sisi. Nadine juga berada di tempat dimana Serena dan Sabiru berada. Dia terus memperhatikan dengan mata yang berair karena melihat keakraban kekasihnya bersama sahabatnya.

Apa yang mereka lakukan? Dan apa yang mereka bicarakan sehingga mereka terlihat senang. Tanpa sadar Nadine mengepalkan tangannya, dia tidak tahan melihat ini, dia kesal melihat Sabiru begitu dekat dengan Serena.

Nadine menghela nafas, menguatkan dirinya, melangkahkan kakinya mendekat ke arah dua orang itu.

Nadine berdehem otomatis membuat kedua orang itu menoleh, Nadine tersenyum sinis melihat keterkejutan dari wajah Serena. Ketakutan.

Had No Choice (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang