/26/

473 30 0
                                    


Setelah memastikan Sabiru keluar dari ruangannya. Sean mengunci pintu lalu segera menghubungi rekan kerjanya.

"Ray, saya butuh bantuan kamu. Ya! Saya akan mengirimnya nanti. Tolong kamu cari tau kedua wanita itu. Oke, baik. Terima kasih, Ray."

Sean mengangguk,  bukan maksudnya untuk mengikut campuri urusan anaknya. Dia hanya sekadar ingin tahu saja.

***

"Ma... Barusan papa telpon tuh, katanya kenapa nomor mama tidak aktif." kata Serena yang baru saja turun menemui mamanya.

Kiran mengambil ponselnya di dalam laci ruang tengah. "Mama lupa nyalain ponselnya." katanya. Serena menggelengkan kepalanya. Kebiasaan mamanya selalu menaruh barang sembarangan, dan juga pelupa.

Ya. Tidak jauh beda dengan dirinya. Pelupa akut.

"Papa pulang hari ini. Tidak usah masak. Kita makan di luar saja, katanya." kata Serena memberitahu semua yang di ucapkan papanya tadi di telepon.

"Oh. Kapan pulangnya?" tanya Kiran.

"Katanya siang dari sana. Otomatis sore menjelang malam baru tiba."

Kirana menghela nafas. "Mama kira siang ini. Kalo begitu mama tetap masak dong buat makan siang, tidak mungkin kan kita kelaparan nunggu malam papamu pulang."

Iya juga ya. Serena nyengir. "Mama masak apa?" tanyanya.

Kirana termenung. "Masak apa ya?" tanyanya.

"Sera lagi tidak mau makan nasi. Mau ngemil aja." katanya sambil berjalan ke arah dapur.

"Masakin mama mi rebus, pake sayur sama cabe." Kirana berteriak memesan sebelum Serena sampai di dapur.

Serena mulai mengambil panci untuk merebus mi buat mamanya. Sedangkan dirinya membuka kulkas mencari es krim untuknya. Dia meninggalkan sebentar untuk melihat air rebusannya. Lalu kembali ke meja makan, mengambil beberapa helai roti tawar dan juga sendok. Lalu mulai bereksperimen mencampuri roti dengan es krim.

Serena mendapat notif di ponselnya. Dahinya berkerut melihat nama yang barusan mengiriminya pesan. Sabiru, menyuruh ke rumahnya. Bukan. Lebih tepatnya, Tante Siren yang menyuruhnya.

Dia mau sekali. Tapi, mamanya sendirian dan mereka juga sedang menunggu papanya pulang. Dengan rasa bersalah dan tidak enakkan. Serena membalas pesan Sabiru kalau dirinya tidak bisa berkunjung ke rumahnya. Semoga Sabiru bisa mengerti.

Serena berdiri, dia mengecek mi rebus pesanan mamanya. Sudah matang. Tinggal di tiriskan lalu di pindahkan ke dalam mangkuk. Setelah sudah dia membawanya kepada Kirana yang masih setia duduk di depan tv seraya menonton sinema kesukaannya.

Saat dirinya kembali ke dapur. Ponselnya berdering lagi. Kali ini bukan notif pesan atau telepon. Melainkan panggilan video dari Sabiru. Tanpa menunggu lama lagi Serena langsung mengangkatnya. Dan tersambung lah mereka berdua. Saling tersenyum dan tertawa.

Ini pertama kalinya mereka melakukan panggilan video. Sangat berbeda.

"Kamu belum mandi?" tanya Serena. Dia menebaknya dari rambut Sabiru yang masih berantakan.

Sabiru tertawa lalu mengangguk. "Aku baru habis makan kolak ubi buatan mama." katanya melapor.

"Waah... Enak dong, pagi-pagi udah makan kolak. Pasti kamu belum sikat gigi kan?" ledek Serena.

Namun, Sabiru tidak merasa di ledek, dia justru menaruh tangannya di depan mulut dan mencium bau mulutnya sendiri. Membuat Serena tertawa.

"Masih wangi kok. Itu kamu makan apa?" tanyanya melihat apa yang di pegang Serena.

Serena mengangkat roti serta es krim menunjukkannya pada Sabiru. "Aku lagi malas makan nasi. Maunya makan ini."

"Pagi-pagi udah makan es krim."

Serena mengangkat bahunya. "Enak kok. Oh iya. Sudah sampaikan pesanku sama Tante Siren?"

"Sudah. Mama kecewa sih,"  kata Sabiru dengan wajah dibuat-buat.

"Duh... Gimana dong? Papa hari ini pulang. Kami juga mau keluar nanti malam. Jadi aku tidak bisa tinggalin mama sendirian dirumah." ujarnya.

Sabiru mengangguk lalu tertawa. "Familly time? Padahal aku berencana ngajak kamu jalan lagi malam nanti."

Serena meringis. "Jalan terus. Nanti uang kamu habis loh kalo ajak aku jalan sama makan terus."

Sabiru tertawa. Mau langsung atau dari panggilan video, tetap saja dia gemas sama sikap Serena. "Hanya makan kan? Jadi tidak masalah untuk aku. Yang penting kamu senang."

Eh. Serena tidak salah dengar kan? Yang penting dirinya senang? Apa maksud Sabiru? Dia menggeleng tidak percaya. Lalu tertawa.

"Sera, kok mi rebusnya satu bungkus ya?" tanya Kirana yang tiba-tiba datang ke dapur.

Dia mengangguk. "Iya, satu bungkus. Kenapa, ma?" tanyanya.

"Mama mau lagi. Dua bungkus ya, samain aja kayak tadi. Mama lanjut nonton dulu." katanya lalu meninggalkan Serena yang sudah menggelengkan kepalanya.

Sabiru mendengarnya. Dia ikut tertawa dengan permintaan mama Serena. "Jadi totalnya tiga bungkus." Sabiru membuat jarinya menjadi tiga.

"Kayak kamu, tidak puas satu bungkus. Heran!" gerutunya.

"Apa ini artinya jodoh?"  kata Sabiru.

Serena yang sedang membuka bungkusan mi rebus langsung menghentikan pergerakan tangannya ketika mendengar Sabiru berkata jodoh. Ini tidak bisa. Serena tidak bisa membahas ini.

Serena membalikkan tubuhnya. Melihat kembali ponselnya yang masih ada Sabiru. Berbincang seraya menunggu mi pesanan mamanya matang. Sampai akhirnya Sabiru memilih menyudahi panggilan. Sabiru mau mandi, katanya. Dan Serena mengangguk mengiyakan. Mereka sama-sama memutuskan sambungan. Kembali ke kegiatan mereka masing-masing.

Di hari Minggu memang waktunya istirahat. Sebelum besok sudah harus bekerja kembali.

*****

Maaf jelek dan sedikit berantakan. Enjoy aja ya bacanya. Kalo nggak suka tinggalin aja vote, hehe.. makasih yaaaa....

Had No Choice (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang