Apa maksud dari tatapan itu?Seperti halnya dua sejoli yang saling menatap. Tatapan yang seakan memberitahu sesuatu kalau tidak perlu lagi ada kata-kata. Cukup dengan menatap. Kita bisa tahu apa yang masing-masing ucapkan.
Serena benar-benar bingung dengan perasaannya. Jika saja Sabiru tidak memiliki kekasih. Maka akan sangat bersyukur dirinya memiliki perasaan ini. Namun, apa yang harus dia lakukan jika hatinya benar-benar jatuh pada Sabiru? Kekasih sahabatnya.
Malam ini. Sabiru memperlakukan dirinya seperti seorang kekasih. Mengajak jalan-jalan. Mengajak makan di tempat yang sangat manis dan indah. Sabiru juga menebak dan mencari sendiri tempat ini.
Yang artinya... Sabiru baru pertama kali membawanya kesini. Hanya dirinya.
Apa Serena harus merasa special? Karena Sabiru hanya membawanya kesini. Tidak pernah mengajak Nadine.
"Serena..."
Dia bergumam. Membenarkan rambutnya ke belakang. Lalu menatap Sabiru.
"Ada hal yang ingin aku sampaikan." kata Sabiru.
Serena menelan ludah. Mencerna apa yang barusan diucapkan Sabiru.
"Apa ini tentang Nadine?" tebaknya.
"Bukan. Ini tentang..." ponsel Sabiru berdering. Membuatnya harus memotong ucapannya dan mengangkat telepon.
"Halo? Apa?! Kamu dimana? Tunggu aku! Aku akan segera kesana!"
Serena terkejut mendengar suara panik Sabiru. Dia ingin bertanya tapi dia mulai takut dengan tatapan Sabiru saat ini.
"Maaf." Sabiru menelan ludah. "Aku harus pergi." katanya.
Serena menahan tangan Sabiru. "Mas. Mau kemana?"
"Aku harus menemui Nadine. Dia sedang membutuhkan aku."
"Aku--"
"Maaf, Serena. Tapi, kamu tidak apa-apa kalo pulang sendiri?"
Dia diam sejenak. Lalu berusaha mengangguk. Memastikan agar Sabiru tidak perlu khawatir meninggalkannya sendiri disini.
"Hati-hati, mas." lirihnya.
Sabiru pergi. Meninggalkan dirinya sendiri disini. Serena masih berdiri di tempatnya. Berharap Sabiru sadar atas apa yang sedang dia lakukan saat ini. Tapi, bukannya berbalik. Sabiru justru semakin melajukan langkahnya masuk mobil dan meninggalkan area kafe.
Apa yang kamu harapkan, Serena? Dia pergi! Bahkan tidak mencoba berbalik.
Seharusnya dia tidak boleh terlalu senang tadi. Benar kata orang-orang. Berbahagialah secukupnya. Jangan berlebihan. Dia baru saja di tinggal.
Seharusnya dia sadar posisinya. Dia bukan siapa-siapa. Lantas, apa yang dia harapkan? Mengharapkan Sabiru juga menyukainya? Hah! Dia lupa jika masih ada Nadine.
You stupid! Sera!
Setetes demi setetes air mata Serena tumpah. Bahkan, makanan Sabiru belum sepenuhnya habis. Kata-katanya tadi juga belum sempat dia ucapkan. Tatapan tadi... Bahkan dirinya tidak bisa menebak apa arti tatapan laki-laki tadi.
Tidak! Dirinya tidak bisa begini. Serena berdiri. Menyeka air matanya. Turun ke bawah menuju kasir untuk membayar makanan yang mereka pesan tadi.
"Maaf, mbak. Makanannya sudah di bayar."
Serena lupa. Dia jalan bersama laki-laki yang anti di bayarin wanita. Baguslah. Pikirnya. Setelah berterima kasih. Serena memilih keluar dari area kafe. Dia tidak akan pernah berpikir akan kesini lagi suatu saat nanti. Tempat sebagus dan semanis ini tidak pantas untuknya.
Begini rasanya jatuh cinta dengan kekasih orang. Hanya bisa di tahan. Tanpa bisa di utarakan.
Sekarang siapa yang jahat? Siapa yang bodoh?
Serena tak berhenti merutuki dirinya. Dia belum juga memesan taksi. Hatinya masih kecewa karena di tinggal pergi oleh Sabiru.
Jelas-jelas Nadine lebih penting darinya.
Sampai di pertigaan. Serena melihat halte. Dia tidak tahu sekarang sudah jam berapa. Yang di pikirannya saat ini. Hanya ingin bertemu taksi di sini. Membawanya entah kemanapun yang bisa membuatnya tenang.
Serena butuh pengalihan. Dia tidak bisa pulang dalam kondisi seperti ini. Kirana akan curiga jika dirinya pulang sendiri. Kirana juga akan curiga dengan raut wajahnya saat ini.
Sangat menyedihkan.
******
Huaaaa... Abis di ajak terbang. malah di hempas.
Mau kamu apa sih?!Guys... I will always be patient for you. Walaupun masih sedikit yang ngevote. But, it's okay. I believe. One day someone will like my story.
Thank you for coming and reading my story. See you.

KAMU SEDANG MEMBACA
Had No Choice (Completed)
Roman d'amourPercaya tidak? Jika cinta datang karena terbiasa bertemu? ***Tokoh, tempat, nama, latar belakang. Semuanya hanya fiksi. Tidak nyata. Jika mendapati ada kesamaan. Itu hanya ketidak sengajaan yang dibuat oleh penulis***