Tepat pukul 6 selepas adzan maghrib Serena mendapat telepon dari papanya kalau dia agak sedikit terlambat dan menyuruh dirinya serta Kirana untuk pergi duluan ke restoran yang sudah dipesan oleh papanya.Serena bertanya ada apa dengan papanya. Setelah di beritahu barulah Serena paham apa maksud papanya merencanakan ini. Kejutan ulang tahun pernikahan mama dan papanya.
Serena merasa durhaka karena melupakan hari bersejarah kedua orang tuanya. Oke, ternyata selain teledor dan pelupa meletakkan barang. Dia juga melupakan momen-momen penting.
Serena melipat sejarah serta mukenanya, menaruhnya kembali ke tempat semula. Dia membuka pintu lalu menuju kamar mamanya sekadar memberitahu kalau papanya agak sedikit terlambat dan menyuruh mereka bersiap-siap.
Kirana menurutinya. Sama dengan Serena. Kirana pasti juga lupa dengan hari pentingnya. Serena menahan tawa untuk itu. Dia kembali ke kamar dan segera menyiapkan diri sesuai suruhan papanya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama. Serena bukan tipe wanita yang berdandan menor. Dia hanya butuh bedak bayi dan liptint yang selalu dia bawa kemana-mana.
Setelah selesai, dia mematut dirinya terlebih dahulu. Dia memakai dress berwarna beige yang selaras dengan kulit badannya. Serta clutch bag berwarna putih hadiah pemberian papanya bulan lalu. Dan sepatu high heels berwarna senada dengan bajunya. Pass batinnya.
Serena mengetuk pintu kamar mamanya. Membukanya lalu segera masuk ke dalam. "Sudah siap?" tanyanya melihat mamanya sedang memasang kalung dan agak sedikit kesusahan. Serena inisiatif membantu.
"Mama lebih cocok pakai lipstik warna pink, ya." katanya.
"Kelihatan segar ya?" Serena mengangguk.
Kirana melihat penampilan putrinya. Cantik. "Sangat cantik!" puji Kirana.
Serena tersenyum. "Mama lebih cantik. Apalagi rambutnya di gerai gini." katanya. "Kita berangkat?"
"Lihat wajah mama dulu. Ada yang kurang?"
Serena menghela nafas. "Perffect! Lipstik Sera suka sama rambut dan gaun mama. Sera jadi tau dari mana aku dapat kecantikan ini." ujarnya seraya memegang wajahnya sendiri.
Kirana tersenyum. Lalu merangkul lengan Serena dan segera keluar dari kamar menuju lantai bawah.
Serena memastikan tidak ada yang ketinggalan. Ponselnya paling penting. Setelah di rasa sudah lengkap dan tidak ada yang ketinggalan, barulah dia dan Kirana keluar rumah dan segera menuju tempat yang sudah di pesan papanya.
"Mama kenapa?" tanya Serena melihat raut wajah mamanya kebingungan.
"Papa kok tumben pake pesan tempat segala?" tanyanya.
Serena memilih diam dan fokus menyetir. Dirinya tidak mau keceplosan. Dia mau rencana papanya hari ini berjalan lancar.
Sesampainya di restoran. Serena membuka ponselnya, melihat pesan yang dikirim papanya. Papanya mengabarkan jika dia sudah sampai di restoran tapi, sedang bersembunyi agar tidak ketahuan oleh mamanya.
"Ayo, ma." ajak Serena. Mereka masuk ke dalam restoran menuju meja informasi. Setelah melapor Serena membawa mamanya menuju meja yang sudah di pesan papanya.
Serena duduk di sebelah mamanya. Dia mengitari pandangan mencari letak papanya berada. Dia tersenyum ketika mendapati papanya berdiri di tempat stan live musik. Lalu, tiba-tiba musik terputar. Mengalun indah layaknya lagu pernikahan. Serena mengulum senyum. Menoleh menatap mamanya yang terlihat kaget mendengar musik.
"Ini..." katanya menggantung.
"Coba mama lihat lurus." suruh Serena. Kirana mengikuti arah pandang Serena. Dia terkesiap melihat suaminya berada di stan musik di depan sana.
"Ngapain papamu disana?" tanya Kirana. Serena mengangkat bahu tidak tahu.
Satria, papa Serena menginterupsi agar Kirana berdiri dari tempat duduknya. Kirana melakukannya. Dia tersenyum di sela-sela rasa terharunya. Tangan kirinya memegang dada lalu tangan kanannya menggenggam tangan Serena.
Serena ikut berdiri. Dia memeluk tubuh mamanya dari samping. Ikut terharu dengan kejutan yang di berikan papanya. Satu fakta yang dia lupakan lagi. Papanya bisa menyanyi.
Alunan musik Endless love terdengar indah dari suara papanya. Serena semakin mendekap mamanya dari samping. Mencium tangan mamanya lalu, mengantar mamanya menuju stan musik di restoran.
Gemuruh tepuk tangan di berikan pada mereka. Serena tersenyum ramah menanggapi tepukan tangan pengunjung. Mereka seperti sedang benar-benar di atas pelaminan. Dengan Serena seperti mengantar pengantin wanita menuju pengantin laki-laki.
Papanya turun sembari memegang erat bunga kesukaan mamanya. Bunga lily warna ungu. Serena tersenyum saat papanya berhenti di depan mereka. Tersenyum memeluk Serena serta memberikannya ciuman di keningnya.
"Take your time. Sera akan kembali ke meja dan mengambil momen ini dari sana." kata Serena mencium pipi keduanya.
"Mama malu..." ujar Kirana. Serena tertawa dan segera berbalik.
Serena bahagia. Di usia pernikahan kedua orang tuanya yang sudah memasuki usia empat puluh tahun ini, mereka masih terlihat mesra satu sama lain.
Dari kecil Serena tidak pernah mendapat ajaran buruk dari kedua orang tuanya. Dia selalu mendapat apa yang dia mau tanpa harus di manja berlebihan. Serena lebih mencontoh apa yang di lakukan mereka lalu mempraktekkannya. Sampai sekarang. Serena beruntung memiliki orang tua seperti mereka.
Tanpa sadar dia menitihkan air matanya. Air mata bahagia. Penuh bahagia. Doanya selalu berharap kedua orang tuanya tetap sehat dan ada sampai dirinya menikah dan memiliki anak.
******
Aku ikut terharu nulisnya :')Vote
&
Comment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Had No Choice (Completed)
RomancePercaya tidak? Jika cinta datang karena terbiasa bertemu? ***Tokoh, tempat, nama, latar belakang. Semuanya hanya fiksi. Tidak nyata. Jika mendapati ada kesamaan. Itu hanya ketidak sengajaan yang dibuat oleh penulis***