/28/

495 30 0
                                        


Serena mengetahui perjalanan cinta tentang Habibie dan Ainun... Dia juga sangat mengidolakan kedua pasangan itu... Dan, Serena berharap perjalanan cinta kedua orang tuanya akan sama abadinya seperti mereka. Itu doa Serena setiap hari, setiap detik dan setiap menit. Orang tuanya selalu akan menjadi panutannya ketika dirinya telah mendapatkan suami suatu hari nanti.

Serena bukan tidak mencari. Bukan juga tidak ada usaha. Tapi, seperti yang pernah di katakan. Dirinya memiliki trauma tersendiri. Bukan trauma yang besar. Dia hanya ingin benar-benar menemukan laki-laki yang tepat, yang baik dan seperti papanya, tentunya.

Saat seperti ini. Tiba-tiba Serena teringat seseorang. Sabiru. Entahlah, kenapa bayangan wajah laki-laki itu yang muncul saat ini. Mengingat perlakuan Sabiru terhadapnya sangat baik dan terkesan manis.

Di satu sisi juga, Serena tidak mau mengambil resiko besar karena berani menyukai Sabiru. Dia takut... Kejadian seperti waktu dia sekolah akan terulang kembali. Di bully dan di jauhkan.

Apalagi, menyangkut Nadine. Dia tidak berani. Dia tahu apa yang dia lakukan ini salah, sangat salah. Tapi, mau gimana lagi? Semua sudah terlanjur.

Dan tentang ciuman pertamanya di ambil oleh Sabiru. Dia masih ingat. Tidak mungkin dia akan melupakannya. Itu sesuatu yang pertama baginya. Walaupun dirinya juga senang dan tak bisa berbohong kalau dia juga menginginkan lebih. Tapi, tetap saja dia harus menahan diri.

Serena tersenyum saat Satria dan Kirana berjalan kembali menuju meja makan. Dia berdiri lalu memeluk keduanya. Menyeka sisa air mata sang mama. "Happy anniversary wedding untuk kalian... Maaf, kalo Sera melupakan hari besar kalian. Doa Sera selalu tentang kalian. Love you. Terima kasih karena sudah bersatu dan saling menyayangi. Terima kasih karena sudah melahirkanku, menyayangiku, membesarkanku, dan merawat Sera sampai sekarang..." Serena tersenyum lalu melanjutkan lagi. "Maaf, kalo sampai sekarang. Sera belum juga penuhi keinginan mama untuk menikah... Doain Sera biar Sera ketemu dengan laki-laki yang baik kayak papa." katanya.

Kirana kembali terharu, dia merengkuh tubuh Serena, mengelusnya penuh kasih dan sayang, dan menciumnya. "Kamu adalah putri kami yang terbaik... Apapun itu, mama dan papa tidak akan pernah melarangnya. Kamu pintar dan dewasa. Kamu tau apa yang kamu butuhkan. Ingat pesan mama... Kalo sekarang apa yang kamu inginkan belum tercapai. Itu tandanya Tuhan lebih mengabulkan apa yang kamu butuh... Tidak apa, kami akan bersabar dan tetap mendoakan kamu..." katanya di akhiri dengan kembali mencium seluruh wajah Serena.

Serena beralih menatap papanya. Ganteng dan tampan. Serena berpikir kenapa diusia yang bukan lagi muda, papanya masih terlihat tampan dan semakin beraura. Dia bangga. "Love you, pa. Tidak ada yang mau Sera sampaikan... Hanya, kata terima kasih karena sudah menyayangi kami dengan penuh kasih sayang..."

Satria terkekeh. Memeluk kedua wanita di depannya dan di sampingnya bersamaan. "Kalian memang bidadari yang di kirim Tuhan untuk papa... Bertiga saja sudah cukup. Papa selalu menyayangi kalian. Begitupun dengan Sera..."

Serena mengangguk melihat mamanya dan saling tersenyum. "Saatnya kita makan?" katanya.

Kirana menjawil hidung Serena. "Maaf kami membuatmu kelaparan."

Serena tertawa. "Papa tau? Mama hari ini makan 3 bungkus mi rebus!" katanya.

"Pasti sambil menonton sinetron drama-drama itu kan?" tebak Satria.

Serena menjentikkan jarinya. "Exactly! Papa harus segera bawa mama liburan. Maybe..."

Satria tertawa besar. "Ujungnya itu ya? Emm..." dia menoleh pada Kirana. "Kita honeymoon lagi?" tanyanya membuat Kirana mencubit pinggang Satria dan membuat Serena tak dapat menahan tawanya lagi.

Mereka berhenti bergurau saat pelayan restoran datang dan membawa beberapa makanan yang belum di pesan oleh papanya. Kata si pelayan itu adalah gift dari pemilik restoran untuk kedua orang tuanya sebagai ucapan selamat.

Serena tersenyum senang melihat kue ulang tahun berasa vanila. Dia menatap sang mama seraya tersenyum.

"Terima kasih, mbak..." kata Kirana.

Setelah pelayan mengatur makanan di atas meja dan pamit pergi. Sera langsung meminta ijin untuk memotong kue ulang tahun. Kesukaannya.

"Ini sih ceritanya bukan lagi milik kita, pa..." ujar Kirana.

Serena menyengir. "Punya kalian kok. Sera hanya nyicip aja."

"Seharusnya mereka kasih yang rasa coklat."

Serena mulai cemberut namun tetap menyuapkan kue ke dalam mulutnya. Dia memang tidak bisa menahan diri jika sudah melihat kue bolu ulang tahun. Apalagi yang rasa vanila. Atau kuenya berwarna putih. Bisa habis sendiri untuk dirinya. Apalagi sebesar ini. Bisa-bisa dia meminta untuk di bawa pulang.

"Ambil secukupnya. Sisanya biar nanti papa minta tolong bungkus bawa pulang." kata Satria.

"Baik, pa. Serius ini kuenya enak!"

Kirana mendengus. "Semua makanan juga kamu bilang enak. Sudah cukup makan kuenya!" Kirana menepuk lengan Serena. "Nanti bisa-bisa kamu tidak makan nasi lagi." katanya menginginkan Serena.

Serena memilih menyudahinya. Dia menepikan piring kecil bekas kuenya tadi. Lalu mulai mengambil nasi dan lauk seadanya. Benar kata mamanya, keinginannya untuk makan sudah sedikit hilang akibat tadi dia makan kue duluan.

Ponsel Serena berdering. Dia mengambil lalu mengangkat telepon dari Alvina yang menyuruhnya untuk segera membuka email-nya. Serena mematikan sambungan lalu beralih membuka email lewat ponsel. Dia terkejut saat laman pertama terbuka dan menampilkan pesan email dari perancang terkenal favoritnya.

"Ada apa?" tanya Kirana yang melihat keanehan dari wajah putrinya.

"Ma, Pa... Akhirnya tawaran Sera di terima!" pekiknya. Dia lalu memberikan ponselnya pada Kirana. Dan... Kirana juga sama terkejutnya.

"Beneran kamu?"

Serena mengangguk. "Sera harus menghubungi Alvina dulu." katanya lalu menghubungi Alvina.

Satria menahan sebelum Serena mulai bicara. "Papa yang pesankan pesawat. Kamu tanyakan apa Alvin ikut atau tidak."

Serena mengangguk lalu mulai berbicara pada Alvina. Alvina tidak bisa ikut karena dirinya juga harus menjaga neneknya di rumah. Serena tidak bisa mengajak Ria, Intan dan Gina. Mereka belum terlalu bisa untuk mengaturnya. Jadi... Terpaksa Serena pergi sendiri dan menyerahkan urusan butik kepada mereka berempat.

<========== To Be Continue ==========>

Had No Choice (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang