Nadine mengikuti mobil Sabiru perlahan dari belakang. Tanpa ketahuan tentunya. Dia mengikuti sampai tiba di bandara dan mengambil tempat parkir yang sedikit jauh dari mobil Sabiru.Nadine menggeram di dalam mobil ketika melihat Sabiru turun dari mobil lalu berputar membuka pintu untuk Serena.
Nadine menahannya. Dia turun dari mobil lalu mengikuti mereka dari belakang. Tadi, Serena sempat mengabarinya jika dirinya akan segera pergi. Satu bulan setau Nadine. Dan dia baru tau sekarang tentang kedekatan Sabiru dan Serena.
Bagaimana dia tidak terkejut? Sabiru tidak pernah bersikap manis seperti tadi kepada siapapun, kecuali dirinya. Dan juga, Sabiru baru kenal dengan Serena. Mereka juga hanya baru beberapa kali bertemu. Bagaimana bisa sedekat itu?
Di pintu keberangkatan. Serena berpamitan kepada mama dan papanya. Lalu kepada Sabiru. Nadine melihat raut senang sekaligus sedih dari wajah Sabiru. Dia bingung dan masih terus memperhatikan.
Sampai saat terdengar suara kalau pesawat Serena sudah siap. Serena memeluk mamanya yang sudah terisak sejak tadi. Lalu memeluk papanya. Setelah itu. Baru Serena menatap Sabiru.
Mereka berdua saling tatap. Nadine membekap mulutnya ketika Sabiru menyeka halus pipi Serena. Dia tau jika Serena tadi habis menangis. Lalu... Fakta yang dilihat lagi. Sabiru memeluk Serena. Mengecup kepala sahabatnya.
Nadine makin dibuat bingung dengan sikap Sabiru barusan. Dia melihat dengan mata telanjangnya jika Sabiru terang-terangan menunjukkan perhatiannya pada Serena di depan orang tuanya.
What have you done? Mereka berpelukkan saling memandang dan Sabiru dengan beraninya memegang pipi Serena. Seakan-akan mereka itu adalah sepasang kekasih.
Sepasang kekasih? Ulang Nadine dalam hatinya. Serena berbicara pada Sabiru. Entah apa Nadine sendiri tidak bisa mendengarnya. Orang-orang mungkin menatapnya aneh karena mengintip dari sela dinding di dekat keempat orang disana. Dia memakai kacamata dan juga masker untuk menutup dirinya. Dia cuek dengan pandangan orang.
Biar saja. Apa perlu dia bersuara jika yang di depan sana. Yang sedang saling berpelukan itu adalah pacar dan sahabatnya? Oh tidak! Bukan pacar. Melainkan calon tunangannya. Gerutu Nadine. Dia semakin yakin ada apa-apa di antara mereka berdua.
Dia semakin bersemangat untuk mencari tahu tentang kedekatan Serena Dengan Sabiru.
"Aku harus cari tau dulu sebelum nanti aku tanya sendiri sama Serena. Serena nggak mungkin bohong. Dia nggak pernah bohong apalagi membohongi aku. Ya!" katanya lalu segera beranjak pergi. Setidaknya dia masih memiliki otak untuk berpikir positif tentang hubungan sahabatnya bersama kekasihnya. Walaupun kesal tapi, dia juga tidak boleh gegabah.
Nadine itu seorang yang mampu mengelabuhi musuh. Dia pintar mencari tahu. Dia pintar dalam mengelola bidangnya di kantor dan menjadi sekretaris yang baik dan bisa di andalkan oleh pak Broto. Dan dia juga tidak akan pernah melepaskan apa yang sudah dia pegang erat-erat selama ini.
Sistemnya mencari tahu dulu. Kalo sudah mendapatkan bukti baru dia berani bertindak.
Namun. Sepertinya Nadine lupa. Bahwa dirinyalah yang mengenalkan mereka, meminta tolong atas nama Serena.
Nadine juga harus ingat. Jika cinta akan datang karena terbiasa bersama dan bertemu.
Nadine juga lupa jika dirinya tidak mau ada perekat antara dirinya dan Sabiru. Kecuali, jika dia merelakan pekerjaannya hilang dan di ganti oleh orang lain.
Nadine pintar. Tapi, gegabah dan plin-plan. Dia tidak bisa tegas pada dirinya sendiri. Apalagi dengan orang? Dia hanya mau orang-orang mengikuti kemauannya karena dirinya selalu bisa mendapatkan apa yang dia mau.
Seperti jabatannya...
*******
Nadine Syahrizal, ckckckck...
KAMU SEDANG MEMBACA
Had No Choice (Completed)
RomansaPercaya tidak? Jika cinta datang karena terbiasa bertemu? ***Tokoh, tempat, nama, latar belakang. Semuanya hanya fiksi. Tidak nyata. Jika mendapati ada kesamaan. Itu hanya ketidak sengajaan yang dibuat oleh penulis***