Baru saja Serena akan menghubungi taksi untuk membawanya ke butik, tiba-tiba di depan rumah dia mendengar suara klakson mobil yang entah siapa pemiliknya. Dahinya berkerut memikirkan jika yang datang itu adalah Sabiru. Tapi, mana mungkin..."Mama..." teriaknya, namun, mamanya tidak menjawabnya. Akhirnya, dia memutuskan untuk ke depan, memeriksa siapa yang pagi ini datang ke rumahnya.
"Cari siapa ya?" ujarnya, ketika sampai di depan pintu, menegur orang asing yang berdiri di depan rumahnya.
Orang itu berbalik, memberikan senyumnya pada Serena. "Selamat pagi, mbak. Apa benar ini kediamannya, mbak Serena?" ujarnya seraya memberikan secarik kertas.
Serena menerimanya, melihat tulisan yang menulis alamat rumahnya, "Oh. Iya, benar. Kebetulan saya orang yang mas maksud. Ada apa ya?" tanyanya bingung.
"Begini, saya dari petugas resort and hotel Bougenville ingin mengembalikan mobil mbak yang ketinggalan." dia memberikan kunci mobil itu kepada Serena.
Serena terkejut, dahinya mengkerut. Bagaimana bisa orang ini membawa mobilnya, dan bagaimana bisa kunci ini ada bersama orang asing ini? Serena semakin bingung.
"Em, maaf, mas. Tapi, kok bisa ya?"
"Oh, kalo itu saya tidak tau, mbak. Saya hanya menjalankan tugas saya."
"Siapa yang mas maksud?"
"Itu. Laki-laki tampan, tinggi, rambutnya rapi, kulitnya putih-"
"Pakai baju apa?" potong Serena.
"Pakai kemeja hitam, mbak."
Mas Sabiru? Kok bisa? "Beneran dia yang memberikan kunci saya sama mas?"
Orang itu mengangguk, "Benar, mbak!"
"Oke. Baiklah, terima kasih ya, mas. Sudah repot-repot datang kemari."
"Sama-sama, mbak. Kalau begitu saya permisi dulu. Mobilnya sudah saya parkir di depan sana."
Serena mengangguk, dia memberikan senyumnya pada petugas tadi. Jika benar Sabiru yang menyuruhnya. Maka, dirinya akan menanyainya langsung, bagaimana dan dari mana dia mendapatkan kunci mobil ini.
Dia kembali ke dalam, mengambil piring kotornya untuk di cuci. Walaupun, rumahnya sudah memiliki beberapa asisten rumah tangga, tetap saja dia tidak pernah mau merepotkan orang lain jika dirinya bisa mengerjakan tugas itu sendiri.
Setelah selesai, Serena mengambil tasnya, kemudian berjalan ke halaman belakang untuk melihat mamanya.
"Mama?"
Kirana menoleh, wanita itu sedang menyiram tanamannya yang selalu tumbuh dengan baik. "Kamu sudah mau pergi?"
"Iya, ma." Serena mencium pipi Kiran, "Mobil Sera sudah di antar oleh petugas bengkel barusan."
"Oh ya? Yasudah kalau begitu kamu hati-hati ya bawa mobilnya, yang semangat kerjanya, jangan lupa sholat juga."
Serena mengangguk, "Siap, ma. Sera pergi dulu ya. Love you."
"Love you too..." balas Kiran.
Ponselnya berdering saat dirinya hendak menyalakan mesin, Alvina baru saja mengabari jika dirinya hari ini sedikit terlambat lantaran mengambil kain yang mereka pesan di toko mbak Dewi.
Dia pun segera melajukan mobilnya menuju butik. Berharap hari ini menjadi hari yang baik untuk dirinya.
Dan juga Nadine. Karena, kekasihnya hari ini berencana melamar sahabatnya. Semoga Nadine mau menerima Sabiru yang sudah berjuang untuk mendapatkan Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Had No Choice (Completed)
RomancePercaya tidak? Jika cinta datang karena terbiasa bertemu? ***Tokoh, tempat, nama, latar belakang. Semuanya hanya fiksi. Tidak nyata. Jika mendapati ada kesamaan. Itu hanya ketidak sengajaan yang dibuat oleh penulis***