/09/

640 43 2
                                    

Entah kenapa dari dulu Serena sangat menyukai suara hujan, aroma hujan dan tanah, dan menonton hujan...

Dulu, dia selalu di larang papanya main hujan-hujanan, sampai pernah satu kali dirinya sudah tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya terhadap hujan dan bagaimana rasanya itu. Dia rela pergi ke rumah Nadine yang hanya berjalan beberapa langkah hanya untuk main hujan. Tanpa ketahuan papanya.

Bahkan, sampai sekarang dirinya masih sangat suka bermain-main hujan. Seperti saat ini, dia sedang memain-mainkan tangannya di bawah hujan, merasakan setiap butiran air menyentuh kulitnya, sambil membayangkan dirinya dulu.

Hujan dan segala keindahannya, hujan juga membuat nyaman. Apalagi, di saat sedang mengantuk, ketika hujan datang maka semakin nyenyak pula tidurnya.

Sungguh aneh jika di pikir. Usianya bukan lagi anak remaja yang masih ingin bermain hujan. Tolong katakan padanya jika hujan tidak melihat setiap orang dari usia. Hujan turun ya karena memang saatnya dia turun. Tidak perlu harus menunggu semua orang masuk ke rumah baru hujan akan turun, bukan?

Ini hari yang bahagia sekaligus hari yang membuatnya sedih. Bahagia karena hari ini banyak pelanggan yang memborong gaun-gaunnya. Sedih karena pelanggannya yang bernama Siska membatalkan pesanannya lantaran ada sedikit masalah menjelang pernikahannya.

Tapi, dia berdoa di saat hujan. Semoga semua yang sedih hari ini bisa kembali tersenyum seperti semula. Semoga yang berpisah kembali bersama dengan orang yang mereka sayangi.

Sama seperti doanya untuk Nadine. Semoga hubungannya selalu lancar tanpa ada yang merusaknya.

Sepertinya Serena melupakan sesuatu. Dia lupa mendoakan dirinya sendiri, dia mendoakan kebahagiaan orang lain, mementingkan kebahagiaan orang lain. Tapi, dia sendiri tidak pernah memikirkan dirinya.

Boleh saja dia membantu sahabatnya. Tapi, dia lupa bahwa hatinya juga perlu di bantu. Misalnya, dalam urusan percintaan.

Tidak mungkin kan Serena menyendiri seumur hidupnya? No way!

Dia punya pilihannya sendiri, tanpa perlu orang lain membantunya mencari pasangan. Menurutnya, jodoh ada dimana-mana, entah seseorang yang sering berjumpa, atau mungkin seseorang yang tidak pernah sama sekali bertemu dengannya. Tapi tetap harus berusaha. Dan usaha Serena adalah, membuat dirinya sadar akan cinta orang di sekitarnya.

Dia percaya, seseorang itu akan datang tepat di saat dan waktu yang sudah di tetapkan.

Serena tersadar dirinya sudah terlalu lama berdiri di balkon. Hujan belum juga reda, kulit di tangannya sedikit berkerut karena terlalu lama bermain hujan.

Dia memutuskan untuk turun ke bawah untuk membuat minuman hangat. Ketika dia turun, dia melihat mamanya sedang nonton. Dia tersenyum, melanjutkan langkahnya menuju dapur, membuat minuman hangat untuknya dan untuk mamanya.

Sore-sore seperti ini memang enak menyeduh minuman hangat dan sambil berbincang, apalagi hujan masih setia di luar sana.

"This is for you. And this is for me..." katanya setelah dari dapur dan membawa dua cangkir minuman.

"Mama nonton apa?" tanyanya.

"Hanya sinetron remaja."

Serena mengangkat kedua alisnya, "Sinetron remaja? Yang judulnya curahan hati seorang istri itu bukan?" tebaknya.

Kirana mengangguk, "Bagus loh filmnya."

"Itu bukan sinetron remaja, mama... Itu hanya sinetron biasa yang berkisah sepasang suami istri gitu." jelas Serena.

"Apapun itu. Mama juga sampai kebawa emosi nontonnya."

"Sebagus apa sih? Perasaan sedih terus."

"Ya namanya aja curahan hati seorang istri. Ya pastinya tentang perselisihan antara suami istrilah!"

Serena mengikuti arah pandang mamanya, ikut menonton sinetron yang saat ini sedang viral-viralnya di sosmed. Dahinya mengkerut ketika membaca judul dari sinetron berseries ini.

"Sahabatku, mencintai suamiku..." ujarnya pelan. "Itu judulnya, ma?"

"Iya. Jadi tu dua cewek tadi tu sahabatan, nah, sahabatnya yang satu itu belum nikah. Mereka selalu sama-sama, curhat sama-sama. Tapi, malah sahabatnya ini suka sama suaminya karena keseringan main ke rumah sahabatnya itu."

Serena bingung, "Kok gitu? Kan yang sering ketemu mereka bukan suaminya."

Kirana mengangguk, "Kan ketemu di rumah. Otomatis suaminya juga ada di rumah. Tapi mama juga tidak tau jalan ceritanya."

"Loh. Kok aneh sih?"

Kirana terkekeh, "Ceritanya hampir mirip mama dulu. Tapi, mama sama papamu belum nikah. Masih, ya... Temenan."

Terdengar menarik, Serena mendekatkan dirinya biar bisa mendengar lebih jelas. "Dulu, papamu pacaran sama mama, mama sering jalan sama papa sambil bawa sahabat mama. Awalnya mama belum sadar. Sampai suatu hari mama kedapatan sahabat mama tu nyatain perasaannya sama papamu. Mama sempat ragu waktu itu."

"Mama juga bingung antara harus mempertahankan papa atau sahabat mama. Tapi, pada akhirnya. Mama menyuruh papamu untuk memilih. Karena pada dasarnya tugas laki-laki itu mencari dan memilih siapa yang lebih pantas menjadi istrinya. Dan akhirnya, papamu memilih mama."

"Terus sahabat mama gimana?"

"Kami belajar saling mengikhlaskan. Bahwa kita kaum wanita tidak berhak menentukan pilihan laki-laki. Tugas kita hanya menunggu. Mama percaya papamu orang yang baik, makanya pas papamu memilih mama, mama langsung setuju dan terima."

Serena tertegun. Dirinya baru tahu cerita masa lalu tentang kedua orang tuanya. Orang tuanya baru saja menunjukkan jika cinta sejati itu ada. Benar-benar nyata.

"Kalau waktu itu papamu tidak memilih mama. Mungkin, kamu tidak akan ada di tengah-tengah kami." Kirana tersenyum.

Benar juga. Karena jika berbeda. Maka dirinya juga berbeda, tidak mirip mamanya, tidak mirip papanya. Dan Serena bersyukur Tuhan masih mengijinkan kedua orang tuanya kembali bersama sampai sekarang. Takdirnya baik.

********

So sweet... Kapan ya begitu juga? 😂
Sampai di sini. Ada yang mau bertanya? Silahkan. Saya akan dengan senang hati menjawab pertanyaan kalian.

Vote dan coment ya... Sampai bertemu lagi...

Had No Choice (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang