PULANG

6.4K 732 6
                                    

Tak terasa, aku sudah menjelang titik akhir perjuangan ku di kampus ini. skripsi yang sudah memasuki bab – bab akhir, mata kuliah sisa yang sudah tinggal UAS saja. Mas Barra pun sudah tinggal merampungkan Thesisnya.

Sidang ku akan dilaksanakan 2 minggu lagi.

Tapi rencana kadang memang selalu meleset, seperti kepulangan mas Barra, yang nyatanya molor dari jadwal.

"maaf sayang.. tapi ini big opportunity buat aku"

Aku sebenarnya kecewa, tapi aku bisa apa? laki – laki akan sangat membutuhkan eksistensi dan riwayat karir yang mentereng kan?

Mas Barra di tawari job asistensi oleh professor nya, dan itu akan memakan waktu sekitar 1 tahun. Dia akan bergabung di proses research yang sedang di lakukan oleh professornya, semacam suatu tinjauan study tentang hukum. Bahkan Professor nya, bersedia akan menerbitkan surat referensi dan acknowledge certificate atas nama Universitas untuknya.

Bagaimana aku bisa menahan keinginan dan kesempatan seperti itu? Aku juga tidak mau dianggap sebagai calon istri yang menyulitkan di mata keluarga mas Barra.

"gausah minta maaf mas, memang itu kesempatan yang ga boleh di lewatin. Kan buat kebaikan kamu juga, cuma 1 tahun kan? I still can wait"

"thank you sayang... aku tahu aku ga salah pilih kamu"..."oh iya belum absen hari ini..mana?"

Dia selalu mengabsen ku setiap hari, apakah cincin masih melingkar di jariku, awalnya aku marah, seolah aku ini berniat berkhianat. Tapi dia bilang, selain absen, hatinya selalu berdesir setiap melihat cincin itu di jemari ku.

Akhirnya 1 tahun tambahan perpisahan jarak, kami sepakati. Mas Barra tampak semangat sekali menjalani project nya itu, dan aku pun berkonsentrasi menyelesaikan kuliahku yang hanya tinggal beberapa langkah lagi.

****

Sidang skripsi sudah ku lewati, dengan hasil yang memuaskan. Mas Barra tampak sangat bangga kepadaku, dia bahkan meminta Fadil untuk datang menemaniku sidang. Bahkan Fadil dia jadikan kurir buket bunga mawar putih yang sangat besar, dan sebuah boneka beruang yang sangat besar pula.

Jangan tanya bagaimana wajah Fadil ketika harus menyerahkan itu semua di hadapan semua orang.

"calon suami lo nih... gila gue tengsin banget dari tadi bawa – bawa ginian"

Aku tergelak mendengarnya

"makasih ya dek Fadil ganteng" aku terbahak – bahak meledek Fadil yang adalah senior ku 1 tahun. Dia bahkan izin dari kantor hanya untuk menemani ku sidang. Mas barra spesial meminta mama nya, mengizinkan Fadil izin setengah hari.

Ponsel ku berdering, aku bergegas mengangkatnya, panggilan dari yang ku tunggu – tunggu.

"mas.. makasih ya buket sama bonekanya, ada yang mukanya kaya mau nelen ayam utuh – utuh nih didepan ku" aku tertawa mengikik sambil melempar pandangan pada Fadil "kamu tega banget deh mas"

"tauk lo.. resek.. udah ya gue balik kantor" Fadil mendekatkan mulut nya pada speaker ponsel ku, menyahuti kakak nya yang sedang tertawa nun jauh disana.

"jadi rencana kamu apa habis ini?"

"cari kerja mas, minggu depan transkrip sementara kan udah bisa keluar, aku bisa pakai itu buat apply"

"kamu di tempat mama aja ya? Gausah ditempat lain?"

"nggak lah mas, aku kan belum siapa – siapa di keluarga kamu, gak mau ambil kesempatan berlebihan gitu. Aku mau usahain sendiri dulu ya? Kalau gak dapet – dapet, ya baru deh aku minta tolong kamu ya?"

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang