MENYUSUN RENCANA

5.7K 583 16
                                    

Barra,

Kami memutuskan untuk mengakhiri masa stay kami di Bali lebih cepat. Menurutku, Kami harus membiasakan diri kembali, hidup sebagai suami istri seutuhnya, dirumah. Bagaimana pun kehidupan kami yang sebenarnya adalah dirumah. Masalah keintiman kami, sudah bisa terjalin kembali di Bali. Aku rasa itu sudah cukup. Kami tidak bisa terus menerus in a honeymoon mood, lalu akan terkejut kembali ketika kembali kerumah dan belum menemukan ritme keseharian kami kembali.

2 tahun lamanya, kami hidup seperti masing – masing, jalan sendiri – sendiri, memutuskan sendiri – sendiri, sampai mencari kenyamanan sendiri – sendiri. Sudah cukup semua itu.

Sekarang kami harus lebih bisa menyusun rumah tangga kami dengan baik. Apa yang Kanaya mau dariku, dan apa yang kumau dari Kanaya. Semuanya harus jelas. Aku ingin Kanaya lebih ekspresif dalam menyampaikan keinginannya. Bukan aku tidak suka punya istri penurut dan jarang protes seperti Kanaya. Tapi aku resah, kalau – kalau diluar sana, lagi – lagi ada penawar rindu untuk istriku. 

Begitupun aku, aku harus lebih memberanikan diri membentuk skala prioritas. Kapan aku untuk pekerjaanku, dan kapan aku untuk istriku. Bagaimanapun, tujuan akhir dari semua kerja kerasku adalah untuk keluargaku, istriku dan anak – anak kami kelak.

Bicara soal anak, salah satu target ku adalah, cepat meyakinkan Kanaya untuk berhenti menunda kehamilan ini. kehadiran anak tentunya, akan memberikan warna baru di rumah tangga kami. Kehadiran anak, akan memaksa kami berdua untuk memfokuskan diri pada rumah tangga. Senyaman apapun kehidupan, tetap bagi anak, yang terpenting adalah orang tua yang rukun, mesra dan selalu harmonis.

Callista, ini adalah pekerjaan terberat kami, bagaimana menyingkirkan Callista dari kehidupan kami. Dia bagai benalu yang sulit diberantas. Sejak kejadian Kanaya sedikit memamerkan adegan 21+ kami beberapa waktu lalu, dia semakin menggila, memburu ku dengan pesan – pesan whatsapp nya, seolah aku ini adalah manusia biadab yang tidak memikirkan perasaannya.

Padahal yang Kanaya lakukan hanyalah, sedikit mendesah ketika aku menerima telpon dari Callista. Bahkan waktu Kanaya melakukan itu, dia hanya sedang bergelung manja di dadaku. Sisi baru istriku ini, memang sangat menakjubkan, wajah yang lembut, suaranya yang kalem, tidak ku sangka bisa melempar serangan sebrutal itu kepada orang yang berani mengusik rumah tangganya.

Can you guys imagine? my wife, screaming out my name, as if I gave her an orgasm. Dia bahkan memaksaku menerima telepon menggunakan loud speaker. Aku susah payah menjawab telepon Callista dengan nada sedatar dan sedingin mungkin, disaat istriku di sebelahku, berguling – guling berpura – pura sedang mencapai puncak kenikmatan. Padahal dia berguling – guling sambil memainkan akun instagramnya, asik melihat – lihat produk terbaru dari toko pakaian langganannya.

Kami memang berkesan seperti melecehkan Callista, bahkan mungkin merendahkan martabat kami sebagai suami istri. Tapi menurut Kanaya,

"this bitch need a slap, baby. Dia gak bisa hanya kita usir gitu aja, dia harus dibuat tidak punya posisi apa – apa untuk kamu. dan ini salah satu caranya. At the end of the day, memang kita harus terang – terangan ke dia, kalau she deosn't belong here, she doesn't belong between us, she doesn't belong in anywhere near us"

Well, I got her point.

Dan sedikit tambahan dari Kanaya "bukan kita mas, yang duluan melecehkan dia, dia sudah merendahkan dirinya sendiri, dengan terus memaksa kamu supaya cinta sama dia, supaya kamu gak ninggalin dia, dengan terus hantuin kamu kayak gini. padahal penolakan udah cukup jelas"

Aku memilih mengikuti kemauan Kanaya, bagaimanapun, disini yang paling terluka adalah dia. Kuserahkan semua pilihan tindakan pada kemauan Kanaya. Aku hanya akan mengerem apabila dia sudah melampaui batas.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang