INIKAH AKHIRNYA?

7.6K 642 13
                                    

Barra,

Aku merasa hari – hariku belakangan ini begitu indah. Callista sudah tidak menghubungi ku lagi beberapa hari ini, sama sekali. Walau Kanaya kecewa dengan caraku mengakhiri, yang tidak dengan gamblang mengucapkan, bahwa aku tidak pernah mencintainya didepan mukanya.

Kanaya, masih bersikukuh, bahwa ada rasa yang tersimpan jauh didalam hatiku, untuk Callista. Aku bahkan menyumpah, atas nama tuhan atas nama nyawaku, bahwa tidak ada cinta secuil pun tersedia untuk Callista, tidak satu detik pun. Tidak tahukah dia, tiap saat perselingkuhan ku dengan Callista, aku selalu seperti orang gila, menahan beban rasa bersalah setiap kali aku menatap foto nya di ruanganku ini?

Aku hanya tergoda, hanya itu. Aku waktu itu, bagaikan kucing yang menerima umpan menarik, dan tergoda untuk mencicipinya, walau pada akhirnya, aku tidak pernah menyukai rasa umpan itu. Tapi apa daya, umpan itu sudah menggiringku kedalam sebuah kurungan.

Kami sempat melewati hari – hari yang buruk, dimana Kanaya berhenti berbicara padaku (lagi), dan aku harus dengan sabar membujuknya lagi. Nyaris aku tidak merasakan masakan nya lagi. Jangan kan hidup tanpanya, satu hari saja tidak mencicipi masakannya, aku rasanya bad mood luar biasa.

Aku bahkan sama sekali tidak ingin menguji diriku, untuk hidup tanpa Kanaya di sisi ku.

Pagi ini, suasana sudah mulai membaik, apalagi dengan Callista yang mendadak menghilang. Kanaya juga sudah mereda emosinya, aku kembali menenteng bekal makan siangku. bahkan isi nya menu kesukaanku, well, sebenarnya aku bingung mendeskripsikan menu kesukaanku, karena apapun yang Kanaya masak selalu menjadi menu kesukaanku.

Aku meletakan tas bekal ku, menyiapkan dokumen ku, aku memang ada meeting padat sekali hari ini, baru akan selesai menjelang makan siang. Aku berpamitan pada Mirna untuk hadir meeting di lantai lain, sambil berpesan kurang 15 menit menjelang istirahat makan siang, agar Mirna membantuku mencolokan kotak bekal makan siangku, agar makanan ku hangat kembali.

Entah dari mana istriku mendapatkan kotak bekal seperti itu, aku sendiri terpesona melihat ada teknologi seperti itu. Walau saat aku tampak takjub, Kanaya sukses mentertawakanku, seolah aku melihat sebuah kotak ajaib. Well, itu peralatan dapur, dan dia tahu, bagaimana aku dan dapur bukan pasangan ideal.

Performa kerjaku pasca bersatunya lagi aku dan Kanaya, bisa di bilang luar biasa. Padahal kali ini, aku tidak 100% mengerjakan semuanya sendirian. Anak buah ku pun merasa lebih puas bekerja dengan ku, mereka lebih merasa dipercaya. Aku juga sudah mendapatkan tambahan 1 anggota team, pengganti Callista, dia laki – laki.

Sepertinya aku trauma dengan team wanita, walau tidak semuanya memang penggoda seperti Callista. Tapi khusus kasus ku, aku benar – benar trauma.

Meeting mulai berjalan, bahkan aku tidak pernah se semangat ini melakukan meeting. Mungkin karena pagi hariku ini benar – benar indah, aku dan Kanaya yang... hah sudahlah, aku tidak bisa menggambarkan bagaimana hebatnya kami pagi tadi.

****

Kanaya,

Aku sedang mengganti pakaianku, berkali – kali aku menarik nafas dan membuangnya kembali dengan kasar, berusaha mengendalikan emosiku.

Hanya mas Barra yang akan menjawab semuanya, dan aku menantang perempuan itu, untuk kita bersama – sama menemui mas Barra dikantor sekarang juga. Aku tahu, membawa masalah rumah tangga lagi – lagi ke kantornya, hanya akan mempermalukan diri sendiri. Tapi aku bosan, dengan keadaan ini.

Berhari – hari kami tidak mendengar berita apa – apa tentang wanita itu, aku pikir semua sudah berakhir. Walau aku kecewa dengan cara mas Barra mengakhirinya, tapi setidaknya semuanya berakhir. Aku pikir, kami akan segera menjemput hari – hari tenang. Bahkan aku sudah merencanakan, akan segera mengakhiri aksi menunda kehamilanku.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang