FAKTA PAHIT

8.2K 585 11
                                    

Barra,

Ketika aku bersama Callista di apartemennya, dan kami menantikan kedatangan dokter. Aku menemukan sebuah fakta yang mengejutkan, sekaligus peringatan bagiku, bahwa aku sudah terjebak dengan orang yang salah, amat salah.

Aku melihat 2 buah bingkai foto, di bingkai pertama foto Callista ber tiga dengan seorang wanita berwajah khas Indonesia dan pria berwajah asing, lalu di bingkai kedua adalah foto Callista sedang berangkulan dengan seorang pria asing. Ekspresi wajah Callista di kedua frame itu tampak kontras, di satu foto dia tampak ceria, dan di foto lain dia tampak datar. Kedua pria itu adalah pria yang berbeda.

"itu papi" dia menunjuk foto dia berdua dengan seorang pria asing "aku masih SMP waktu itu, papi sakit, parah, terus mami minta cerai. Aku gak mau ikut mami tadinya, tapi mami maksa, aku dibawa pulang ke indonesia. Dulu kami tinggal di Singapore, papi kerja di Singapore, tapi dia WN Australia"

"dan itu suami baru mami" dia menunjuk foto satunya "mereka ketemu di sini, waktu suami mami ditugaskan di salah satu perusahaan swasta disini. He doesn't like me, buat dia aku hanya pengganggu. Dia penganut hubungan tanpa anak. Terus dia bawa mami ke Amerika, dia bilang akan jamin hidup aku, asal mami gak bawa aku. Aku di titipkan ke Almh nenek. Dan suami mami memang selalu mengirimkan ku uang dalam jumlah besar, dia sangat sukses, bisa di bilang kaya. Waktu aku lulus SMA nenek meninggal, jadilah aku sendirian."

Dia berbalik lalu menatapku lekat "sama kamu, aku ngerasa aman mas, karena aku akhirnya dapat apa yang aku cari. Rasa aman, perlindungan. Aku gak mungkin jauh dari kamu mas"

Seketika jantung ku rasanya mau copot, anak ini ternyata bermasalah. Dia punya masalah psikologis yang cukup berat. Kehilangan kasih sayang orang tua di usia yang sangat muda, kehilangan sosok papi nya, bahkan dia bilang tidak pernah bertemu lagi sampai akhir hayat papinya.

Inilah jawaban, kenapa dia ngotot bersama ku, dewasa, dia mencari sosok pria matang. Papi nya adalah tempatnya berlindung, dia merindukan pria itu. Walau aku tidak setua papi nya, tapi di kantor sosokku paling dewasa. Adrian dan Ale yang selalu bercanda setiap saat, bahkan terlihat kekanakan. Bernard yang selalu bersikap galak, dan aku? Diantara mereka memang aku yang diam, semarahnya aku tidak pernah aku membentak anak – anak buahku. Aku selalu berusaha mengendalikan suasana. Aku ingat waktu Callista baru bergabung sekitar satu minggu, dan dia salah mengirimkan file, aku memang menenangkannya.

Aku tidak bermaksud apa – apa, aku tahu dia hanya fresh graduate, kesalahan seperti itu hal wajar. Aku mengajarinya untuk mengirimkan email permintaan maaf. Dan mengoreksi pengiriman email yang benar. Waktu itu dia memang menangis, ketakutan. Sepertinya itulah awalnya, dia merasa aku sosok kebapakannya. Bukan tanpa alasan, aku dan Callista berbeda kurang lebih 7tahun.

Callista memang lulus kuliah di usia yang sangat muda, dia bercerita, 2 kali mengikuti akselerasi. Sepertinya dia membunuh kesepiannya dengan belajar. Bahkan tidak tertarik berpacaran dengan teman sekolahnya, mungkin karena sosok yang dia cari adalah yang bisa menggantikan sosok papinya.

Sungguh, aku semakin sulit melepaskan diri darinya. Bukan aku tidak mau, tapi butuh kehati – hatian tinggi. Jangan sampai dia bertindak brutal karena ku tinggalkan. Masalah psikologisnya cukup berat sepertinya. she needs professional help. Tapi tidak mungkin aku membawa nya ke psikolog.

****

Karma does exist.

Saat ini aku dan Kanaya sedang berada di ruang praktik Prof Suherman. Kami beberapa waktu lalu memang akhirnya berkonsultasi dan menjalani beberapa rangkaian test.

Kanaya di ambil sample darahnya, di cek lagi kondisi rahim dan tuba fallopi, dan seorang suster memencet puting nya cukup keras, untuk memeriksa apakah ada cairan yang keluar atau tidak jika di pencet.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang