BUTUH PERHATIAN

5.4K 564 91
                                    

Kanaya,

Bosan, belakangan ini aku sering merasa bosan, dengan mas Barra yang semakin mengabaikan ku. Sudah ku bilang kan, aku selalu berangkat tidur sendirian, bangun pun terkadang kami dalam posisi tidur yang tidak saling berpelukan. Beberapa kali mas Barra tertidur di sofa yang terletak di kamar kami, masih dengan pakaian yang lengkap.

Mas Barra semakin lambat membalas pesan – pesan dan menjawab telepon dariku. Mungkin kalau aku kecelakaan, dia bisa baru tahu setelah aku mati. Sungguh, aku mulai sering berpikiran buruk tentang mas Barra.

Masih cintakah dia padaku?

Denny, jujur aku merasa terhibur dengan perhatiannya. Katakanlah aku haus belaian. Istri mana yang tidak haus belaian, kalau 1.5 tahun pernikahan, banyak menghabiskan waktu seorang diri didalam kamar?

Seperti hari itu, lambungku terasa perih sekali tiba – tiba. Setibanya aku di kantor. Aku meletakan dahiku diatas meja cubicle ku, sambil merintih perlahan.

Aku mengirimkan pesan whatsapp pada mas Barra dan tidak kunjung dibalas. Padahal seharusnya dia baru sampai di kantor. Ini baru pukul 9 pagi.

"Nay.." tepukan lembut di bahuku, menyadarkanku. Aku hampir tertidur menahan perih di lambungku. Aku membuka mataku perlahan, sambil aku merintih menahan sakit.

"kenapa?" dia mengusap keningku yang penuh bulir – bulir keringat dingin "kamu kok keringat dingin gini?"

"lambungku perih.." aku hanya bisa mengucap lirih.

"masih kuat ga?" tanyanya panik, dia bergegas meletakan barang – barangnya dimeja, dan kembali berjongkok didepan ku.

"kita ke klinik 24 jam dekat sini ya?" aku hanya bisa mengangguk lemah. sudahlah, mas Barra tidak kunjung menjawab telpon dan pesan whatsapp ku, menunggu nya menjemput ke dokter adalah mustahil.

Disinilah aku sekarang, di sebuah klinik 24 jam, untung sepi jadi aku segera di tangani. Dokter akhirnya membekali ku beberapa jenis obat untuk lambung, dan penahan mual. Aku segera meminumnya.

Mas Denny harus segera kembali ke kantor karena ada meeting. Aku menjadi tidak enak. Aku menatap mas Denny yang sedang menyetir, seketika air mataku ingin menetes. Aku teringat, bagaimana mas Barra dulu memperlakukanku. Begitu manis, seperti saat ini mas Denny memperlakukanku. Bahkan dia izin untuk membawaku ke dokter terlebih dahulu, dia menggeser jam meeting dengan team nya.

Setibanya kami di kantor, aku langsung duduk di bangku ku, dan mas Denny bergegas mengambil laptopnya, bahkan sedikit berlari menuju meeting yang akan segera di mulai.

Sekitar 45 menit kemudian, OB mengantarkan ku sekotak bubur ayam hangat.

"aku gak pesen kok pak?"

"looh kata driver OJOL nya, ini untuk ibu Kanaya tuh?"

Tidak ingin memperpanjang pembicaraan, karena pak Roni tampaknya masih harus menyiapkan minuman di ruang meeting. Aku menerima kotak bubur ayam itu.

Lalu ponsel ku menampilkan ada pesan whatsapp masuk, aku tersenyum, aku pikir mas Barra.

"Denny : aku tadi pesan bubur ayam buat kamu, dimakan ya, kan 1 jam setelah minum obat tadi kata dokternya harus ada makanan masuk"

Hatiku mendadak mencelos, lagi – lagi mas Denny. Dimana suamiku?

*****

Barra,

Seperti biasa, begitu aku menginjakan kaki di ruanganku, sekotak sarapan sudah menyambutku. Selang 10 menitan dari kedatanganku, Callista akan masuk ke ruanganku dan menyapaku. Memintaku duduk di tempatnya meletakan kotak makan itu, dan menemaniku memakannya sampai habis. Mengobrol membahas segala macam, menceritakan tentang dirinya. Dan satu permintaannya adalah, setiap waktunya dia menemaniku memakan hidangannya, aku tidak boleh memegang ponselku.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang