SISI RUANG KOSONG YANG TERISI

5.2K 494 23
                                    


Barra,

Bayangan wajah tangis Kanaya selalu membayangiku. Tidak hamil – hamil saja dia sudah se histeris itu. Bagaimana kalau dia tahu aku berselingkuh? Apa yang akan terjadi padanya.

Aku berjanji pada diriku, tidak akan aku berani menyentuh Callista lagi, sekarang bagaimana caranya aku menyingkirkan dia? Memecatnya jelas aku tidak punya kuasa, aku belum memegang tampuk kepemimpinan di Firma ini. aku jelas tidak mungkin hengkang juga dari firma ini. melaporkan ke HRD sama saja membuka aib ku sendiri, nyatanya aku secara sukarela menerima godaan dan rayuannya. Memindahkan ke divisi lain? Hanya akan menimbulkan kecurigaan pada divisi lain juga.

Seolah semua situasi ini, memang sukses mengikat ku pada jeratan Callista. Callista juga semakin berani menyentuh ku, pagi ini dia menyiapkan sarapan ku seperti biasa. Aku berusaha untuk tidak banyak bicara dengannya. Sampai tiba – tiba dia mengecup pipiku, dan mengusap bahuku.

"dimakan dulu sayang" bahkan dia sudah berani memanggilku sayang.

"ta.." panggilku sambil aku memakan hidangannya.

"ya..?" dia yang sedang menuangkan air putih untukku menoleh kepadaku.

"kita harus udahin semua sentuhan fisik kita, las time was a mistake. Aku gak mau itu keulang lagi"

Dia melangkah santai dan duduk di hadapanku.

"last time wasn't a mistake, we both enjoy it. Kamu nikmatin kan mas? Dan aku gak masalah" jawabnya santai.

"aku ta.. aku yang masalah, aku gak seharusnya lakukan itu ke kamu"

Dia menghela napas dan membuang pandangan beberapa saat.

"karena kamu punya istri?" tanyanya dengan kata istri yang di tekankan.

"ya, itu yang utama, dan yang kedua, aku harus menghentikan kamu, melempar tubuh mu ke aku. Kamu boleh ta, menyerahkan tubuh kamu, tapi nanti, ke laki – laki yang tepat"

"gimana kalau laki – laki yang tepat itu kamu?" dia menatap lekat ke mataku. perempuan ini benar – benar gila.

"jangan gila ta" jawabku sambil bergegas menghabiskan makanan didepan ku ini. aku ingin dia cepat keluar dari ruanganku, jadi aku bisa berpikiran jernih.

"oke..oke... kamu pasti mau bilang kan, 'aku bisanya cuma kayak gini, kamu suka terima gak suka tinggalkan' itu kan? Itu yang selalu kamu ulang – ulang ke aku kan mas?" dia menghelas nafas kesal, sedikit menyeka air matanya.

Entah ini hanya perasaanku saja, atau memang begitu adanya. Sejak aku meninggalkan dia karena Kanaya menangis. Dia menjadikan menangis juga sebagai senjatanya. Dia selalu menangis mengungkapkan kekecewannya.

"ya, memang itu faktanya ta, kalau kamu berharap situasi akan berubah. Sorry, aku gak bisa janjiin itu" jawabku berusaha tegas, walau aku tidak sanggup memandang wajahnya yang sedang menangis. Bukan tangisan dramatis, namun dia hanya terdiam, dan air mata mengalir perlahan.

"iya mas, aku ngerti, asal bisa sama kamu aja, aku udah cukup kok mas" entah apa maksud kata – katanya itu. Seperti ingin menyampaikan padaku, bahwa dia pasrah aku jadikan wanita simpanan.

****

Kanaya,

Aku memang bersedih luar biasa, ketika aku mengetahui lagi – lagi aku belum hamil. Tapi aku juga menyadari, usahaku dan mas Barra memang benar – benar kurang. Mas Barra tepatnya, aku sudah meminum berbagai macam vitamin yang disarankan. Vitamin E, asam folat, zinc dan memakan jenis – jenis buah dan sayur yang bersifat detox.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang